Status Alumni UI Tak Membebani Saya, Nama Besar Kampus Adalah Kenikmatan, Bukan Tekanan!

Status Alumni UI Tak Membebani Saya, Nama Besar Kampus Adalah Kenikmatan, Bukan Tekanan!

Status Alumni UI Tak Membebani Saya, Nama Besar Kampus Adalah Kenikmatan, Bukan Tekanan! (Dokumentasi pribadi penulis)

Enam tahun lalu aku begitu takut menanggalkan status sebagai mahasiswa UI. Nggak hanya takut, bahkan enggan. Menjadi mahasiswa aja udah enak sekali, apalagi menjadi anak UI. Begitu banyak privilege yang diberikan sama status itu. Aku jadi enggan menyongsong kedewasaan yang penuh tanda tanya. Waktu itu aku berpikir, kantor adalah sangkar dan jam kerja adalah tali kekang.

Kalau bisa bicara dengan Karin tahun 2019, aku ingin menenangkannya. Aku mau bilangin, kalau ternyata menjadi dewasa nggak semenakutkan itu kok. Iya, pasti kamu harus menghadapi quarter life crisis, semua Gen Z pasti mengklaim pernah mengalaminya. Tapi paling nggak, kamu menjalaninya dengan bergelimang privilege dari nama kampus besar.

Makanya, aku kurang relate sama tulisan alumni UGM yang “mengubur” status sebagai lulusan kampus ternama karena merasa terbebani. Aku yakin bahwa nggak hanya aku, tapi semua alumni UI yang sejati, nggak akan tega seperti itu. Minimum karena terikat motto Veritas, Probitas, Iustitia kampus kami. Alasan lainnya adalah karena lebih banyak yang dapat dinikmati dari label Alumni UI daripada dijadikan beban.

Probitas dalam segala hal

Bapak Ornitologi Indonesia, Prof. Dr. Soekarja Somadikarta merupakan pencetus motto yang (mestinya) menjadi pilar dari kampus bernama negara kita ini: Veritas, Probitas, Iustitia. Aku akan fokus pada value kedua yang diusung, yang artinya adalah kejujuran. Menurut Prof. Soma, value ini harus berlaku secara luas. 

Ketika kamu berprestasi, pastikan kamu mendapatkannya secara jujur. Namun roda kehidupan selalu berputar, kamu mungkin juga akan berada di bawah dan gagal dalam upayamu. Tapi bahkan dalam kegagalan, kamu tetap harus jujur akan jati dirimu. Tidak perlu ditutupi semua perjalananmu menimba ilmu di kampus perjuangan itu. Kalau kayak begitu, kamu malah turut menutup peluang untuk memutar kembali posisimu menjadi lebih baik.

Bagi alumni UI, berkisah tentang kampus adalah leverage melamar kerja

Sebaliknya, jika kamu membranding diri sebagai lulusan kampus tertentu dengan takaran yang pas, lebih banyak peluang yang bisa muncul. Entah gimana di UGM ya, tapi kami di UI punya satu kisah yang selalu sama tiap angkatan. Kisah ini bisa menjadi modal untuk SKSD ke sesama alumni UI yang lebih duluan lulus dan kebetulan diamanahkan jabatan atau ketenaran yang di atas rata-rata. Misalnya, recruiter kerjaan yang kita incar. 

Kisah ini tak lain adalah tentang the one and only konduktor musik paduan suara mahasiswa baru: Pak Dibyo. Cukup sebut nama itu, maka suasana bisa mencair. Bapak atau Ibu Recruiter terbawa arus nostalgia dan kamu pun berhasil menerobos pertahanan emosinya. Kamu jadi punya leverage dibanding pelamar lain. Pekerjaan impian makin dekat dengan genggaman.

Networking sejak dini

Bukan hanya tidak sengaja bertemu sesama alumni di ruang wawancara. Sebagai anak UI, kamu bisa dengan sengaja membangun network sejak masih berkuliah. Asalkan mau aktif berorganisasi lintas fakultas, 5 tahun setelah lulus kamu akan punya network di berbagai lembaga negara serta korporasi besar. Network itu ya siapa lagi kalau bukan teman-teman satu organisasimu dulu.

Bukan berarti maksudku menebar benih ordal, bukan itu. Maksudnya, relasi yang tepat akan membawamu ke lingkungan yang tepat pula. Ini tale as old as time. Gaul sama pedagang minyak wangi akan bikin kita jadi wangi. Tapi bukan berarti ini jadi justifikasi milih teman secara diskriminatif ya. Tetap bertemanlah sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya.

Kalaupun mau pilih-pilih, pastikan kamu melakukannya karena personality, bukan status sosial dia saat itu. Inget, status dia saat kuliah dipengaruhi orang tuanya. Perjalanan di UI tuh bisa memutar balik nasib semua orang, tapi tergantung siapa yang menjalaninya.

Baca halaman selanjutnya

Ikatan Alumni UI yang banyak memberi

Ikatan Alumni UI yang banyak memberi

Pertemanan di UI pun tidak berhenti ketika kita diwisuda, namun berlanjut dengan diwadahi oleh Ikatan Alumni UI. Aku sendiri nggak aktif dalam organisasi ini, tapi aku turut mendapat berbagai benefit-nya. Salah satunya adalah unlimited storage di Google Drive. 

Sayangnya, kebijakan mereka berubah sekitar tahun lalu sehingga storage-nya jadi ada limit. Tapi nggak masalah, aku sudah mengeksploitasi benefit itu kok selama bertahun-tahun. (Bagi pengurus Iluni UI yang membaca ini, iya, aku mungkin salah satu penyebab kenapa storage organisasi jadi membludak. Dan tidak, aku tidak menyesal).

Nikmat mana yang kau dustakan? 

Masuk dan jadi alumni UI adalah suatu privilege tersendiri. Nggak semua orang bisa mendapat kesempatan seperti ini. Masa mau aku nodai dengan merasa terbebani sama nama besar kampus setelah aku lulus? Padahal, terafiliasi nama kampus besar adalah resiko yang aku ambil sendiri ketika aku memasukkan UI ke dalam formulir pendaftaran universitas. 

Mungkin sebaiknya kita mulai merevisi pola pikir masyarakat kita, agar mental para lulusan kampus besar ini bebas dari rasa terbebani. Memang menjadi lulusan kampus besar seperti UI itu terlihat begitu istimewa sampai-sampai sekelas Menteri ESDM kita aja kesulitan menggapainya. Tapi istimewa bukan berarti kemudian nantinya wajib menjadi seterkenal Dian Sastro, segarang Najwa Shihab, ataupun sekontroversial Sri Mulyani. Punya mimpi setinggi langit memang sudah sepatutnya, tapi jangan fokus hanya pada pamor. Kejarlah kebermanfaatannya. 

Menjadi lulusan kampus besar sejatinya bukan untuk kejayaan diri sendiri saja. Tapi agar ada kaum terdidik, yang dapat kembali melebur ke dalam masyarakat hingga lapisan paling membumi. Hingga masyarakat yang memegang cangkul, kalau kata Tan Malaka. Jadi selama yang kita kerjakan cukup menghasilkan, halal, dan yang terpenting bermanfaat bagi sesama, bukan kita yang patut bangga, malahan kampus besar itu yang harus bangga sama kita!

Penulis: Karina Londy
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mahasiswa UI Wajib Tahu, Ini 10 Istilah Tempat yang Cuma Ada di UI!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version