Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa: Teman Berbagi Luka Masa Kecil

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
2 Desember 2021
A A
Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa: Teman Berbagi Luka Masa Kecil terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Judul: Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa
Penulis: Patresia Kirnandita
Penerbit: EA Books
Jumlah Halaman: xvi + 228 halaman
Tahun Terbit: 2021

Masih banyak anggapan bahwa kekerasan adalah bagian dari pengasuhan anak yang wajar. Anak dinilai patut dikerasi supaya disiplin, orang tua punya kuasa penuh atas si anak (di antaranya bahkan berpikir sampai anak menikah), serta bagaimanapun, surga berada di telapak kaki ibu dan “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa.” (Hal. 34).

Memulai membaca Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa, ingatan tentang luka masa kecil saya terasa dipanggil kembali. Sama seperti Mbak Patresia Kirnandita (penulis buku ini), saya adalah seorang anak yang tumbuh dengan perasaan ganjil kepada ibu.

Saya tidak tahu bagaimana menyebut perasaan itu. Ada kecewa, marah, sayang, sekaligus takut. Kekerasan fisik maupun verbal yang saya terima sejak kecil, membuat saya tumbuh menjadi anak yang sulit mengingat bagaimana hangatnya pelukan seorang ibu.

Saya bahkan tidak ingat bagaimana saya dan ibu saling mengucapkan selamat ulang tahun. Kami juga tidak pernah membahas hal-hal yang berhubungan dengan perempuan. Makanya, ketika saya menstruasi untuk pertama kali, saya benar-benar bingung menghadapinya.

Seperti yang tertulis di dalam buku ini, oleh banyak orang di luar sana, perasaan saya itu sering kali dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan. “Tidak ada yang namanya orang tua toksik. Yang ada hanya anak yang tak berbakti, gampang mengeluh, tukang menyalahkan, atau durhaka.” (Hal. 218)

Akhirnya, alih-alih menyadari dan berusaha mengobati luka yang ada, saya malah terbiasa untuk mengabaikannya. Sampai detik ini, saya belum pernah mendatangi psikolog sebagai langkah menyembuhkan diri sendiri. Padahal, saya sempat begitu lama hidup dengan melabeli diri sendiri dengan sebutan anak durhaka yang tidak berhak bahagia.

Membaca buku ini, sering kali saya seperti melihat diri sendiri. Banyak luka yang diceritakan Mbak Patresia yang membuat saya merasa bahwa luka masa kecil saya diakui, saya punya teman.

Baca Juga:

Alasan Gramedia Tidak Perlu Buka Cabang di Bangkalan Madura, Nggak Bakal Laku!

Mindfulness Parenting Mengajari Saya untuk Tidak Menurunkan Trauma kepada Anak Masa Depan Saya

Saya suka bagaimana Mbak Patresia merangkai kisah luka masa kecilnya dengan memadukan jurnal pribadi dan referensi ilmu psikologi. Jadi, membaca buku ini bukan sekadar berbagi luka dan pelukan, tetapi sekaligus mendapat banyak sekali pengetahuan baru.

Di dalam buku ini, Mbak Patresia menceritakan kisahnya secara runtut, mulai dari bagaimana luka masa kecil itu muncul, bagaimana ia tumbuh dengan lukanya, bagaimana luka itu berpengaruh terhadap banyak hal dalam hidupnya (termasuk kisah percintaan), dan bagaimana luka itu menjadikannya seorang ibu yang berusaha agar anaknya tidak mengalami apa yang ia alami dulu. Tidak mudah memang, tetapi dari sanalah kita bisa melihat betapa luka masa kecil itu bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan.

Sama seperti Mbak Patresia, saya juga sadar bahwa kedua orang tua saya bukan tidak pernah melakukan kebaikan dan memberi cinta. Kebaikan dan cinta itu ada. Namun, ekspresi untuk menunjukkan bahasa cinta itu yang tak sama dengan apa yang saya harapkan.

