Setelah Ratusan Jam Nonton Sinetron India, Ada 5 Hal yang Baru Aku Tahu

yang kupelajari setelah ratusan jam menonton sinetron india di antv mojok.co

yang kupelajari setelah ratusan jam menonton sinetron india di antv mojok.co

Tugas pekerjaan bisa membuatmu melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Bagiku, hal tak terpikirkan itu adalah menonton sinetron India. Menonton sinetron itu satu hal, dan India itu hal lainnya. Jadi ada dua hal tak terpikirkan yang akhirnya dilakukan.

Sebagai penulis lepas yang khusus membahas tentang film, semua jenis tulisan sangat mungkin dikerjakan. Kala itu, sekitar akhir April 2020, aku mendapat tugas menulis sinopsis sinetron India. Tidak hanya satu sinetron, tapi dua sekaligus. Sinetron India tayang setiap hari dan dalam durasi yang panjang. Satu episode bisa lebih dari dua jam, kadang tanpa iklan. Tentu tidak masalah, hal-hal baru tidak jarang menyenangkan.

Ternyata hal ini terus berlanjut. Seiring berjalannya waktu, ada penambahan sinetron yang perlu aku tulis sinopsisnya. Pernah suatu ketika, dalam sehari aku menulis tiga sinopsis sinetron India. Aku menonton sinetron di stasiun televisi ANTV dari jam sepuluh siang sampai jam empat sore.

Sampai saat ini, ada total empat sinetron yang pernah aku ikuti tingkah polahnya. Sinetron itu Meri Durga, Yeh Teri Galiyan, Saraswatichandra, dan Chandrakanta. Saat ini tinggal satu sinetron yang masih aku tulis sinopsisnya. Sekitar 120 hari menonton sinetron India, ada beberapa pengetahuan baru yang aku dapat, terutama dari segi penonton yang belum pernah ke India serta tidak punya kenalan orang asli India.

#1 Menyentuh kaki

Bagi seorang anak pada orang tua, atau orang yang lebih muda ke yang lebih tua, mereka akan meminta restu atau berkah dengan cara menyentuh kaki. Setelah menyentuh kaki, tangan mereka akan diletakkan di dadanya sendiri.

Pada kondisi normal, orang yang disentuh kakinya akan mendoakan orang yang menyentuh kaki. Entah doa agar bahagia, atau bilang, “Restuku selalu untukmu, Nak.”

Namun, di beberapa kasus kadang orang yang lebih tua juga melakukan adat menyentuh kaki pada yang lebih muda. Hal ini terjadi saat orang itu telah berjasa besar. Seperti salah satu adegan di sinetron Saraswatichandra.

Karakter Saras sebelumnya difitnah telah berbuat jahat pada keluarga Vidya. Namun, di saat pabrik milik keluarga Vidya terbakar, hanya Saras yang berani membantu. Saras mengeluarkan Vidya yang terjebak di dalam pabrik. Setelah itu, terbongkar bahwa Saras ternyata tidak melakukan kejahatan yang tertuduh sebelumnya. Vidya secara spontan ingin menyentuh kaki Saras. Sepertinya hal itu sebagai bentuk permintaan maaf dan terima kasih.

Adat menyentuh kaki juga terjadi saat prosesi pernikahan. Kedua mempelai perlu menyentuh kaki orang tua dan mertua sebagai tanda restu. Keluar konteks dari sinetron, ada adegan yang menarik di film Kabhi Khushi Kabhie Gham.

Kala itu, Rahul (Shah Rukh Khan) tidak mendapat restu untuk memperistri Anjali (Kajol). Rahul berasal dari keluarga kaya, sementara Anjali berasal dari keluarga miskin. Yash, ayah Rahul berwajah gahar yang diperankan oleh Amitabh Bachchan tidak memberi restu.

Kedua remaja yang sedang kasmaran itu hanya bisa menyentuh kaki ibu Rahul. Mereka tidak bisa menyentuh kaki Yash. Saat pergi dari rumah, Anjali sangat sedih karena tidak berkesempatan menyentuh kaki ayah mertuanya.

Adat menyentuh kaki kemudian dibuat sebagai salah satu kunci di akhir film. Kala itu, Rohan (Hrithik Roshan) yang merupakan adik Rahul “menjebak” orang tuanya. Rohan mempertemukan Rahul dan Anjali dengan Yash dan istrinya di sebuah mal. Sudah sepuluh tahun sejak Rahul dan Anjali pergi dari rumah lantaran pernikahan tanpa restu. Rohan ingin menyatukan keluarganya. Kala itu Yash sedang berada di toko elektronik.

