Steam Deck, Calon Pembunuh Konsol dan PC Konvensional

steam deck valve konsol pc mojok

steam deck valve konsol pc mojok

Teknologi video gim berkembang cepat. Sejak era gim Pong hingga kini, gim digital tetap menjadi kesukaan banyak orang. Jika kemarin ada smartphone gaming yang canggih, lalu ada konsol semacam PS5 dan Nintendo switch, kini era baru dalam teknologi gim ada di depan mata. Steam Deck, sebuah alat bikinan Valve yang kehadirannya memang kita tunggu-tunggu. Bentuknya hampir mirip dengan Nintendo Switch, namun ia bukanlah konsol gim biasa pada umumnya. Bahkan, ia bisa dibilang PC gaming kerdil.

Alat ini memungkinkan kita memainkan gim-gim yang biasanya hanya mampu dimainkan di PC di mana saja, tak terbatas tempat dan alat. Memang belum semua gim masuk dan kompatibel dengan Steam Deck. Namun, tak lama lagi akan banyak gim yang ikut gabung sama Steam Deck-nya Valve. Gimana nggak asik, bisa main gim-gim berat sambil mancing, atau saat nongkrong di angkringan. Nggak perlu bawa laptop dan charger, pokoknya simpel dan antiribet. Apalagi pengin main gim tipe AAA sambil boker, dijamin mudah, nggak repot, dan enteng saja. Lha, yang dibawa lebih kecil dari sebuah iPad, enak banget. Beratnya juga nggak nyampe 6,5 ons.

Meski hampir mirip dengan saudara jauhnya si Nintendo Switch, urusan performa dan onderdil mereka berdua jauh berbeda. Steam Deck berlayar touchscreen tujuh inci, namun memiliki resolusi yang sudah cukup baik, yaitu 720p dengan 60 FPS. Memang soal urusan baterai, Nintendo switch lebih unggul, lebih awet, perbedaanya sekitar 2-3 jam. Tapi, harus diingat, Steam Deck punya performa yang lebih trengginas pun mampu melibas gim berat tiada tara. Urusan baterai, tinggal tunggu versi selanjutnya, pasti lebih tokcer.

Steam Deck dilengkapi dengan CPU AMD Zen 2, Ram 16GB DDR5, penyimpanan sudah SSD, sudah support WiFi dan bluetooth, port USB tipe C, dan yang pasti kuat diajak tirakatan main gim berat. Dengan kata lain, pembuatnya mengkonversi PC gaming standar ke dalam sebuah benda mungil nan ringan. Kemampuannya benar-benar dijanjikan akan jauh lebih baik dari semua konsol yang ada sekarang, tinggal tunggu waktu. Saya melihat banyak review dari YouTube, terutama yang memang sudah memegang teknologi keren ini. Sayangnya belum sampai ke Asia, masih dipasarkan di Eropa dan Amerika. Tapi, kehebohannya sudah sampai seantero dunia.

Tak mengejutkan kalau kehebohannya menular ke seluruh dunia, karena memang sudah lama dinantikan. Bayangkan di masa depan, saat ada turnamen gim, tak perlu lagi bawa-bawa laptop yang berat. Lebih keren lagi, kalau bisa dipreteli dan di modif sendiri layaknya PC. Tentu akan jadi poin plus jika Steam Deck bisa diupgrade untuk meningkatkan performa. Penyimpanan juga saya harap bisa ditingkatkan. Ia baru diberi kemampuan memori sebesar 64GB, 256GB, dan 512GB. Tentu kurang atau mepet untuk menyimpan gim-gim berat masa kini. Namun nantinya, akan diberi slot untuk micro SD. Tak selancar SSD, namun lumayan untuk sekadar memberi ruang baru untuk data.

Steam Deck adalah langkah awal yang bagus dalam dunia gim. Beberapa tahun lagi, kita akan melihat teknologi Steam Deck yang lebih canggih. Seperti halnya PS1 yang kini sudah bermetamorfosis menjadi PS5 nan aduhai. Atau Nintendo era 90-an hingga era kini yang sudah sekeren itu. Bukan tak mungkin, jika suatu saat konsol-konsol konvensional dan PC gaming itu akan tergeser dan dibunuh eksistensinya oleh Steam Deck dan alat semacamnya. Atau justru smartphone gaming yang akan duluan melesat dengan inovasinya yang terkadang mengerikan.

Yang pasti, harga Steam Deck pasti nggak murah kalau sudah masuk Indonesia. Saran saya, mulai nabung dari sekarang. Yang ada istri, pintar-pintarlah berpolitik. Semoga kita semua bisa secepatnya menikmati Steam Deck bersama-sama.

Sumber gambar: YouTube Steamworks Development

BACA JUGA Saatnya Menjawab Pertanyaan Paling Mutakhir: Mending Rakit PC atau Beli PS5? atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version