Kalian tahu Solo Baru? Nah, tahu nggak kalau Solo Baru itu bukan bagian dari Kota Solo, tapi Sukoharjo?
Sukoharjo ini memang daerah unik. Dia dikepung tiga daerah ternama, yaitu Klaten, Wonogiri, dan Solo. Dan kalau orang dari tiga daerah tersebut mau saling mengunjungi, pasti melewati Sukoharjo dulu.
Seperti takdir kota yang dikepung kota besar, Sukoharjo jadi daerah nanggung. Sulit untuk dibilang kota besar, tapi dia nggak masuk ke kriteria kabupatennya orang kota. Ndeso yo ora, kutho banget yo ora.
Masalahnya, nanggungnya ini bikin kota ini kayak nggak ada cerita. Malah hal-hal khas kota tersebut jadi kayak diklaim kota lain, saking “terdengar biasanya” kota ini. Contoh aja, daerah Bekonang. orang banyak bilang, ciu Bekonang itu produk Solo. Padahal Bekonang aja salah satu desa di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.
Contoh lain, dan menurut saya paling terkenal sekaligus aneh adalah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Meski namanya pake Surakarta, yang bakal bikin orang kepikiran kalau univ ini berdiri di Solo, nyatanya, univ ini masih masuk daerah Sukoharjo.
Nah, lho, kalian yang kuliah UMS, pasti pernah bilang kuliah di Solo. Padahal ya, kalian kuliahnya di Kartasura, Sukoharjo.
Makanya, tinggal di Sukoharjo adalah hal yang nanggung. Selain alasan di atas, ada beberapa alasan lain yang bikin kota ini serasa nanggung betul.
Tempat nongkrong
Dari pengamatan saya, banyak orang Sukoharjo memilih untuk nongkrong di Solo. Kenapa? Bukan karena nggak ada tempat nongkrong. Tapi saking deketnya sama Solo, mereka lebih memilih untuk gas ke daerahnya Mas Wali, yang jelas menawarkan banyak pilihan tempat nongkrong.
Coba kalau situ rumahnya Mojolaban, kuliahnya di UNS. Pasti ya milih keluar bensin agak banyak buat nongkrong di sekitar kampus ketimbang cari kafe di daerah proliman. Dan, nggak bisa ngekos. Ha mung sak nyuk an kono je.
Baca halaman selanjutnya
Banyak penduduk yang merantau…