Suka Duka Menerima Gaji Dalam Mata Uang Asing: Bahagia Tapi Kepikiran Nilai Rupiah

mata uang asing

mata uang asing

Bekerja di perusahaan ternama dan global—berpusat di luar negeri dan ada di beberapa negara—menjadi cita-cita sebagian orang, mulai dari lulusan baru sampai dengan yang sudah memiliki pengalaman bekerja. Alasannya beragam, ada yang memang ingin hidup mandiri sekaligus berkarya di luar negeri, bisa juga karena materi atau benefit yang lebih besar, terakhir agar peluang jalan-jalan ke luar negeri lebih besar.

Begini, jika kantor tempat kita bekerja ada di beberapa negara biasanya kesempatan untuk mengunjungi kantor di negara lain juga terbuka, apalagi jika ada projek tertentu dan terbilang baru juga untuk posisi tertentu. Meski tidak secara mutlak atau pasti, paling tidak peluang itu ada. Lain halnya ketika bekerja di kantor mana pun lalu ada bonus jalan-jalan ke luar negeri—reward—tentu hal itu lain cerita.

Selain itu, akan jadi cerita lain jika benefit juga gaji yang ditawarkan bukan dalam mata uang domestik—rupiah—melainkan mata uang yang biasa dipakai secara global atau internasional, salah satunya adalah US Dollar seperti halnya abang ipar saya yang bekerja di salah satu perusahaan ternama asal Rusia. Benefit yang didapatkan sudah tentu melebihi ekspektasi.

Ditambah jalan-jalan ke beberapa negara juga menjadi alasan ipar saya bertahan cukup lama di perusahaan tersebut. Rusia, Selandia Baru, bahkan Republik Kenya di Afrika pun pernah dikunjungi dalam rangka perjalanan dinas sekaligus ada projek baru di sana yang harus segera diselesaikan. Walau mumet, tapi tetap bisa belajar ilmu baru di negeri seberang.

Soal benefit pun tidak perlu diragukan lagi, karena dia menerima dalam mata uang US Dollar. Menurutnya, dia akan merasa senang jika nilai mata uang dolar sedang melambung tinggi. Bagaimana tidak, secara otomatis ketika dikonversi ke rupiah pastinya akan menjadi lebih besar nominal yang didapat tanpa harus menunggu kenaikan gaji.

Meskipun begitu, di waktu yang sama ipar saya dihadapkan kepada perasaan dilematis. Memang benar dia senang karena sewaktu nilai dollar naik, otomatis rupiah yang dia dapat juga naik—berbanding lurus. Namun, sebagai orang Indonesia walau belum banyak berkontribusi bagi negara, ada situasi yang membuatnya berpikir nominal yang dia dapat dalam mata uang rupiah mungkin terbilang besar, tapi hal tersebut juga berpotensi melemahkan nilai rupiah.

Akhirnya, langkah yang diambil adalah bersyukur. Selain bijak, cara ini juga membuat rezeki yang diberi bertambah, toh? Bukan hanya materi tapi juga mencakup beberapa aspek dalam kehidupan.

Selain abang ipar saya yang bekerja untuk salah satu perusahaan asal Rusia, ipar saya yang lain juga memilih bekerja di negeri orang lain untuk posisi akuntan sekaligus auditor di salah satu yayasan ternama, tepatnya di mana salah satu perusahaan otomotif Mercedes Benz berasal—Jerman. Upah yang didapat pun dalam bentuk mata uang Euro. Sejak kecil, ipar saya memang bercita-cita bekerja di luar negeri dan ingin hidup mandiri.

Dia merasa senang karena bisa bekerja seperti dan di posisi sesuai dengan yang diharapkan. Kurang lebih dia sudah bekerja selama 15 tahun lamanya. Pulang ke Indonesia pun terbilang jarang karena selalu dihadapkan dengan tiket pesawat yang terlampau mahal. Meski begitu, tetap dalam periode tertentu pasti akan pulang ke kampung halaman di Indonesia. Salah satu yang ia rindukan sudah tentu beberapa makanan khas Indonesia yang tidak didapat di negara tempat ia mengais rezeki.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa negara di benua Eropa memiliki standar penghasilan yang terbilang tinggi dengan pajak penghasilan yang tinggi pula. Dilansir dari moneysmart.id, bahkan Jerman menjadi salah satu negara di benua Eropa yang memiliki pajak penghasilan terbilang tinggi. Jadi, ipar saya selalu perlu persiapan yang lebih matang dalam menghadapi pajak penghasilan rutin tiap pelaporannya.

Mau bagaimana pun, pajak penghasilan harus selalu dilaporkan dan dibayarkan jika memang ada yang harus disetor ke negara atau pemerintah setempat—di mana pun kaki berpijak. Biarpun begitu, dengan segala kesenangan dan kendala yang dihadapi saat bekerja, kedua ipar saya tetap menikmati pekerjaannya dengan bayaran bukan menggunakan mata uang Rupiah.

Dan mereka berdua pun memiliki harapan yang sama, kelak ingin dapat berkontribusi untuk negara asal tempat mereka dibesarkan, Indonesia. (*)

BACA JUGA Pelantikan Anggota DPRD Naik Angkot: Sekalian Saja Tiap Hari Naik Angkot! atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version