Tak terasa sudah 8 bulan lamanya saya bekerja di Subang, Jawa Barat. Sempat pulang ke Cilacap untuk beberapa waktu karena bimbang mau lanjut kerja di sini atau tidak. Namun, akhirnya saya memilih untuk kembali dan mengadukan nasib. Memang jodoh kali, ya.
Meski belum lama-lama banget, tapi 8 bulan sudah cukup bagi saya untuk dapat memotret realitas sosial dan geografis Subang, Jawa Barat. Mulai dari kesan pertama, pengalaman turun dari bus di jalan tol, hingga keadaan jalan raya Subang-Purwakarta yang melegenda.
Saya sering mendengar ucapan dari rekan-rekan kerja yang notabene orang Subang asli. Dia bilang, “Ya, namanya aja Subang, Mas. Susah berkembang.”
Ungkapan di atas bukan tanpa dasar. Menurut mereka, dari dulu, Subang memang terlihat gitu-gitu aja. Pembangunan yang lambat, dinamika aktivitas ormas yang tak berkesudahan, pemerintahan korup, pembukaan lahan pertanian untuk industri, hingga yang terbaru, pada 2024 kemarin, ada 21.000 anak putus sekolah.
Tapi ya, sudahlah. Biarkan itu jadi tugas bupati barunya untuk mengakselerasi pembangunan dan membuat citra baik. Saya ingin kembali fokus kepada 3 hal di Subang, Jawa Barat, yang membuat saya tak henti-hentinya keheranan.
Daftar Isi
Kantor-kantor dinas di Subang masih banyak yang jadul dan tidak terawat
Saya tidak tahu soal kapan pemerintah merenovasi sebuah kantor. Tapi, di Subang, saya heran betul. Saya melihat kantor-kantor dinas di daerah lain sudah baru. Eh, di sini, masih gitu-gitu saja.
Saya sendiri sering melintas di Jalan Darmodiharjo dan KS. Tubun. Di 2 ruas jalan ini banyak berdiri kantor dinas pemerintah atau lembaga.
Ketika melintas di sana, aura era 80-an sangat terasa. Khususnya gedung Inspektorat Daerah, PDAM, DLH, Dinas PU dan Penataan Ruang, dan UPTD. Terus ada gedung yang sebenarnya nggak jadul-jadul banget, tapi cukup berantakan, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Kondisi gedung-gedung itu pun bermacam-macam. Ada yang halamannya terlihat horor karena rimbunnya pohon. Lalu banyak rumput-rumput di area kantor yang jarang dipangkasi. Pos satpamnya kotor dan tak layak.
Selain itu, kebanyakan cat trotoar sudah mengelupas. Dan yang menurut saya sangat disayangkan itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Mosok ada saluran-saluran AC yang menjuntai tak beraturan di fasad bangungan? Kok bisa begitu?
Gedung-gedung itu ada untuk melayani masyarakat. Dan di era modern seperti ini, seharusnya masyarakat mendapat pengalaman yang lebih memuaskan. Alih-alih nyaman, yang ada malah kayak lagi naik mesin waktu ke era lama.
Ormasnya bejibun dan basecamp-nya berdekatan dengan kantor-kantor dinas
Dari sumber yang saya baca di internet, ormas di Subang, Jawa Barat, jumlahnya ada 300-an. Banyak banget. Bahkan lebih banyak dari jumlah desanya yang hanya 253. Ada ormas yang lokal, ada juga ormas yang skalanya nasional.
Uniknya, kantor ormas-ormas ini ada di dekat kantor dinas yang saya sebutkan tadi, berjejer dan berhadap-hadapan. Sepenglihatan saya di Jalan Darmodiharjo dan KS. Tubun, ada kantor ormas GIBAS, Pemuda Pancasila, Orasi Lokal, Gapensi, dan entah apa lagi.
Fenomena semacam ini baru untuk sata. Benar-benar unik dan menantang. Pikir saya, jangan-jangan mereka adalah satpam-satpam tak resmi yang melindungi dinas-dinas dari segala jenis mara bahaya. Atau mungkin ini memang cara Pemerintah Subang memastikan agar dinamika politik lokal lebih hidup.
Keberadaan BRIN yang menjadi sumber harapan dan inovasi di Subang, Jawa Barat
Jujur, saya iri betul Subang punya kantor BRIN. Jadi, BRIN mengambil peran untuk mendorong inovasi dan riset di sektor pertanian dan pangan. Secara lebih luas, lembaga ini berfokus pada pengembangan dan penerapan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat.
Di antara hasil riset BRIN dan efeknya bagi masyarakat Subang adalah revitalisasi pengelolaan sampah di pedesaan, pengembangan mesin termal pirolisis sampah, lalu kolaborasi dengan Politeknik Negeri Subang dan PT Dahana. Spesifiknya dalam usaha mengembangkan tungku ramah lingkungan yang berbasis pada pengolahan biomassa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Subang ini diam-diam punya sisi yang maju, yaitu dalam bidang inovasi teknologi. Bayangkan jika Subang bisa menjadi pusat riset di Jawa Barat dan nasional. Bukan hanya untuk pertanian, tetapi juga teknologi hijau dan energi terbarukan. BRIN punya potensi ke sana, tinggal bagaimana sinergi dengan pemerintah lokal bisa diwujudkan.
Demikianlah Subang dengan 3 hal menarik, bikin kagum sekaligus heran. Saya berharap kabupaten di Jawa Barat ini akan terus berkembang, baik dari fasilitas maupun inovasi.
Jadi ya, meski kadang bikin heran, toh akhirnya saya sadar. Ini semua adalah bagian dari pesona Subang. Katanya, semakin heran, semakin sayang, kan? Eh, bener nggak sih?
Nuhun!
Penulis: Muhamad Fajar
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Subang Jawa Barat Lebih Bobrok Dibanding Cilacap Jawa Tengah, tapi Anehnya Bisa Bikin Nyaman
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.