Anjali melihat Yash, tapi Yash tidak melihat Anjali. Saat katalog barang elektronik yang Yash pegang jatuh, Anjali dengan cepat mengambilkannya. Pada saat itulah, Anjali memegang kaki Yash secara colongan, hal yang dulu belum sempat dia lakukan selama ini. Setelah itu, terlihat bahwa muka Anjali sangat lega.

#2 Tentang manisan

Setiap momen-momen istimewa atau penting memiliki cara perayaan tertentu, termasuk di India. Simbol perayaan itu adalah makanan manisan. Hal ini terlihat di semua sinetron yang aku tonton. Misalnya manisan saat lamaran Saras pada Kumud di sinetron Saraswatichandra sampai kenaikan pangkat Puchki sebagai polisi dalam sinetron Yeh Teri Galiyan.

Tidak hanya pada momen bahagia, manisan juga menjadi pembuka hari untuk hal-hal penting. Dalam sinetron Meri Durga misalnya, Bibi Subadra memberi manisan saat Durga masuk sekolah untuk pertama kali. Walaupun bukan berupa cemilan atau kue yang manis, Subadra memberi Durga gula. Cukup pelit memang di Subadra ini.

Alkisah, Subadra memang karakter jahat. Dia bilang akan merawat Durga yang merantau ke luar kota untuk sekolah. Durga pergi dari rumah orang tuanya dan menumpang di rumah Subadra, bibinya. Namun, tanpa sepengetahuan keluarga Durga, Subadra memperlakukan keponakannya sebagai pembantu. Mengesalkan sekali menyaksikan cerita sinetron ini.

Manisan juga bisa sebagai cara seseorang untuk berteman. Kala itu, Prince yang merupakan teman sekelas Durga adalah orang yang jahat. Dia selalu mengerjai Durga. Namun, kebaikan Durga membuka mata Prince. Untuk menebus kesalahan dan memulai hubungan pertemanan yang lebih baik, Prince memberi manisan pada Durga. Cieee.

#3 Menghitamkan muka

Apabila ada simbol untuk hal bahagia, tentu ada pula simbol untuk hal-hal mencekam. Apabila sebuah keluarga mempermalukan desa atau berbuat kesalahan, mereka akan mendapat hukuman. Sepertinya adat istiadat dan tradisi di India, khususnya di daerah pedesaan masih sangat kuat.

Di sinetron Meri Durga, kala itu Durga mengikuti lomba lari tingkat nasional. Dia bisa menjadi juara satu berkat latihan dan dukungan banyak orang. Sayangnya, dia terjebak. Sebelum memulai lomba lari, ada orang yang mencampur obat terlarang di makanan Durga. Saat panitia mengecek Durga selepas lomba, ada temuan bahwa Durga menggunakan obat yang terlarang untuk lomba.

Alhasil, gelar juara Durga dicabut. Tidak hanya itu, masyarakat desa juga menghukumnya. Cara menghukum dengan menghitamkan muka anggota keluarga, termasuk ibu Durga, dan mengaraknya keliling desa.

Menghukum orang dengan menghitamkan muka sepertinya menjadi sejenis adat. Hal itu juga terjadi di sinetron Yeh Teri Galiyan saat Puchki mendapat fitnah sebagai pelacur. Hal itu dianggap mempermalukan masyarakat desanya. Di sinetron Saraswatichandra, masyarakat menghitamkan muka Saras saat dia tertuduh menabrak sapi dengan mobil. Kemarahan masyarakat tinggi lantaran sapi dianggap sebagai hewan suci.

Tidak hanya menghitamkan muka, cara lain untuk menghukum adalah dengan memotong rambut perempuan. Selain menghitamkan muka, masyarakat juga memotong rambut ibu Durga yang panjang. Salah satu masyarakat desa mengatakan bahwa itu sebagai pengingat bahwa mereka pernah berbuat kesalahan. Pengingat akan rasa malu.

Keluar konteks lagi dari sinetron, dalam film India juga ada pola yang terlihat terkait hukuman. Di film Chak De! India, Kabir Khan (Shah Rukh Khan) juga dihukum karena “mempermalukan” masyarakat desanya. Dia merupakan pemain olahraga hoki yang terfitnah bersekongkol dengan lawan. Hasilnya, India kalah dalam laga final melawan Pakistan. Tidak ada penghitaman muka atau pemotongan rambut, melainkan pengusiran. Hukuman berupa pengusiran juga terjadi di beberapa film India lain.

