UM Malang, tidak bisa dimungkiri lagi, punya banyak hal untuk dikagumi. Mahasiswa yang ramah, suasana akademi yang menyenangkan, serta fasilitasnya juga bisa dibilang mumpuni. Tapi tentu saja selalu ada hal menyebalkan di balik hal yang menyenangkan. UKT, birokrasi, dan web kampus UM adalah hal tersebut. ketiga hal tersebut sama menyebalkannya, tapi entah kenapa, saya lebih sebal terhadap webnya, semua karena Sipejar.
UM Malang memiliki banyak sekali web yang pastinya mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Misal Siakad, berguna untuk mengambil KRS dan profil mahasiswa, Lalu, Sipadu, berguna untuk layanan perpustakaan, Simawa, berguna untuk mengurusi soal prestasi dan sertifikat mahasiswa. Dan yang terakhir ada Sipejar, yang berguna untuk melihat dan mengerjakan tugas dari dosen.
Nah, dari semua itu, Sipejar UM lah yang paling bikin naik darah. Kenapa? Karena ia sering error, padahal web tersebut perannya kelewat krusial.
Kegunaan Sipejar bukan Cuma untuk tugas aja, biasanya juga digunakan untuk melaksanakan ujian secara serentak entah UTS atau UAS. Bayangin aja, webnya pernah error waktu saya mau ngerjain UAS. Siapa yang nggak naik darah coba?
UM Malang tidak belajar dari kesalahan
Sebenarnya problematika web kampus sudah menjadi hal lumrah di kampus-kampus Indonesia. Hanya saja, UM Malang seakan tidak belajar dari kesalahan. Sudah tau webnya sering error, bukannya dibenahi tapi malah disuruh digunain terus. Yang paling kesel adalah, ketika saat UAS dan servernya error, dosen menyuruh mahasiswa nya untuk melakukan susulan. Lah?
Hal itu sebenarnya menjadi angin segar bagi mahasiswa, mengingat webnya error dan masih di beri kesempatan kedua untuk mengerjakan lagi. Tapi, hal itu tak semudah membuka tutup botol. Pasalnya, dosen menyuruh mahasiswanya untuk melakukan susulan menggunakan sipejar lagi. Maksud saya, apakah pihak UM Malang nggak pernah belajar dari kesalahan. Udah tau webnya error, tapi masih aja digunain untuk UAS.
Seharusnya, mereka memberikan jalan alternatif lain misalnya, UAS menggunakan Google Form atau mungkin menggunakan aplikasi atau menggunakan metode yang lain.
UKT udah bayar, Sipejar tetep ambyar
Problematika Sipejar UM Malang ini jelas nggak hanya dialami oleh angkatan saya. Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, ini masalah menahun. Kakak tingkat saya yang angkatan 2020 saja mengalami hal yang sama.
Mungkin saya terdengar seperti kaset rusak, mengulang kalimat “apakah UM Malang tidak belajar dari pengalaman yang ada”. Tapi, mau bagaimana lagi, hal ini bikin saya beneran keheranan. Ini masalah kan sudah jelas ya, tindakan yang harus dilakukan juga jelas ya, solusinya juga jelas ya, lalu, apa lagi yang dipikirkan?
Kalo Sipejar UM ini masih sering error ke depannya, hal itu menjadi nilai buruk bagi UM sendiri. Kalau sekelas web kampus aja mereka nggak bisa benerin, gimana ngurusin hal-hal lain?
Padahal UKT UM Malang juga nggak murah, bahkan beberapa harganya di luar nalar. Tapi sekelas web saja, mereka nggak bisa memberikan yang proper. Apakah harus diberi tahu kalau mahasiswa berhak dapet fasilitas mumpuni setelah melaksanakan kewajiban? Masak ya kayak gini harus dikasih tahu…
Penulis: Moch. Fadhil Reiza Putra
Editor: Rizky Prasetya
