Tinggal di Bogor itu menyenangkan. Salah satu alasan yang saya sadari betul pada dewasa ini adalah keberadaan Stasiun Bogor di tengah kota yang lokasinya sangat strategis. Secara personal, bagi saya, ini bisa menjadi privilege tersendiri. Sebab, nggak perlu berkendara jauh apalagi menghabiskan banyak waktu untuk menuju stasiun dalam berbagai kegiatan: saat bepergian maupun bekerja. Itulah kenapa, Stasiun Bogor terbilang istimewa, khususnya bagi warga Bogor sendiri.
Sejak rutin menggunakan transportasi KRL mulai dari 2009 sampai dengan saat ini, banyak sekali perubahan yang terjadi di stasiun. Lorong menuju stasiun yang tadinya becek dan banyak sekali para PKL (Pedagang Kaki Lima), disulap menjadi stasiun yang cukup ramah dan nyaman bagi pejalan kaki. Bahkan saat ini, toilet umum pun menjadi nyaman. Berbeda dengan 10-15 tahun lalu yang, kondisinya terkesan kumuh dan terlihat jorok.
Hal lain yang menjadikan Stasiun Bogor istimewa adalah, ramah transportasi umum yang menghubungkan antara daerah satu dengan lainnya. Angkot, ojek pangkalan, sampai transportasi online. Semua bisa ditemui dengan mudah. Nggak kayak stasiun yang itu tuh.
Angkot dan beragam transportasi online, misalnya. Bisa kalian temui tidak jauh dari pintu keluar stasiun. Sedangkan untuk ojek pangkalan (tanpa aplikasi) sendiri, beberapa di antaranya sudah stand by di lorong stasiun untuk menawarkan jasanya. Bahkan di jam-jam tertentu, di pintu keluar stasiun ada beberapa Transjabodetabek yang stand by jika memang diperlukan sebagai alternatif perjalanan.
Friksi itu, sayangnya, nyata
Sebagian di antara kalian mungkin menganggap hal tersebut sudah biasa. Bukan hal unik atau menarik. Namun, perlu diketahui, beberapa wilayah lain masih belum merasakan kenyamanan serupa. Perselisihan antara transportasi konvensional dan online yang masih cukup kental—kalaupun sama-sama ada di lokasi yang sama, seakan punya area kekuasaan tersendiri dan keberatan jika disinggahi satu sama lain.
Saat ada keperluan bekerja dan mengharuskan saya untuk naik KRL kemudian turun di beberapa stasiun berbeda, misalnya. Ketika ingin melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi online, masih ada driver yang minta izin untuk ganti titik penjemputan agar sama-sama nyaman. Jika memang dirasa jauh, saya masih bisa paham. Tapi, alasan seperti, “Nggak enak sama ojek pangkalan atau angkot di situ, Bang.” Atau “Buat ngindarin gesekan aja kita, Bang. Cari aman aja,” rasanya terdengar agak nganu.
Maksud saya, kita tidak bisa berpikir naif, bahwa hal-hal seperti itu sudah musnah di beberapa wilayah lain, kan? Itulah kenapa, berangkat atau tiba di Stasiun Bogor, rasanya punya sisi privilege tersendiri. Sebab, gesekan serupa sudah bisa diminimalisir. Pemilihan transportasi umum bisa dipilih sesuka hati menyesuaikan budget dan kebutuhan.
Posisi Stasiun Bogor yang berada di pusat kota, menjadikannya strategis dan bisa dijadikan alternatif transportasi dari segala penjuru. Arah Ciawi atau Puncak, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Timur, sampai dengan area kabupaten, masih terbilang terjangkau untuk menyambangi stasiun ini.
Bahkan, beberapa kerabat atau saudara yang tinggal di Sukabumi dan bekerja atau ada perjalanan dinas ke area Jakarta, menyambung perjalanan mereka dari kereta Sukabumi, berhenti di Stasiun Paledang, kemudian tinggal jalan sekitar 5-7 menit untuk tiba di stasiun Bogor. Setelahnya, tinggal naik KRL Jakarta atau Manggarai (sesuai tujuan).
Titik penjemputan Stasiun Bogor yang lengkap
Titik penjemputan nenjadi pembeda dan hal istimewa lainnya bagi para pengguna transportasi online. Kalau kalian cek melalui aplikasi, beberapa di antara titiknya antara lain JPO Paledang, instant point yang terletak di pintu keluar Mayor Oking, atau Bank BJB (untuk pilihan terakhir, FYI, sedikit jauh dari stasiun, karena harus melalui Alun-alun Kota Bogor terlebih dahulu).
Satu hal yang mengganjal dan sampai dengan saat ini masih belum membikin nyaman, adalah JPO yang menghubungkan antara stasiun Bogor dan jalan Paledang. Selain cukup curam, anak tangganya pun kecil dan terkadang licin. Semoga, hal ini menjadi perhatian juga. Sebab, JPO ini masih dibutuhkan oleh banyak orang untuk menyeberang. Ya, bisa saja nekat menyeberang melalui jalur kendaraan. Tapi, tentu itu salah. Selain bikin macet, membahayakan keselamatan.
Stasiun Bogor mungkin belum atau bahkan tidak sempurna sama sekali. Tapi, karena beberapa kemudahan akses transportasi terusannya, mulai dari yang online sampai konvensional, menjadikan Stasiun Bogor begitu istimewa bagi para pelancong yang hilir mudik di dalamnya.
Sumber gambar: Afrogindahood via Wikimedia Commons
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Stasiun Nambo Bogor, Rock Bottom “SpongeBob SquarePants” di Dunia Nyata yang Dihindari Anker