Starter Pack Petani Tambak Sebelum Memanen Ikan Tengah Malam

Starter Pack Petani Tambak Sebelum Memanen Ikan Tengah Malam

Tidak banyak yang mengenal bagaimana petani tambak itu memulai, berproses, dan menghasilkan. Padahal, di balik ikan yang menjadi lauk di piring-piring kita ada tetes keringat petani tambaknya. Bukan berarti bercampur dengan keringatnya ya, kan kalau begitu jadinya ikannya jadi asem.

Saya beruntung menjadi sperma, kemudian dibuahi dan lahir serta besar di keluarga yang 100% original petani tambak tulen, tepatnya di wilayah Kabupaten Maros (tetanggaan dengan Makassar), walau saya sekarang makkos (ngekos) di Makassar, tapi orang tua saya masih tinggal di sana, memberikan dedikasi dan totalitas kepada empangnya masih ia lakukan sampai hari ini.

Akan tetapi, perpindahan tempat tinggal saya tersebut bukan berarti menghentikan kerja-kerja profesional saya sebagai anak dari petani tambak dan pada saat yang sama sebagai petani tambak juga. Satu bulan atau dua bulan sekali, atau bahkan hanya ketika masa-masa panen menjelang, biasanya berada di kisaran antara bulan 6 atau 12.

Masa menjelang panen inilah yang kadang membuat saya tercerahkan bahwa dalam hal bekerja bukan tentang seberapa besar upah yang kita dapatkan tapi seberapa berfaedahnya dampak baik yang kita kerjakan. Kalau banyak ya, alhamdulillah. Kalau tidak ya, nauuzhubillah alhamdulillah juga. Hal mendasar yang menjadi fokus pijakan saya dari sebuah pencerahan tersebut adalah lebih mensyukuri dan menghargai ikan-ikan (utamanya ikan bandeng) yang kita nikmati, baik di lesehan, warung, kantin kampus, atau rumah calon mertua. Baru calooon~

Untuk lebih memahami dan merasakan bagaimana ikan-ikan itu bisa hadir di piring kita, mari saya kenalkan teman-teman dengan starter pack petani tambak saat sedang memanen ikan. Siapa tahu dengan mengenal starter pack-nya, teman-teman jadi tercerahkan dan tidak menyia-nyiakan ikan-ikan itu begitu saja. Ya, kalau ternyata nantinya masih belum tecerahkan, pakai aja bodi lotion yang anti sinar UV itu.

#1 Baju Kaos Bekas Kampanye Partai

Kaos bekas kampanye partai bagi petani tambak, bukan hanya suatu fashion yang berisi slogan-slogan bualan, tapi ia adalah suatu manifesto untuk disimpan dan digunakan saat akan memanen ikan. Penggunaannya pun bukan hanya 1 kaos, tapi bisa juga 2 atau bahkan 3 kaos.

Ada yang dikenakan saja, ada yang dililit di kepala sampai telinga, ada pula yang diikat dibagian perut. Semua itu untuk melindungi diri dari tajam dingin malam dini hari saat panen.

#2 Tempat Penyimpanan Ikan yang Terbuat dari Karung

Sebenarnya, istilah tepatnya bukan “terbuat” sih akan tetapi “didesain dadakan”. Betapa tidak, saat panen ikan tiba, bisa dikatakan keluarga besar datang dari sepupu, sepupu dua kali, sepupu tiga kali, sampai keluarga yang sering meneror pertanyaan kapan nikah?, semuanya berbondong-bondong datang. Oleh karenanya, ketersediaan tempat ikan yang bahan dasarnya dari jaring diminimalisir dengan membuat atau mendesain dadakan tempat ikan: karung bekas pupuk urea, di kedua ujungnya diikatkan sampai membentuk selampangan yang dapat digunakan seperti tas.

#3 Celana Sepak Bola Harga 15 Ribuan

Entahlah mungkin harganya sekarang naik karena celana bola bisa juga ditimbun seperti masker terdampak wabah corona. Akan tetapi di pasar-pasar tradisional celana sepak bola yang harga 15-ribuan masih sering saya temukan, walau quality of goods-nya diragukan, sebab bayang-bayang yang tersembunyi di baliknya ketika dipakai terlihat jelas. Bahannya tipis, Boscuu. Walau tidak sampai rupanya, tapi bentuk anu kita akan mudah orang yang melihat imajinasikan.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi petani tambak yang akan memanen ikan, sebab dari bahannya yang tipis, akan memudahkan pergerakan petani tambak dalam menjaring ikan buruannya.

 #4 Kopi Hitam

Ada 3 terminologi yang sering dipakai di daerah Bugis-Makassar (Kabupaten Maros), dalam mengistilahkan kopi hitam, yaitu: Kopi Lotong, Kopi Bolong, dan Kopi Serru’. Walau kode etik penyebutannya punya posisi dan konteks masing-masing, tapi dalam hal ini saya sebut saja kopi hitam agar lebih dimahfumi semua umat.

Yang umum kita ketahui, kopi hitam hanya sebagai penambah daya begadang. Namun bagi petani yang ingin memanen ikannya, lebih daripada itu, fungsi kopi hitam dijadikan sebagai hal istimewa bahkan sakral. Pasalnya, keletihan yang dialami ketika berada di tengah-tengah empang kadang dijadikan alasan karena tidak meminum kopi hitam sebelumnya.

#5 Rokok

Telah diketahui secara jamak bahwa rokok telah menjadi bagian dan episode laku hidup masyarakat desa dan kampung, apalagi pesisir. Namun bukan sebatas rokok di daerah Bugis-Makassar, ada rokok khas yang namanya Ico’. Ia sangat berbeda dengan kretek sebab rokok Ico’ diracik menggunakan tembakau dan gula merah, yang setelah itu di-press kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang disebut timpo yang diasapi dalam waktu yang lama, sampai tembakau dan gula merah benar-benar matang.

Walau eksistensi Ico’ dalam beberapa dasawarsa belakangan ini telah redup. Akan tetapi sebelum banyaknya rokok dengan segala variannya sekarang, Ico’ telah digunakan petani tambak sebagai hal yang harus ada dan diusahakan tidak boleh tidak ada ketika memanen ikan tengah malam.

Oh iya, karena temanya tentang ikan-ikanan, saya punya tebakan,

Ikan apa yang sangat beriman dan mau mencegah penyebaran corona?

Jawab hayooo~

.

.

.

Jawabannya: Ikan yang takut sakit dan kalau sakit takut menyusahkan orang. Terus jika sakit ia takut sujudnya kurang, ngajinya kurang, pada akhirnya ia takut ibadahnya berkurang. Makanya ia #DirumahAja.

Catatan: tebakan di atas terinspirasi dari perkataan KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha).

BACA JUGA Pengalaman Saya Sebagai Anak Petani atau tulisan Sahyul Pahmi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version