Memang benar ada anak yang akhirnya bisa menjadi “orang” karena didikan yang keras, tetapi itu bukan berarti bahwa tidak ada anak yang merasa lebih dicintai dengan pelukan dan kata-kata manis. Orang tua juga bukan hanya perlu didengar oleh anak, tetapi juga perlu untuk mendengarkan isi hati anak.

Satu hal yang juga paling menyenangkan bagi saya dari buku ini adalah ketika Mbak Patresia menceritakan bagaimana dia mulai memaafkan diri sendiri dan belajar memaklumi serta memaafkan kedua orang tuanya, terlebih sang ibu.

Orang tua yang toksik, yang menjadikan kekerasan sebagai bahasa cinta, bukan tidak mungkin tumbuh dalam keadaan yang sama.

Saya pribadi mengamini hal tersebut. Dari cerita saudara-saudara ibu saya, saya tahu bahwa ibu saya juga dididik dengan keras. Sayangnya, ibu saya menganggap hal tersebut sebagai bagian dari cara kedua orang tuanya dalam mendidik anak. Jadi, bisa dibilang, hal tersebut seperti lingkaran setan yang kalau tidak diputuskan, akan terus berlanjut ke generasi-generasi selanjutnya.

Membaca buku ini, saya dihadapkan pada tiga hal. Pertama, saya diajak melihat kembali luka masa kecil. Kedua, merasakan bagaimana luka masa kecil saya diakui dan bagaimana luka masa kecil itu menjadi bagian tak terpisahkan dari diri saya yang sudah dewasa (yang mau tidak mau berdampak pada kepribadian saya). Ketiga, saya diajak untuk merasa bahwa tidak ada tenggat waktu tertentu untuk berdamai dengan luka masa lalu. “Perjalanan rekonsiliasi selalu panjang, pun demikian dengan pemulihan anak kecil dalam diri kita.” (Hal 220).

Luka masa kecil yang saya bawa sampai dewasa memang tidak pernah tersentuh kata maaf, tetapi dari sanalah saya belajar tentang besarnya arti kata maaf dalam kesalahan.

Meskipun buku ini berisi toxic parenting, tetapi isinya bukan semata penghakiman terhadap orang tua. Ada banyak kalimat-kalimat menenangkan yang rasanya membuat saya pribadi ingin lebih fokus menerima dan menyembuhkan luka dibanding terus menyalahkan keadaan.

Catatan: ada bagian dalam buku ini yang memuat cerita tentang keinginan bunuh diri.

Sumber Gambar: Buku Mojok

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Desember 2021 oleh

Tags: BukuBuku MojokOrang TuaSi Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasatoxic parenting
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Tutorial Bikin Nama Anak yang Simpel tapi Tetap Menarik

Tutorial Bikin Nama Anak yang Simpel tapi Tetap Menarik

16 April 2020
menyikapi dosen yang tak pernah praktik kerja berdebat dengan dosen

Dosen Ngewajibin Mahasiswa Beli Bukunya Itu Sebenernya Pantes Nggak sih?

18 Desember 2020
palasari surga buku bandung mojok

Palasari, Wisata Buku Bandung yang Terlupakan

28 Juli 2021
Mencorat-coret Buku Bacaan Itu Nggak Salah, Justru Wujud Kreatif dan Kritis terminal mojok.co

Mencorat-coret Buku Bacaan Itu Nggak Salah, Justru Wujud Kreatif dan Kritis

30 Desember 2020
Stop Glorifikasi Kemampuan Anak Naik Motor. Nggak Ada Keren-kerennya Tau! terminal mojok

Stop Glorifikasi Kemampuan Anak Naik Motor. Nggak Ada Keren-kerennya Tau!

19 September 2021
Ide Membangun 10 Ribu Perpustakaan Desa Bukti Perpusnas Gagal Paham dengan Kondisi Literasi di Desa Mojok.co

Ide Membangun 10 Ribu Perpustakaan Desa Bukti Perpusnas Gagal Paham dengan Kondisi Literasi di Desa

24 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.