Alasan Saya Kecewa dengan Stasiun Palur Karanganyar

Alasan Saya Kecewa deangan Stasiun Palur Karanganyar Mojok.co

Alasan Saya Kecewa deangan Stasiun Palur Karanganyar (wikipedia.com)

Beroperasinya Kereta Commuter Line relasi Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur Karanganyar memudahkan mobilitas warga Solo, Jogja, dan  sekitarnya. Saya menjadi salah satu warga yang dimudahkan dengan kehadiran transportasi umum itu. Saya puas dengan layanan Kereta Commuter Line yang tepat waktu dan bersih. 

Akan tetapi saya menyayangkan satu hal, fasilitas di Stasiun Palur perlu ditingkatkan. Ada beberapa hal yang membuat saya kecewa tiap kali naik-turun di stasiun ini: 

#1 Tidak ada jalur pejalan kaki 

Penumpang yang hendak naik atau turun di Stasiun Palur siap-siaplah kerepotan berjalan kaki di sekitar pintu gerbang stasiun. Ketiadaan jalur khusus pejalan kaki menyebabkan para penumpang yang mau masuk atau keluar stasiun harus bersinggungungan dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. 

Mungkin jalur bagi pejalan kaki terdengar sepele ya, tapi kalau fasilitas ini tidak ada bikin repot dan berbahaya. Saya pernah hampir tertabrak mobil yang hendak keluar dari tempat parkirnya dengan cara mundur. Benar-benar mengancam nyawa. 

Ada baiknya pengelola stasiun membuat jalur khusus untuk pejalan kaki. Saya yakin fasilitas ini akan banyak manfaatnya karena mereka yang membawa kendaraan pun harus berjalan kaki cukup jauh dari pintu stasiun dan penumpang masih harus berjalan kaki.

Selain tidak ada tempat berjalan kaki yang layak, penumpang juga perlu bersiap melawan terik matahari dan derasnya hujan. Tidak ada atap pelindung di sekitar stasiun Saya pernah beberapa kali harus hujan-hujanan demi naik ojek online yang menjemput di pinggir jalan raya. 

Baca halaman selanjutnya: #2 Tarif parkir

#2 Tarif parkir

Di Stasiun Palur Karanganyar, mereka yang sekadar menurunkan penumpang juga dikenai tarif parkir. Sebesar Rp2.000 untuk motor dan Rp4.000 untuk mobil atau kendaraan roda empat lainnya. Dengar-dengar, hal ini juga berlaku di beberapa stasiun. 

Saya jadi terheran-heran, apakah perlu mencari cuan sampai sebegininya? Pengelola stasiun sebaiknya memikirkan cara agar kendaraan yang tidak sampai lima menit mengantar penumpang bisa dibebaskan dari biaya parkir. Contohlah Stasiun Rawa Buntu, Serpong. Dahulu saya anak kereta alias anker yang selalu naik-turun stasiun tersebut. Ketika menurunkan atau mengangkut penumpang yang singkat, kendaraan tidak dikenakan biaya sepeserpun. 

#3 Tidak ada minimarket dan mesin ATM di Stasiun Palur

Saya rasa perlu ada minimarket yang menjual berbagai macam kebutuhan di Stasiun Palur Karanganyar. Apalagi warung atau minimarket di luar stasiun berjarak cukup jauh. Kalau memerlukan sesuatu yang darurat, penumpang akan kerepotan. 

Kehadiran minimarket di stasiun sebenarnya bisa menunjang kenyamanan penumpang yang sedang menunggu kereta. Apabila haus atau lapar, mereka bisa membeli minuman atau cemilan sambil menunggu kereta datang. Kalau ada keperluan darurat lain, mereka bisa mendapatkannya di minimarket. 

Begitu juga dengan kehadiran ATM,  saya rasa perlu ada mesin ATM di stasiun ini. Apalagi penumpang perlu menggunakan uang tunai untuk top up saldo kartu kereta. Iya kalian tidak salah dengar, top up saldo kartu kereta di Stasiun Palur harus menggunakan uang tunai. Memang sih ada alternatif pembayaran non tunai yakni Gopay. Namun, tidak semua orang menggunakan aplikasi berlogo hijau itu kan. 

Semoga uneg-uneg Kereta Commuter Line relasi Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur ini bisa menjadi masukkan bagi pengelola Stasiun Palur. Amat sayang kalau layanan keretanya sudah memuaskan, tapi stasiun transitnya mengecewakan. 

Penulis: Santhos Wachjoe P
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Merasakan Tua di Jalan: Naik KRL Transit Manggarai Harus Bayar Pakai Mental Health

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version