#4 Satu rumah banyak keluarga

Dari sinetron yang kutonton, rumah-rumah di India tergolong besar, khususnya rumah anggota keluarga tertua. Sepertinya satu rumah digunakan untuk beberapa keluarga inti.

Di sinetron Meri Durga misalnya, rumah Yashpal si ayah Durga ditempati oleh tiga keluarga. Tiga keluarga itu adalah keluarga Yashpal, keluarga Rijhpal (adik Yashpal), dan Madhav (menantu Yashpal). Terdapat banyak kamar, namun hanya ada satu dapur.

Dalam Yeh Teri Galiyan, rumah Mazumdar menjadi tempat tinggal beberapa keluarga seperti keluarga Mazumdar itu sendiri, keluarga Nive (anak pertama), keluarga Beauty (cucu pertama), Shantanu (cucu kedua), dan Hridoy (cucu ketiga). Dapurnya hanya ada satu.

Begitu pula dalam sinetron Saraswatichandra. Rumah keluarga Vidya berisi keluarga Vidya, keluarga Dugba (adik Vidya), keluarga ibunya Kumari (adik Vidya), dan keluarga Iyash (cucu Vidya). Dapurnya berapa? Setahuku cuma satu juga. Mungkin ini sebagai bentuk pentingnya keluarga dalam adat India. Mungkin ini aplikasi “makan nggak makan asal kumpul” versi India.

Setelah menikah, pihak perempuan akan mengikuti pihak suami. Seringnya mereka akan tinggal serumah dengan mertua. Ingat, tinggal serumah dengan mertua. Hal yang sepertinya kurang enak bagi beberapa orang, khususnya yang sering curhat tentang masalah antara menantu dan mertua. Aku belum tahu sih, belum menikah. Emang bener tinggal sama mertua itu nggak enak?

#5 Tanah dan lantai itu licin

Untuk yang terakhir, aku kurang yakin. Mungkin anda yang pernah ke India atau justru orang India bisa klarifikasi ini. Sepanjang sinetron berlangsung, khususnya untuk pemuda dan pemudi, sepertinya permukaan bumi India cukup licin.

Hal ini berakibat seringnya mereka jatuh. Kumud dalam sinetron Saraswatichandra misal, setelah berdebat dengan Saras, dia hendak pergi ke ruangan lain. Saat berjalan, tiba-tiba Kumud terjatuh. Dengan sigap, Saras menangkap Kumud. Posisi mereka seperti akhir dari gerakan dansa. Tahu kan? Posisi ini saat pria berada di bagian atas, dengan tangannya memegang pinggul perempuan. Sementara perempuan seperti tiduran (kayak tiduran di mobil kalau kursinya dimiringkan) sambil tangan memegang leher pria.

Tidak hanya sekali dua kali, terpelesetnya pemuda dan pemudi di sinetron India terjadi beberapa kali. Bahkan dalam satu episode bisa berulang. Di sinetron Meri Durga juga sama. Karakter Madhav sedang berada di kantornya. Amrita yang sedang berjalan santai tiba-tiba terpeleset. Madhav dengan sigap menangkap Amrita. Posisinya sama, seperti akhir sebuah dansa.

Jangan tanya di sinetron Yeh Teri Galiyan. Hal ini juga terjadi. Berkali-kali. Diulang-ulang. Bahkan di sinetron yang berlatar kerajaan seperti Chandrakanta, “terpeleset” ini juga terjadi. Saat Chandrakanta sedang berada di hutan, hanya karena beberapa ranting yang mengganggu, dia hampir saja jatuh. Vir yang sedang berada di dekatnya juga dengan sigap menangkap Chandrakanta. Tanah India telah licin bahkan sejak zaman kerajaan.

Anehnya, tanah atau permukaan yang licin itu hanya terjadi pada dua orang yang saling jatuh cinta atau on the way jatuh cinta. Jadi silakan untuk pemerintah India atau kedubes India di Indonesia, mungkin bisa memperhatikan hal ini. Takutnya para perempuan di India terpeleset tapi tidak ada yang kemudian menangkap. Apalagi kalau dia jomblo. Sakitnya dua kali.

BACA JUGA Memahami Konteks Konflik Muslim dan Hindu di India Biar Nggak Terprovokasi dan tulisan Sirojul Khafid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version