Sleeper bus tidak hanya lahir untuk memanjakan orang-orang introvert dan antisosial. Moda kendaraan ini lahir karena memang dibutuhkan oleh dunia ini. Khususnya para penumpang bus yang ingin mencari kenyamanan selama perjalanan.
Kebetulan saya sendiri termasuk manusia yang sangat menyukai naik bus. Semua model bus saya suka. Bus dalam kota yang keadaannya semrawut dan kondisinya sudah tidak layak? Saya tetap bisa menikmati bus yang panas itu. Kadang saya sampai tertidur.
Saya juga suka mencoba berbagai bus jarak jauh. Mulai dari kelas ekonomi, VIP, eksekutif, super eksekutif, hingga sleeper bus. Kemarin ada yang menulis di Terminal Mojok kalau sleeper bus itu ada yang nggak nyaman. Saya tidak akan membantah opini seseorang. Namanya saja opini, tentu sifatnya personal. Namun, bagi saya, dunia ini membutuhkan semua sleeper bus.
Daftar Isi
Repotnya berbagi kursi sama penumpang yang terasa mengganggu
Apakah kamu pernah dibuat pusing oleh penumpang yang duduk di sebelah dan terasa ganggu? Saya sering. Misalnya, teman duduk kita nggak mau berhenti ngobrol. Padahal saat itu badan lagi capek-capeknya, eh malah ditanya-tanya kayak diwawancara wartawan.
Mau tidur nggak bisa, menyuruhnya diam kok nggak sopan. Mau menanggapi tapi badan nggak ada energi lagi. Sungguh, pokoknya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga cepat sampai tujuan. Hal-hal kayak gini nggak akan temui di sleeper bus.
Apakah kamu pernah berbagi kursi bersama seorang ibu yang membawa balita? Dibilang besar ya nggak, dibilang kecil ya nggak juga. Mau mangku kok berat, beli tiket juga sayang. Akhirnya, kursi yang harusnya buat berdua jadi buat bertiga.
Hal seperti ini mengganggu sekali. Kalau jaraknya dekat kayak Karawang ke Cikarang sih nggak masalah. Tapi kalau duduk nggak nyaman dari Karawang ke Jogja, ya wassalam.
Apakah kamu pernah pas lagi pengen tidur selama perjalanan menggunakan bus malam, tapi manusia di sebelah kita nggak berhenti main hape? Mana layarnya terang benderang kayak masa depan Rafatar. Sudah gitu kadang volumenya suka disetel nggak kira-kira. Di sleeper bus, pengalaman kayak gini nggak akan kamu alami.
Bau badan dan nggak tahan sama AC
Apakah kamu pernah ketemu manusia yang bau badannya menyengat banget? Hidung sudah diolesi minyak kayu putih dan ditutupi masker, tapi bau-bau itu tetap masih tembus.
Sekali lagi, kalau dekat, sih, nggak masalah. Lah kalau jauh? Kayak gini memang apes-apesan, tapi nggak menutup kemungkinan dari segala hari apes kita bakalan ketemu manusia modelan kayak gini. Apa nggak mual itu perut? Sudah begitu sopir ugal-ugalan. Makin menjadi itu mual.
Pernah nggak, kamu kegerahan di dalam bus tapi manusia di samping kita nggak tahan AC? Atau sebaliknya, kita nggak kuat AC tapi manusia sebelah kita asli Kutub Utara yang nggak bisa hidup tanpa hawa dingin? Kalau naik sleeper bus, kita bakal bisa mengatur sendiri AC-nya.
Semua sleeper bus bisa menjadi solusi derita naik “bus biasa”
Siapa bilang kursi bus eksekutif itu bisa disetel hingga 180 derajat? Oh, tentu tidak bisa. Jarak kursi, walaupun lega, tapi tetap terbatas.
Memang tidak ada aturan pasti seberapa kemiringan kursi yang diperbolehkan mundur, tapi ya kira-kira saja. Kalau sekiranya si kursi sudah mengganggu penumpang belakangnya, ya mbok sadar diri tanpa perlu ditegur.
Namun, manusia seperti ini banyak sekali bertebaran di bus eksekutif. Merasa sudah bayar tiket mahal, lalu bisa seenaknya memundurkan kursi ke belakang tanpa kira-kira. Lah, memangnya yang bayar situ doang? Mending naik sleeper bus, kan.
Dari segala permasalahan yang sudah saya paparkan di atas, sleeper bus masih menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang ada. Mungkin bagi sebagian orang membayar mahal hanya untuk naik bus itu adalah kesia-siaan.
Tapi jangan lupa, di bagian bumi lain, ada sebagian manusia yang lebih nggak kuat bertemu manusia-manusia menyebalkan di dalam bus. Dan kami ini, mending bayar tiket sleeper bus yang lebih mahal, ketimbang nggak nyaman di perjalanan jauh.
Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.