Stasiun Kertapati Palembang punya berbagai keunikan yang perlu diketahui oleh lebih banyak orang.
Kebanyakan orang masih belum tahu kalau di Pulau Sumatera juga memiliki transportasi darat kereta api. Setidaknya itulah yang dikira oleh orang-orang di sekitar saya yang sepanjang hidupnya tinggal di Pulau Jawa. Jaringan rel kereta apinya tidak sepanjang di Pulau Jawa, tapi ada wacana untuk menghubungkan jaringan rel yang ada di ujung atas Pulau Sumatera, Aceh, hingga ujung bawah di Lampung.
Ketidaktahuan soal kereta api di Pulau Sumatera otomatis membuat orang-orang tidak tahu terkait stasiun-stasiun yang ada di sana. Termasuk, stasiun unik yang ada di Sumatera Selatan, Stasiun Kertapati. Bangunan ini sudah ada sejak 1915 bertepatan dengan diresmikannya jalur kereta Prabumulih-Kertapati oleh Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS) atau divisi SS Sumatra Selatan.
Sebenarnya, dibanding daerah lain di Sumatra, Palembang agak terlambat memiliki jaringan rel kereta api. Di Jawa, kereta api sudah ada sejak 1867. Sementara di Aceh sudah ada sejak 1874, Sumatera Utara pada 1886, dan di Sumatera Barat spada 1891.
Tidak berselang lama dari diresmikannya jalur tersebut, jalur Palembang-Bandar Lampung juga terhubung dan diresmikan. Jalur sepanjang 529 kilometer ini menginspirasi SS sebagai perusahaan kereta milik negara untuk merencanakan menghubungkan rel di seluruh Sumatera. Namun, terjadi krisis Malaise di akhir 1920-an yang menggagalkan rencana ini. Bahkan, sampai sekarang, kereta yang menghubungkan seluruh Sumatra belum juga terlaksana.
Daftar Isi
Stasiun unik, terletak di antara pertemuan 2 sungai
Stasiun Kertapati merupakan stasiun tipe A di Divisi Regional (Divre) 3 yang berada di Kemas Rindo, Kota Palembang. Unitknya, stasiun ini unik karena letaknya di pertemuan dua sungai atau dalam istilah Jawa, tempuran. Dua sungai itu adalah Sungai Musi, sungai yang terkenal di Palembang, dan Sungai Ogan.
Dahulu, nama tempatnya ini adalah Karang Berahi. Kemungkinan nama Kertapati ini diambil dari penyebutan kata kereta api yang kalau dibaca sekilas terbaca seperti Kertapati. Nama ini bahkan juga nggak ada hubungannya sama tokoh lakon bernama Raden Inu Kertapati yang ada di cerita wayang.
Stasiun terminus yang punya banyak rel
Hal lain yang menambah keunikan Stasiun Kertapati, bentuknya terminus atau stasiun ujung bagi seluruh kereta yang mengarah ke Palembang. Kebanyakan stasiun di Indonesia jalurnya lurus yang melewati stasiun dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Namun, stasiun terminus jalurnya mentok di stasiun tersebut. Nggak jarang stasiun terminus itu punya arsitektur atau bentuk bangunan yang unik dan beda dari kebanyakan stasiun lainnya.
Nggak hanya berbentuk terminus, Stasiun Kertapati ini punya sangat banyak jalur rel, jumlah totalnya 14 jalur. Jumlah tersebut termasuk banyak walau belum bisa mengalahkan Stasiun Sidotopo di Surabaya yang punya 17 jalur rel.
Baca halaman selanjutnya: Belasan rel itu …
Belasan rel itu menjadikan Stasiun Kertapati Palembang sangat rumit. Bagaimana tidak rumit kalau di satu stasiun ada banyak cabang dan digunakan untuk beberapa angkutan kereta pula. Sebagai gambaran, dimulai dari Jalur 7-11 adalah jalur untuk melayani kereta penumpang. Seperti KA Sindang Marga dan KA Bukit Serelo yang menuju Lubuklinggau di Jalur 9. KA Sriwijaya, dan KA Rajabasa yang menuju Tanjung Karang di Jalur 10, serta bus rel Kertalaya di Jalur 8 atau 11. Stasiun ini cukup sibuk karena jadi stasiun pemberhentian utama semua kereta yang mengarah ke Lampung dan ke arah Lubuklinggau.
Sementara itu, Jalur 12-14 diperuntukkan untuk menyimpan atau tempat parkir rangkaian kereta penumpang dan barang. Jalur 1-6 adalah jalur untuk layanan kereta pengangkut batu bara atau babaranjang alias kereta batubara rangkaian panjang yaitu Kereta Barapati dan Kereta Baracinta. Kereta batu bara ini berhenti di Stasiun Kertapati kemudian bongkar muat lewat kapal tongkang.
Lokasi Stasiun Kertapati strategis
Letak stasiun ini cukup strategis, cukup dekat ke tempat-tempat ikonik Palembang. Ke Jembatan Ampera cuma 16 menit perjalanan. Ke Benteng Kuto Besak cukup memakan waktu 13 menit perjalanan, apalagi ke Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya hanya berseberangan dengan Sungai Musi.
Akan tetapi, kalau kalian ingin menjelajahi Palembang dengan LRT, kalian perlu menggunakan transportasi lain dari Stasiun Kertapati Palembang. Maklum dua moda transportasi ini belum terintegrasi. Saya juga heran, kenapa ya 2 transportasi publik ini tidak terintegrasi? Padahal manfaat yang diterima masyarakat akan sengat besar apabila dua moda transportasi terintegrasi.
Di atas beberapa keunikan dan keungulan Stasiun Kertapati Palembang. Kalau kalian ingin menjajal jaringan kereta api di Pulau Sumatera, jangan lupa mampir ke stasiun yang satu ini.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Tipe Penumpang Menyebalkan di KRL Jogja-Solo
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.