Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Suka Duka Tinggal di Daerah Pesisir yang Masuk Kawasan Rawan Tsunami

Rezha Rizqy Novitasary oleh Rezha Rizqy Novitasary
25 Desember 2020
A A
Suka Duka Tinggal di Daerah Pesisir yang Termasuk dalam Kawasan Rawan Tsunami terminal mojok.co

Suka Duka Tinggal di Daerah Pesisir yang Termasuk dalam Kawasan Rawan Tsunami terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya bertugas di daerah pesisir selatan Kabupaten Trenggalek. Dari terminal Trenggalek yang berada di daerah kota (daerah pusat) perlu waktu sekitar dua jam untuk menempuhnya. Satu jam terakhir harus menempuh perjalanan berkelok ala pegunungan yang sungguh aduhai. Jalan-jalan tanjakan maupun turunan yang berbentuk huruf S, bahkan S kuadrat dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat amat banyak dijumpai. Jalan tersebut menjadi amat mengerikan di kala musim hujan. Apalagi ditambah dengan bekas tumpahan oli mobil di sepanjang aspal yang menghitam.

Sudah jadi hukum alam bahwa sesuatu yang butuh perjuangan berat untuk mencapainya, pasti ada suatu hal yang spesial di sana. Demikian juga tempat tugas saya. Begitu berhasil melewati seluruh tanjakan dan seluruh turunan, tibalah saya di satu kecamatan di balik bukit.

Kecamatan tersebut masih sangat asri dan jauh dari polusi. Di musim tanam padi, sawah-sawah dipenuhi burung bangau berwarna putih yang berburu berudu. Perbukitan yang menghijau juga mengelilingi bagian barat dan utara. Sementara sepanjang pesisir selatan dan timur berhadapan dengan pantai selatan dengan ombaknya yang khas. Pantai yang jauh dari kata ramai dari pengunjung karena memang tidak dikomersialkan. Lagi pula, siapa yang mau susah payah melewati jalan sesulit itu?

Sungguh indah, bukan? Jika Anda merasa takjub, saya juga. Bahkan lebih dari itu. Saya sering mengupload foto saat berdiri di pantai, entah sendiri, bersama teman, atau foto alamnya saja. Kawan-kawan sampai berebut membubuhkan jempolnya untuk foto yang saya upload. Atau mereka buru-buru komentar, “Bagus sekali pantainya”, “Pengin liburan ke sana.” Saya cuma tersenyum geli menyimpan satu hal penting yang ingin saya utarakan.

Namun, saat ada salah seorang teman yang berkomentar, “Saya pengin hidup di daerah sana, dekat pantai, asri, jauh dari keramaian kota,” wajah saya benar-benar bersungut. Tidakkah mereka berpikir ulang sebelum mengatakan hal itu?

Saya membahas hukum yang kedua. Keindahan selalu sepaket dengan pengorbanan besar. Andaikan saja, paket pengorbanan ini ada dua. Paket pertama, tinggal di desa nan asri memiliki arti yang sama dengan jauh dari perkotaan. Tidak ada mal atau bioskop.

Baiklah, untuk kedua hal tersebut memang tak terlalu berpengaruh bagi saya yang anak rumahan. Berikutnya, tak ada toko buku, sering pemadaman, serta saat pemadaman sinyal sering hilang. Kami juga jauh dari terminal sehingga untuk keluar dari kecamatan nan asri itu amatlah susah. Kami perlu menumpang pick up yang kebetulan hendak ke kota untuk mengantar atau mengambil barang.

Sopir pick up akan sangat berterima kasih akan upah sekitar Rp20.000,00-Rp25.000 yang dibayarkan. Jika tak ada pick up lewat, ya silakan menunggu. Atau jika nyali sudah tebal, silakan menaiki kendaraan pribadi. Syaratnya hanya satu, yakin. Ada juga angkutan lain seperti kol. Namun, kita harus menyimpan nomor sopir dan menghubunginya untuk pesan layaknya travel.

Baca Juga:

7 Pantai di Jogja yang Bikin Kamu Lupa Parangtritis

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Paket yang kedua adalah yang paling sering dibicarakan oleh orang-orang ahli Meteorologi dan Geofisika. Mereka amat ringan menyebutkan ancaman bencana tsunami di sepanjang pesisir selatan Jawa. Jika ada gempa sebesar delapan SR, ada kemungkinan datang tsunami yang gelombangnya akan menyapu daratan sepanjang sepuluh kilometer di depan pantai.

