Lahir di Kecamatan Srono membuat saya memiliki ikatan batin yang cukup sentimentil dengan kawasan yang ada di selatan Banyuwangi ini. Kebetulan saya lahir di Desa Rejoagung, salah satu desa di kecamatan tersebut yang memiliki peran penting dalam semesta pertanian di Bumi Blambangan.
Meski saya tinggal lama di Kabupaten Jember, namun hati saya tetap bertaut di Srono. Saya selalu ingin menghabiskan masa tua kelak di kampung halaman. Sebab diakui atau nggak, hidup di desa menyenangkan, tak seperti tinggal di kota yang apa-apa serba cepat dan buru-buru.
Ada beberapa alasan yang membuat saya jatuh hati pada Srono Banyuwangi. Kecamatan ini menjadi tempat terbaik untuk menghabiskan masa tua di Banyuwangi.
Daftar Isi
Kecamatan Srono masih hijau dan asri karena merupakan lumbung padi di Banyuwangi
Tentu saja nggak bisa dimungkiri bahwa Kecamatan Srono memiliki potensi pertanian yang melimpah dengan luasan areal sawah produktif 9.204 Ha dari rilis BPS 2022. Hamparan sawah hijau dan tanaman yang subur menjadi ciri khas kecamatan ini.
Tentu saja hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurut saya, Pemkab Banyuwangi sudah memiliki atensi untuk wilayah-wilayah yang bisa dikembangkan. Mana saja kawasan yang memang dipilih untuk menjadi lumbung padi, perkebunan, industri, hingga destinasi wisata sudah ditentukan oleh pemangku kebijakan.
Perlu diapresiasi juga, meski atensi mengenai wisata di Banyuwangi cukup serius dari pihak Pemkab, Pemkab tetap memiliki pandangan jika pembangunan destinasi wisata nggak selalu berarti mengorbankan sektor lain, termasuk pertanian. Justru di Bumi Blambangan hal itu bisa menjadi peluang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Makanya Kecamatan Srono tetap bisa hidup tanpa destinasi wisata.
Nggak ada destinasi wisata yang istimewa di sini, jadi jauh dari hiruk-pikuk wisatawan
Banyak kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang dikembangkan menjadi destinasi wisata. Tentu saja hal ini tak hanya mendatangkan wisatawan, tapi juga membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan warga setempat.
Meski begitu tetap saja seperti yang saya katakan sebelumnya, Pemkab Banyuwangi sudah memiliki pertimbangan sendiri. Kecamatan Srono yang nggak memiliki destinasi wisata istimewa tetap dibiarkan mengembangkan sektor pertaniannya yang unggul dibanding kecamatan lain di Kabupaten Banyuwangi. Di Srono, kita masih bisa melihat hijaunya sawah dan merasakan udara segar tanpa polusi. Tentu saja ini menjadi nilai plus bagi siapa pun yang ingin menikmati hari tuanya di sini.
Letaknya strategis
Menuju ke Banyuwangi dari kawasan Genteng maupun Cluring, pengguna jalan dipastikan akan melewati Kecamatan Srono entah itu di Jalur Sumbersari atau akses Jalan Raya Wonosobo-Srono. Sebab, lokasi kecamatan ini memang sangat strategis lantaran dilalui jalan utama ke Kecamatan Rogojampi.
Jika menilik ke belakang, kawasan ini memiliki peran vital di masa kolonial sebagai jalur angkut komoditas kayu untuk dibawa ke Kota Banyuwangi menggunakan kereta api. Bahkan bekas jalurnya masih bisa dilihat hingga saat ini. Konon, pada masa itu kereta dari Benculuk menuju Banyuwangi kota membelah jalur Kecamatan Srono di wilayah Kebaman, Sukonatar, hingga ke Wonosobo.
Oleh karena itulah Srono menjadi daerah yang cukup strategis di Banyuwangi. Mau ke mana-mana dekat dan tak membutuhkan effort besar.
Bagi saya, suasana asri, udara segar, serta hamparan hijau persawahan di Srono Banyuwangi semakin menguatkan keinginan saya untuk menghabiskan masa tua di sini. Tempat ini memang sebaik-baiknya tempat pensiun di Banyuwangi.
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.