Sudah Saatnya Shopee Turun Takhta karena Cuma Bikin Seller Merana, Buyer pun Kurang Bahagia

Sudah Saatnya Shopee Turun Takhta karena Cuma Bikin Seller Merana, Buyer pun Kurang Bahagia

Sudah Saatnya Shopee Turun Takhta karena Cuma Bikin Seller Merana, Buyer pun Kurang Bahagia (Pixabay.com)

Perusahaan Singapura di bawah naungan Sea Group ini memang masih jadi idola e-commerce di Indonesia, khususnya untuk para buyer yang suka belanja online. Dibanding e-commerce lain, Shopee lebih banyak diiklankan di mana pun. Mulai dari iklan televisi, YouTube, Spotify, bahkan untuk pengguna android yang tiap buka apps harus melihat iklan pasti ketemu lagi dengan iklan Shopee. Ini akhirnya yang menjadikan Shopee masih begitu familier untuk berbagai kalangan.

Bagi seller sendiri, berjualan di Shopee bisa jadi pendongkrak baru untuk menggaet lebih banyak pelanggan. Apalagi dengan iming-iming berbagai konten katanya penjual di Shopee bisa tembus omzet hingga ratusan juta karena berbagai event. Memang nggak sepenuhnya salah. Iklan-iklan dari Shopee yang tiap tanggal kembar atau payday berlangsung membuat banyak orang menunggu tanggal event tersebut. Sebab, akan ada banyak diskon di Shopee untuk buyer, dan banyak program untuk seller ikuti supaya bisa mendongkrak penjualan.

Namun, hal itu tak lantas membuat Shopee jadi kebanggaan. Baik seller maupun buyer rasanya sudah kenyang love hate relationship dengan e-commerce oren satu ini. Terutama untuk seller. Saya yang juga seorang seller sekaligus buyer aktif saja kerap dibikin geram. Sebagai seller, rasanya saya kerap dibikin merana dengan kebijakan Shopee yang cuma memikirkan buyer. Tapi sebagai buyer, saya juga sebetulnya nggak benar-benar merasa puas.

Kebijakan Shopee yang bikin seller nelangsa karena laba seuprit

Omzet hanyalah penghasilan kotor, dan memang betul jumlahnya bisa sampai ratusan juta jika sudah punya ratusan pelanggan setia. Istilahnya, sama saja effort-nya apabila kita berjualan dengan promo online biasa atau berjualan offline. Walaupun di Shopee seller dibantu dengan beragam program, tapi itu nggak gratis. Tentu akan ada potongan dari penghasilan saya nantinya untuk Shopee yang dihitung sebagai pajak.

Untuk saat ini, Shopee menerapkan potongan pajak sebesar 10% kepada seller. Jumlah tersebut jelas bukan jumlah yang sedikit, apalagi untuk kelas usaha UMKM. Ditambah persaingan dagang di platform oren ini kebanyakan menggunakan harga yang murah. Rasanya jadi seller makin tertekan saja.

Nggak cuma itu, kebijakan lainnya juga dirasa makin merugikan seller. Ada opsi di mana barang dapat dicancel kapan saja oleh buyer. Tindakan yang sangat nggak beretika rasanya. Masalah COD saja belum clear, di mana ada buyer yang ogah bayar beralasan barang nggak sesuai padahal mengada-ada. Eh, ini ditambah dengan masalah cancel pesanan sesuai keinginan buyer. Tentu ini akan merugikan seller.

Makin ke sini rasanya Shopee makin nggak ada simpatinya pada seller. Saya sebagai seller merasa serba salah. Mau ninggalin, tapi kok banyak buyer saya yang juga bergantung membeli barang di platform oren ini.

Baca halaman selanjutnya: Buyer juga nggak selalu merasa puas dan bahagia…

Buyer juga nggak selalu merasa puas dan bahagia

Meskipun kebijakan di Shopee makin dirancang hanya untuk menguntungkan buyer, nyatanya buyer juga nggak begitu saja merasa puas. Jujur saja, voucher di Shopee saat event tanggal kembar atau payday masih kalah meriah dengan e-commerce lain. Voucher free ongkirnya juga terbatas, kadang cuma terpotong berapa rupiah. Selain itu, masih ada tambahan biaya penanganan lagi. Jadi, saat potongan ongkir nggak terpotong maksimal rasanya, harga akan jadi sama saja karena ada tambahan biaya penanganan.

Belum lagi drama dengan para kurir yang bikin buyer harus ekstra sabar. Tiap daerah biasanya akan ada kurir ekspedisi yang paling dihindari. Entah karena lelet, barang nggak jelas ke mana, atau barang datang sudah ada yang cacat dengan packing terbuka. Sering kali saya lihat buyer dari Shopee mengeluhkan hal ini. Paling sering memang paketnya yang entah dioper ke mana saja.

Alasan kenapa Shopee masih kuat bertahan

Selain Shopee sebetulnya masih ada opsi e-commerce lain. Tapi untuk saat ini kehadiran e-commerce oren ini masih kuat. Dibilang jadi idola lagi sebetulnya juga nggak. Hanya masyarakat masih kurang familier saja dengan opsi e-commerce lainnya.

Sebagai buyer, di e-commerce lain saya belum menemukan barang seberagam yang ada di Shopee. Sampai sekadar korek api saja pasti ada yang jual di sana. Sementara bagi seller, beberapa buyer mereka juga belum banyak yang mau pindah belanja menggunakan platform e-commerce lain.

Shopee untuk saat ini memang paling mudah diakses oleh berbagai kalangan. Bahkan bocil saja sudah bisa dengan mudah check out di platform oren ini. Jadi, nggak salah jika saya mengatakan Shopee masih menjadi e-commerce terkuat di Indonesia meski bikin geram penggunanya. Toh, iklannya juga jor-joran ditemukan di mana saja.

Ditambah kalau mengikuti berita akhir-akhir ini, rasanya kita jadi paham kenapa e-commerce ini masih kuat bertengger di Indonesia. Fasilitas yang dikasih saja jet pribadi, gimana nggak kuat bertahan di negeri ini.

Penulis: Arsyanisa Zelina
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Kecurangan di Shopee yang Bikin Saya Geram.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version