Kalau saya ditanya pilih mana antara Raisa atau Isyana, saya sering kebingungan sendiri. Bedebah, pertanyaan macam apa itu? Kalau saya bilang nggak suka dua-duanya, kadang diartikan saya membenci mereka, padahal nggak kayak gitu.
Saya nggak suka mereka, semata-mata ya karena nggak suka. Makanya, saya selalu menawarkan opsi ketiga dari dua musisi kondang itu, dan opsi ketiga adalah Danilla Riyanto, eh, Riyadi. Ya, Danilla Riyadi yang akan saya pilih di antara jajaran musisi perempuan tanah air.
Sebagai orang yang pernah menjadi sobat indie, atau serah kalian nyebutnya apa, tentu saja saya lebih tertarik dengan perempuan kelahiran 12 Februari 1990 itu ketimbang Raisa dan Isyana yang kurang ngindie. Danilla Riyadi hadir saat sobat indie tengah menduduki puncak rantai makanan, dan ia hadir bak dewi yang dipuja manusia-manusia rendahan.
Lagunya yang yahud, parasnya yang mempesona, dan kelakuannya yang ternyata pekok, menjadi alasan kuat kenapa ia bisa begitu dipuja. Dan kalau kalian sampai sejauh ini belum memuja Danilla Riyadi, saya hanya bakal melontarkan satu pertanyaan yaitu: kok iso?
Makanya, sebagai upaya menyadarkan kalian yang belum memuja Danilla, berikut saya kasih tiga alasan pamungkas kenapa Danilla wajib dipuja layaknya mahadewi.
#1 Lagunya bikin ngantuk
Danila datang dengan album Telisik pada 2014 silam, dan single unggulannya yaitu “Berdistraksi” sukses mengguncangkan jagat permusikan indie tanah air. Suara Danilla yang empuk dan agak menggema kayak lagi di kamar mandi itu sukses menghipnotis siapa saja yang mendengarkannya. Bahkan di lagu “Berdistraksi”, lagu yang sebenernya mayan nge-beat, suaranya tetep lembut dan cocok buat didengerin pas mau tidur.
Yess, suara Danilla itu bikin ngantuk, tetapi itu bukanlah hal buruk. Bagi orang pengidap gangguan tidur kayak saya, suara Danilla sungguh dibutuhkan. Dengerin saja semua lagu di album Telisik, maka nggak diperlukan waktu lama untuk terbuai dan merem, apalagi untuk lagu “Buaian”, “Ada di Sana”, dan “Terpaut oleh Waktu”.
Satu-satunya yang menurut saya cacat di album pertama Danilla adalah pada lagu “Wahai Kau”. Itu lagu enak banget, sumpah. Saestu! Suara Danilla empuk banget.
Hanya saja, kenapa dia harus duet dengan Lafa Pratomo? Bukannya merendahkan kemampuan Lafa Pratomo, tapi suara mereka itu njomplang kalau dikombinasikan.
Di album kedua, yakni Lintasan Waktu, Danilla makin menjadi-jadi. Dia mulai menulis lagu-lagunya sendiri, dan satu yang paling yahud adalah “Kalapuna”. Usut punya usut artinya adalah Kala Punah, alias pas punah, alias pas selesai.
Suara Danilla yang masih kayak di kamar mandi itu sukses bikin ngeri sekaligus tentram di waktu yang sama. Tau mitologi Veela di serial Harry Potter? Veela itu makhluk halus yang punya suara bagus banget dan kalau didenger lelaki, lelaki itu bisa terbuai sampai mampus. Nah, saya curiga Danilla itu ada keturunan Veela deh.
Lepas jua jasadmu, biar buyar asaku.
Wanjeeeng, nulis lirik “Kalapuna” saja bikin auto merinding.
Makanya, bagi siapa saja yang belum memuja Danilla, alasan suaranya yang bikin ngantuk itu harusnya bikin kalian segera memuja dia. Ya gimana, saya mayan yakin kalian-kalian ini mengalami kondisi susah tidur juga, kan? Coba dengerin full album Danilla, maka auto ngantuk kalian. Mentok kalo nggak ngantuk ya rada-rada merinding kek ada demit gitu lah.
#2 Orangnya pekok dan nggak ada pencitraan
Kalau alasan pertama masih kurang kuat buat memuja perempuan satu ini, kudunya alasan kedua ini bakal bikin kalian auto memuja perempuan satu ini.
Danilla, di tengah masyarakat yang memuja pencitraan dan berusaha sok baik di media sosial, dia tampil apa adanya tanpa dibuat-buat. Orang-orang di dekatnya, barangkali, pas tau dia mendadak populer, pernah memintanya buat jaga sikap dan tampak lebih feminim, akan tetapi Danilla bilang ke seluruh dunia bahwa dia nggak butuh pencitraan.
Lihat saja akun Instagram-nya yang kayak akun Instagram kita-kita semua. Ya, sama-sama berantakan. Hah, malu nggak tuh yang sok-sokan posting estetik-estetikan di Instagram?
Danilla nggak malu jadi dirinya sendiri, yang kadang sedikit nggilani, tetapi tetap dicintai. Dia ngomong kotor juga sudah biasa, nggak sok-sokan berusaha menjaga mulut. Pokoknya melakukan yang dia mau, lah.
Dia ingin bebas dan tentu saja memberi kebebasan kepada yang lain. Dia membebaskan orang berpendapat tentang dirinya dan memilih nggak peduli kalau dipandang negatif. Bahkan, dia juga memberi kebebasan kepada bulu keteknya sendiri untuk tumbuh lebat tanpa dipotong. Sungguh menjunjung tinggi Hak Asasi Bulu Ketek.
Nah, dengan kepribadiannya yang apa sajanya dan cenderung pekok itu, masa iya ada orang yang nggak memuja dia? Masak ada sih orang yang lebih menyukai kepura-puraan dan pencitraan yang kelihatan jelas semua itu palsu? Masa kalian mau gabung ke kubu yang termakan pencitraan? Nggak, kan? Nggak, lah! Makanya, gabung ke komunitas pemuja Danilla!
#3 Berprestrasi
Kalau masih saja belum tergoyahkan untuk gabung ke para pemuja Danilla, alasan terakhir ini harusnya bikin kalian sadar. Yess, Danilla adalah sosok yang sangat berprestrasi. Kapan lagi ada orang yang kepribadiannya pekok dan apa adanya bisa begitu berprestasi?
Danilla ini suaranya jelas warbiyasah, kemampuan bermain musiknya juga di atas rata-rata. Selain itu, dia juga jago akting, terbukti dari beberapa film yang sudah ia bintangi, seperti Pretty Boys, Koboy Kampus, dan Losmen Bu Broto. Sudah jago nyanyi, jago akting pula. Sungguh pribadi yang multitalenta.
Kalau kemudian masih ada yang ragu sama kemampuan nyanyinya, welah, dia pernah diajak Ahmad Dhani buat nyanyiin lagu-lagu Dewa 19. Masa iya ada yang mau meragukan kejeniusan Ahmad Dhani dalam bermusik?
Dia yang legend saja mengakui Danilla, loh, masa kalian yang bukan siapa-siapa tidak mengakui dan belum memuja Danilla? Adalah kegoblokan luar biasa jika ada orang yang meragukan selera dan kepintaran Ahmad Dhani dalam musik. Kalau dalam politik, sih, lain soal, ya.