Si Doel Anak Sekolahan Episode 31, Musim 3: Mandra Bicara Soal Prinsip di Depan Munaroh

si doel anak sekolahan episode 31 musim 3 mandra bicara serius dengan munaroh dialog mojok.co

si doel anak sekolahan episode 31 musim 3 mandra bicara serius dengan munaroh dialog mojok.co

Galau. Segalau-galaunya. Si Doel yang baru pulang kerja jadi adegan pembuka di Si Doel Anak Sekolahan episode 31. Pulang kesorean karena banyak kerjaan, lihat teras rumah yang sudah berubah wujud balik kayak dulu, mau mandi malah diolok-olok sama Mandra pula.

“Napa muka lu lecek amat? Kangen lu ya? Makanya mikir! Sekarang aja baru kangen lu! Jadi laki mah kayak gue. Mana nih yayangku? Nyuun…? Nyunyun…? Aa’ di sini… Nyun…,” kata Mandra sambil masuk ke rumah. Ciyeee, sudah lupa sama Munaroh dan Ambar nih kayaknya.

Sementara itu, Sarah ternyata kembali lagi ke rumah Tante Silvi. Niat awalnya untuk pulang batal karena dapat kabar dari mamanya kalau mama dan papanya mau berangkat lagi ke luar negeri. Sarah merasa tidak pernah diperhatikan oleh orang tuanya. Tante Silvi mengingatkan Sarah tentang sebuah kalimat yang isinya kurang lebih begini, “Kalau kamu mau pergi dan meninggalkan rumah siapa pun, jangan membanting pintunya terlalu keras. Karena siapa tahu suatu hari nanti kamu akan datang dan mengetuknya lagi.”

Tante Silvi mengingatkan Sarah tentang ini bukan hanya karena Sarah pergi dari rumah orang tuanya, tapi juga sikap Sarah ke keluarga Doel. Menurut Tante Silvi, Sarah tidak boleh begitu saja lepas dari keluarga Doel karena mereka secara tidak langsung sudah membantu Sarah dalam pengerjaan skripsinya. Sarah harus tetap menjaga hubungan baik dengan mereka apa pun alasannya.

Saat mereka sedang bicara, tiba-tiba ada suara klakson mobil di depan rumah Tante Silvi. Sarah mengintip dari jendela, ternyata Roy yang datang. Sarah bilang ke Tante Silvi bahwa dia malas menemui Roy. Tapi Roy, seperti biasa, dengan tidak tahu malunya langsung menyusul Sarah ke taman.

Roy ternyata malah mengajak Sarah membahas tentang Doel. Berbusa-busa Roy menjelaskan pada Sarah bahwa Doel mengundurkan diri dari posisinya di kantor Om Wisnu itu karena Doel minder, tidak bisa mengikuti irama kerja profesional, blablabla. Intinya Roy tidak mau dijadikan alasan keluarnya Doel. Roy merasa memang Doel saja yang salah.

Sarah gedeg mendengar omongan Roy, dengan alasan mau mengambilkan minum, Sarah masuk ke rumah dan tidak kembali lagi. Pembantu Tante Silvi lah yang datang membawakan minum untuk Roy. Sukurin!

Besok paginya, kegiatan pembribikan dimulai. Awalnya Mandra pinjam duit dulu ke Doel yang lagi siap-siap berangkat kerja. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pas Mandra lagi nyuci opelet, Nunung ke depan. Nunung rencananya mau membeli semua perlengkapan salon Atun yang sudah tidak dipakai lagi, jadi dia mendekati Atun yang mau berangkat bareng Doel. Nunung menyapa Mandra dan sepik ala Mandra pun muncul. Mandra berniat mengajak Nunung muter-muter lagi naik opelet, tapi Nunung langsung menolak. Katanya sih hari ini dia dapat pesan dari Mas Karyo buat masak sayur lodeh.

Waktu Mas Karo mau berangkat dagang, Mas Karyo mengingatkan lagi pesannya pada Nunung. Mandra sempat sok-sok baik ke Mas Karyo.

“Mas Karyooo, nggak mau naik opelet?” tanya Mandra sok manis.
“Aku disuruh naik opelet? Seneng kamu kalo aku masuk angin? Aku mendingan naik truk!” balas Mas Karyo sambil jalan.
“Sombhong amhaaat lu!”

Mandra kemudian berangkat narik opelet ditemani Pak Bendot. Sampai di tengah jalan, ada Munaroh yang memang lagi nunggu Mandra. Munaroh ngotot mau bicara dengan Mandra saat itu juga, padahal penumpang opelet lagi penuh. Bodohnya, Mandra nurut aja. Dia turun dari opelet lalu bicara berdua dengan Munaroh. Pak Bendot lah yang apes diomelin sama penumpang.

