Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja

Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja

Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja (Pixabay.com)

Anak UIN Jogja, pasti tau dan kenal dengan daerah Sorowajan. Bahkan rasanya kurang UIN kalau belum nongski di Sorowajan. Daerah ini, bisa dibilang, adalah daerah yang menghasilkan tokoh besar Kalijaga Muda. Ngeri betul.

Sorowajan memang terkenal sebagai daerah yang dipenuhi warung kopi dengan harga yang miring. Isu harga kopi melambung sepertinya tidak berlaku di daerah ini. Uang tipis tak akan menghentikanmu untuk ngopi di daerah ini.

Kenapa saya menekankan harga, karena itu anomali. Sorowajan itu letaknya amat strategis. Dekat dengan Plaza Ambarrukmo, UIN Sunan Kalijaga, juga dekat dengan landmark-landmark Jogja yang lain menjadikan tempat ini ladang uang bagi orang-orang yang paham bisnis. Tetapi, justru di daerah inilah kita menemukan banyak kedai kopi dengan harga yang miring.

Mulai dari Blandongan, Joglokopi, Kopigenk, Kopas, Basabasi dan lain sebagainya adalah deretan warung kopi yang jelas saja punya menu yang lebih murah.

Oleh karena itulah, Sorowajan jadi saksi bisu perjuangan rakyat UIN selama merantau dan thalabul ilmi di UIN Sunan Kalijaga. Biasanya sih, awal mula perkenalan dengan warung kopi dikenalkan oleh senior di kampus.

Sorowajan mencetak tokoh besar

Di awal-awal tadi, saya bilang bahwa Sorowajan adalah pencetak tokoh besar Kalijaga Muda, dan itu nggak berlebihan. Saya jelaskan dulu.

Begini. Mahasiswa, jika sedang di warung kopi, pasti akan berdiskusi tentang hal ndakik-ndakik. Hal itu nggak buruk, justru bagus malah, sebab memang mahasiswa harus berbicara hal-hal besar. Diskusi demi diskusi akan membentuk seorang mahasiswa menjadi seseorang yang lebih besar ketimbang dirinya di masa lalu. Dan dari itulah, “tokoh-tokoh” akhirnya lahir.

Jadi misal di masa depan nanti ada tokoh besar di Indonesia dan dia cerita bahwa dulu sering ngopi di Sorowajan, itu nggak mengagetkan. Sebab saya sendirilah saksinya, melihat banyak orang berbicara hal besar. Utopis, tapi siapa tahu nanti hal-hal utopis itu jadi nyata, who knows?

Daerah lain di Jogja makin bersolek. Condongcatur makin terlihat mewah, Seturan tetap macet, lampu Jalan Magelang makin mengilap. Tapi, Sorowajan akan tetap sama. Mungkin akan makin bersolek, tapi kedai kopi yang ada tetap tak berubah, memberi ruang kaum tipis kapital untuk tetap menyuarakan hal-hal besar dan menjaga optimisme pada perubahan.

Penulis: Nur Muhammad Ikhsanun
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warung Kopi Blandongan, Merevolusi Sajian Kopi di Yogyakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya

Exit mobile version