Dulu, bangunannya kecil banget. Ternyata, menurut heritage.kai.id, Stasiun Walikukun yang dulunya berstatus halte dibuka bersamaan dengan diresmikannya Jalur/Stasiun Paron-Sragen pada 1 Maret 1884. Jalur Paron sendiri sekarang kita kenal sebagai Stasiun Ngawi.
Bangunannya dulu sederhana dengan tiga jalur. Waktu single track, jalurnya itu mepet dengan stasiun. Lha wong sampai keramik lantainya pecah karena getaran KA.
Seiring pembangunan double track yang selesai pada 2019, stasiun ini dirobohkan untuk pembangunan Jalur 4. Bersamaan dengan proyek tersebut, bangunan baru di seberang (selatan), ikut dibangun. Ukurannya lebih besar dari bekas Stasiun Walikukun yang lama.
Dulu, di sekitar stasiun ada pohon bambu yang disusun rapi, seolah memagari sisi seberang. Kesan syahdu pun terasa, beberapa orang mengaguminya karena mirip stasiun-stasiun kecil di Eropa. Sekarang, tanaman tersebut hilang dan berganti menjadi bangunan.
Stasiun Walikukun yang membuat saya merasa spesial di Ngawi
Waktu naik dan turun dari KA Jayakarta di Stasiun Walikukun ini, saya seolah merasa “spesial” di Ngawi. Bayangkan, yang jadi penumpang KA tersebut di stasiun ini cuma saya. Nggak ada orang lain yang naik atau turun, entah dari arah Surabaya atau Jakarta.
Kalau saya analisis, rata-rata penumpang KA Jayakarta naik dan turun di stasiun-stasiun besar, seperti Mojokerto, Kertosono, Madiun, atau Ngawi. Stasiun Walikukun di Ngawi nggak terlalu terkenal, padahal bangunan stasiunnya relatif besar.
Saya sering curiga sendiri. Jangan-jangan, kalau nggak ada saya, KA Jayabaya nggak akan berangkat dan mengakhiri perjalanan di sini. Seolah-olah Stasiun Walikukun itu milik saya sendiri, sementara kereta apinya adalah kendaraan pribadi.
Waktu berhentinya memang cuma dua menit. Namun, saya nggak mau terburu-buru untuk keluar atau masuk rangkaian KA Jayakarta. Biar ada rasa ditunggu kayak orang penting gitu hahaha. Begitulah, ketika saya merasa paling spesial di Ngawi.
Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Panduan Mengenalkan Kabupaten Ngawi pada Masyarakat Awam
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.