Memangnya Munaroh mau ngomongin apa sih sama Mandra? Kok sampai ngotot banget? Begini kira-kira obrolan mereka.

“Apa lagi sih yang kamu ingin bicarakan?” kata Mandra. Mohon netizen fokus ke kalimat yang dipakai Mandra ya. Ini kesannya dia lagi niruin gaya obrolan Doel dan Sarah kapan hari. Ebuseeet. Hahaha.
“Aye mau minta maaf, Bang,” jawab Munaroh.
“Hehe. Maaf… maaf untuk apa?”
“Ya, aye kan pernah ngecewain Abang, pernah ngekhianatin cinta Abang.”
“Cinta… apalah arti sebuah cinta?” (Tjakeeep.)
“Abang kok ngomongnya gitu?”
“Iya dong. Cinta itu kan sesuatu yang indah, bahkan sekarang sudah tidak indah lagi, diakhiri dengan kekecewaan.” (Tsaelaaah.)
“Ya, karena itu aye jadi ngerasa bersalah, Bang.”
“Kenapa kamu harus merasa bersalah? Selama ini kamu terlalu banyak memberi keindahan, Roh. Aku sendiri tidak tahu apakah ada relevansinya dengan hubungan kita.” (He?)
“Relevansi apaan sih, Bang?”
“Ya, relevansi! Maksudnya, cinta itu kan relevansi. Eee, gini. Kita prinsip. Prinsip aja kita berdua. Eee, pokoknya begini deh. Anggap aja antara hubungan kita yang pernah terjalin dulu, itu hanyalah sebuah kenangan belaka.” (Ruwet! Ruwet! Ruwet!)
“Kok Abang gitu sih?”
“Hehehe. Ini realita, Roh. Realita. Sesuatu yang mungkin sulit untuk kita lupakan. Dan apa pun alasannya ini tidak mungkin terulang lagi di antara kita. Ya toh?” (Sumpah ya ini mukanya Bang Mandra ngeselin banget.)
“Jadi Abang nggak berharap kita bisa bersatu lagi?”
“Bersatu lagi? Hehe. Itu sama saja kau mencari jarum di dalam jerami. Tidak mungkin, Roh. Kau kan sekarang sudab menjadi istri orang lain. Tidak mungkin, berat.” (Tahaaan, jangan ngakak, mylov.)
“Tapi aye masih cinta sama Abang.”
“Masih cinta? Apalah artinya cinta sih?”
“Kok Abang ngomongnya gitu melulu sih?”
“Habis musti ngomong apa?”
“Jadi Abang udah nggak sayang lagi sama aye?”
“Ck! Ah, gimana ya?”
“Abang udah nggak cinta lagi ama aye?”
“Emmm….”
“Abang udah punya pacar baru ye? Penyanyi itu kan?”
“Ambar maksudnya?”
“Ya, udahlah, Bang. Hubungan kita emang udah berakhir. Selamat tinggal, Bang.” Munaroh lari meninggalkan Mandra. Mandra bengong. Kaget. Nah lho, tadi aja gaya sok-sok nggak butuh, sekarang ditinggalin bengong kan? Hadeeeh. Nangis deh!

Pak Bendot yang sejak tadi melihat dari jauh, kaget melihat Mandra duduk sambil menangis heboh. Pak Bendot mendekati Mandra dan bertanya apa yang terjadi, eh Mandra malah makin heboh nangisnya. Pakai acara meluk Pak Bendot segala. Hahaha. Aduh, kasihan. Tapi pengen ngetawain.

“Cup, cup, cup, sayaaang. Diem, Nak. Jangan nangis. Cup, cup,” kata Pak Bendot.

Oke, berhenti dulu bahas Mandra. Kita geser ke rumah Mak Nyak. Sekalian sebagai adegan penutup nih di Si Doel Anak Sekolahan episode 31. Nunung yang lagi bantu jaga warung mengira Sarah yang datang adalah orang yang mau belanja di warung. Hahaha. Lalu Sarah bilang kalau dia cuma mau bertemu dengan Mak Nyak. Nunung yang baik hati mengantarkan Sarah memanggil Mak Nyak.

Sarah mendadak mellow melihat bale-bale Babe balik lagi ke tempatnya semula. Kira-kira Sarah mau ngomong apa ya ke Mak Nyak?

Daftar sinopsis sebelumnya: Si Doel Anak Sekolahan musim 1, Si Doel Anak Sekolahan musim 2, dan Si Doel Anak Sekolahan musim 3.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version