Solo Traveling: Berlibur sembari Memahami Kapasitas Diri

solo traveling

solo traveling

Dewasa ini, traveling menjadi tren mulai dari kaum muda mudi hingga para orang tua. Traveling digadang-gadang menjadi aktivitas untuk melepaskan penat atau sekadar mengisi waktu luang. Atau bagi orang yang sudah bingung menghabiskan uang—tentu bukan seperti saya—traveling menjadi solusi paling menjanjikan.

Di tulisan ini saya mencoba untuk menawarkan solo traveling. Tentu sebelum menulis ini saya sudah sering melakukan solo traveling, bahkan solo hiking sekalipun. Dan bagi saya cukup sayang kalau tidak dibagikan betapa nikmat dan bermanfaatnya melakukan solo traveling.

Bentar-bentar, jangan pikir solo traveling ini adalah kegiatan yang mengenaskan ya. Mentang-mentang pergi sendiri, dianggap nggak punya temen atau pasangan. Bukan itu. Kegiatan ini memang dilakukan untuk mengukur kapasitas diri. Terkadang, manusia menemukan makna ketika sendiri. Jadi buang jauh-jauh pikiran kalian yang cupet itu.

Ya sa tau kalau yang melakukan kegiatan itu biasanya jomblo, tapi plis lah 🙁

Hal pertama yang perlu kita persiapkan sebelum melakukan solo traveling yaitu, manajemen perjalanan. Manajemen perjalanan ini meliputi banyak hal mulai dari waktu, keuangan, destinasi, tujuan, dan lain sebagainya. Bahkan kalau saya pribadi, untuk mempersiapkan perjalanan memakan waktu lebih banyak daripada perjalanannya itu sendiri.

Dengan manajemen perjalanan yang baik tentu kita akan dapat hasil maksimal dari perjalanan kita. Setidaknya kita akan dapat tiga hal manfaat besar dari sebuah solo traveling untuk memahami kapasitas diri, yaitu manajemen waktu, emosi, dan keuangan.

Manajemen waktu

Saat solo traveling kita dipaksa untuk terus menghargai waktu. Itu kalau pengen menikmati perjalanan secara disiplin. Bagi orang yang cukup sibuk seperti saya, mengatur waktu saat traveling jadi kunci utama. Selain untuk memaksimalkan pengalaman di destinasi yang hendak dituju, dengan disiplin waktu kita juga bisa tidak sia-sia melakukan traveling.

Bayangkan aja, sudah meluangkan waktu dan menghabiskan uang, eh, sampai destinasi malah banyak mager dan memilih tidur. Akhirnya semua destinasi hanya isap jempol belaka. Kecuali kalau memang dalam rencana perjalanan kita ke destinasi tertentu hanya untuk tidur, itu persoalan yang beda. Nah di sini kita akan tau seberapa disiplin kita dengan segala godaan dan keterbatasan yang ada.

Manajemen emosi

Dalam sebuah perjalanan, sering kali kita dihadapkan pada situasi yang tidak terduga. Mulai dari tiba-tiba cuaca buruk atau hal-hal lainnya yang di luar kendali dan prediksi kita. Tapi, percayalah itu semua secara tidak langsung berkontribusi terhadap kemahiran kita mengendalikan emosi kedepannya.

Memang sudah sewajarnya ketika solo traveling itu merasakan kondisi memprihatinkan. Misalnya menjadi agen pemuda tersesat karena ulah Google Maps atau melihat sepasang muda-mudi bergandengan tangan di destinasi yang dituju. Ajorrr…

Manajemen keuangan

Banyak yang beranggapan bahwa traveling itu pemborosan. Bagi saya justru anggapan itu salah besar. Nyatanya hasil yang saya dapat dari traveling jauh lebih mahal dari uang yang harus saya keluarkan. Bahkan kalau dipikir-pikir dan dikalkulasikan, pengeluaran biaya traveling lebih hemat nan bermanfaat ketimbang bansos isi mi instan dan kecap itu, eh.

Dengan segudang manfaatnya, tidak ada salahnya kita menjajal solo traveling. Tidak perlu jauh-jauh, coba aja dulu solo traveling di kota sendiri atau kota tetangga. Atau mentok-mentoknya nyoba mengelilingi kecamatan tempat tinggal seharian, pasti ada hal baru yang bisa kamu temukan di sana untuk memahami dan mengembangkan kapasitas diri.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version