Buat orang yang biasa belanja bulanan di Shopee, pasti terasa bahwa harga barang-barang di sana semakin mahal. Event tanggal kembar dan layanan ongkos kirim memang masih gratis, walau nggak gratis-gratis amat. Buyer harus makin jeli memilih lokasi toko yang paling dekat agar ongkir benar-benar gratis.
Hal ini menjadi dilematis, karena pada toko yang lebih dekat, kebanyakan barangnya lebih mahal. Sementara untuk toko yang jauh, barangnya murah tapi gratis ongkirnya terbatas. Tentu nggak masalah buat yang kondisi keuangannya turah-turah. Tetapi, ini jadi masalah besar buat pelaku UMKM yang mengandalkan belanja online untuk keberlangsungan usahanya.
Mungkin masih ada buyer yang berpikir naif, bahwa ini adalah ulah seller yang berusaha mencari laba lebih banyak. Padahal ini semua terjadi karena Shopee mulai menampakkan wujud aslinya sebagai buto lokapasar.
Daftar Isi
Layanan menguntungkan buyer
Memang sih, sebagian layanan platform ini condong memberi banyak nikmat untuk buyer. Misalnya, buyer bisa dengan mudah mengajukan pengembalian barang. Lalu, buyer juga berhak dapat voucher senilai 10.000 jika pesanan terlambat datang. Bukan hanya itu, banyak juga buyer yang merasa puas dengan kecepatan pengiriman ekspedisi saat ini.
Perkara ada tambahan biaya penanganan yang harus ditanggung buyer, jarang dipersoalkan oleh buyer. Pasalnya, layanan untuk buyer memang benar-benar paripurna. Tapi ada hal yang perlu buyer ketahui. Dulu, sewaktu masih belum terlalu berkuasa, ia membeli dulu kepercayaan para seller. Ia tampil sebagai lokapasar yang seolah heroik untuk perkembangan UMKM. Belakangan, topeng pahlawan itu luntur.
Shopee, Buto Lokapasar
Pembaca Mojok perlu tahu, bahwa saat ini platform ini terindikasi memonopoli layanan ekspedisi. Hal ini sudah jadi masalah dan Shopee sudah menandatangani pakta integritas di KPPU pada Juli 2024 perihal dugaan pelanggaran monopoli ekspedisi yang mereka lakukan. Setahun belakangan, wujud asli sebagai buto lokapasar mulai terlihat.
Namun, Shopee selalu punya jalan untuk menguatkan kaki-kakinya. Saat ini memang masih ada ekspedisi lain yang bekerja sama dalam Shopee. Tapi jika customer ingin memakai voucher gratis ongkir, mereka hanya bisa memilih ekspedisi Shopee Express saja. Ya, sama saja monopoli, tapi maine alus, Lur.
Ini belum lagi perihal Seabank hingga SPaylater yang membuat platform ini menjadi platform lokapasar terlengkap. Strategi bisnis Shopee, membuat perputaran uang terpusat pada platform itu sendiri. Bagaimana tidak, orang kulakan di Shopee, jualnya di Shopee lagi, pengiriman dengan Shopee, bahkan pembiayaan pun bisa dilakukan lewat Shopee. Luar biasa. Duit konsumen setianya, ya, muter-muter di sana aja.
Saat ini Shopee punya gebrakan baru, dengan membuat Outlet Shopee, mereka terlihat menggandeng UMKM lokal. Mereka menawarkan diri menjadi penampung aneka barang produksi lokal. Untuk produsen, bisa jadi ini menguntungkan. Dalam forum-forum diskusi seller, ada kelompok seller yang memuja-muja kebijakan Shopee terkait hal ini. Mereka merasa platform ini membantu pemasaran produk mereka.
Menyiksa reseller dan dropshipper
Namun, untuk para reseller dan dropship hal ini menjadi siksaan. Mereka jelas sulit bersaing harga dengan produsen. Beberapa seller mengatakan bahwa, Outlet Shopee menawar dengan sangat murah. Artinya, seller yang cocok bekerja sama dengan mereka hanya seller dengan modal atau stok yang sangat besar agar laba yang didapat bisa optimal.
Untuk seller dengan modal terbatas, apalagi hanya reseller, ya jelas nggak menguntungkan. Hal ini jelas menjadi sebuah perang dagang antara produsen dengan reseller yang posisinya diambil alih oleh Shopee. Di kalangan customer, tentu label Outlet Shopee terlihat lebih meyakinkan.
Tamat sudah para reseller yang lahannya diambil. Hal ini membuat banyak pihak berspekulasi bahwa bukan tidak mungkin, Shopee akan memproduksi sendiri barang murah dan akhirnya mewujud menjadi buto kapitalis yang menguasai market.
Biaya admin naik terus
Seller-seller pun dibuat tersiksa dengan biaya administrasi yang semakin tinggi. Mau nggak mau, solusinya ya hanya dengan menaikkan harga jual. Inilah alasan mengapa harga barang di Shopee terlihat semakin mahal. Jika sudah begini, seller pun harus siap menghadapi penurunan omset akibat daya beli masyarakat yang rendah karena harga yang tak terjangkau.
Soal administrasi bukan satu-satunya siksaan pada seller. Dengan alasan layanan prima untuk buyer, seller diminta ngebut menerima orderan dan memproses pengiriman. Batas maksimal 24 jam atau penalti akan menghadang. Tentu, Shopee sudah siap membuat skema “hukuman” untuk seller yang membangkang sampai terkena penalti. Salah satunya, gratis ongkir akan hilang. Tentu saja dampaknya adalah semakin menurunnya penjualan.
Seller menjadi budak Shopee
Pada akhirnya keluhan-keluhan yang saya paparkan di atas hanya berakhir di rasan-rasan dalam grup seller. Ajakan demo menyeruak berkali-kali. Tapi, ya mau demo ke mana? Mau mengadu ke siapa juga nggak jelas wadahnya.
Shopee sungguh sangat piawai membuat seller terlanjur bergantung padanya. Saya yakin, seller-seller Shopee kalau dengerin lagu Bernadya pasti merasa nelangsa banget. Habisnya gimana lagi, relasi dengan Shopee seperti relasi dengan pasangan yang manipulatif dan beracun.
Mendengar kabar santer bahwa penguasa Shopee akrab dengan anak penguasa sampai meminjamkan pesawat jetnya memang menambah depresi saja. Bingung mau ngadu ke mana, wong dekengane anake pusat gitu. Tapi sampai kapan seller mau pasrah?
Penulis: Butet Rachmawati Sailenta Marpaung
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Dosa Shopee kepada Buyer, Mending Tobat Sebelum Ditinggalkan