Saya tercekat. Saya orang yang baru tinggal satu tahun di sana. Saya tak punya sanak saudara di sana. Saya tinggal bersama salah seorang warga yang baik hati. Jarak rumahnya dengan pantai hanya selama kita menyanyikan selawat badar tiga kali. Tiap malam, dinginnya udara memudahkan cepat rambat gelombang bunyi. Suara ombak yang berdebur di pantai terdengar hingga ke dalam kamar saya. Tak ada seorang pun yang beraktivitas. Malam yang dingin dan sepi. Dengan kecamatan dikelilingi bukit dan pantai, saya tak bisa melakukan apa pun selain memegang tasbih di tangan kanan sambil menyebut nama Sang Maha Kuasa.

Bagaimana respons penduduk asli sana yang mendengar berita ini? Tentunya beraneka macam. Bergantung pada kepribadian masing-masing. Ada yang cemas dan berpikir untuk menjual rumah. Ada lebih banyak yang cuek karena selama ini sudah sering mendengar berita yang serupa. Ada lebih banyak lagi yang pasrah. Selama ini daerah tersebut telah menyediakan tempat tinggal, keluarga, dan pekerjaan. Bagi mereka, tak bijak mengutuk kemungkinan bencana yang terjadi buat tanah yang telah memberikan mereka kehidupan.

Kenyataan memang tak bisa di hindari. Risiko tinggal di daerah pesisir memang seperti ini adanya. Bahkan saya telah tiba pada satu simpulan, hidup ini hanya pinjaman. Kelak, yang memiliki hidup akan mengambilnya kembali. Harapan saya (mengutip dari pengajian Gus Baha) adalah keadaan sulit apa pun yang akan dihadapi semoga jadi penyebab rida-Nya.

Jari-jemari saya terus memutar tasbih saat ombak berdebur semakin kuat. Saya memejamkan mata. Diam-diam juga saya bersyukur. Berkat berita tersebut dan tinggal di daerah pesisir, saya sempat merasakan kepasrahan yang amat kepada Tuhan. Meskipun kemudian saya sadar, puisi Joko Pinurbo pernah menyindir orang-orang seperti saya. Yang ingat Tuhan hanya ketika HP-nya rusak dan semua nomor hilang, kecuali satu nomor, yaitu nomornya Tuhan. Bagaimana pun saya tetapi bersyukur, sekaligus malu.

Tiba-tiba, suara notifikasi dari gawai saya berbunyi. Lalu saya lihat ada seorang teman mengirim chatnya lewat story yang saya upload. “Saya pengin tinggal di sana. Saya sudah bosan hidup di kota.”

BACA JUGA Pesisir Barat, Mutiara di Pojok Tanah Sumatera

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Desember 2020 oleh

Tags: pantaipesisirtsunami
Rezha Rizqy Novitasary

Rezha Rizqy Novitasary

Seorang perempuan, pengajar SMA, dan penikmat waktu pagi.

ArtikelTerkait

4 Perpustakaan Gunungkidul yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang, Biar Mainnya Nggak ke Pantai Melulu Mojok.co

4 Perpustakaan Gunungkidul yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang, biar Mainnya Nggak ke Pantai Melulu

11 Mei 2025
Tegal Tempat Merantau Paling Cocok untuk Orang Jogja, Banyak Kemiripannya! Mojok.co

Tegal Tempat Merantau Paling Cocok untuk Orang Jogja, Banyak Kemiripannya!

2 Agustus 2024
Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Alam Termahal di Jawa Timur

Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Termahal di Jawa Timur

17 Maret 2022
Keanehan di Bantul Nggak Ada Apa-apanya Dibandingkan Keanehan di Kabupaten Cilacap

Cilacap, Tempat Pensiun yang Ideal: Biaya Hidup Terendah, Alamnya pun Indah

17 Desember 2023
Jogja Istimewa, Gunungkidul Merana

Jogja Istimewa, Gunungkidul Merana

20 Juli 2022
Pantai di Gunungkidul Tak Seindah Dulu: Kebanyakan Promosi, Banyak yang Perlu Dibenahi

Pantai di Gunungkidul Tak Seindah Dulu: Kebanyakan Promosi Padahal Banyak yang Perlu Dibenahi

10 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.