Serba Serbi Car Free Day: Berolahraga, Tempat Nongkrong, dan Isu Kristenisasi

car free day

car free day

Sudah hampir 20 tahun kita melaksanakan Car Free Day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di banyak wilayah di Indonesia. Dari penelusuran saya yang salah satunya dari Wikipedia, di Indonesia kali pertama mengadakan CFD di kota Surabaya, tepatnya pada tahun 2000 sebagai bentuk kampanye peningkatan kualitas udara kota.

Setelah dianggap berhasil, beberapa tahun kemudian kegiatan itu diimplementasikan di beberapa kota besar lainnya. Seperti Jakarta, Bogor, dan beberapa kota lain.

Biasanya CFD sendiri diselenggarakan pada hari minggu dengan rentang waktu dari pukul 06.00-09.00 atau 06.00-11.00, tergantung pada lokasi dan kebijakan setempat. Sebagai masyarakat yang baik, tentu saya beberapa kali ikut serta meramaikan acara yang biasa diselenggarakan setiap sekali dalam seminggu tersebut. Ya, hitung-hitung olahraga.

Apalagi tujuan diadakannya CFD itu terbilang baik, salah satunya adalah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Meski yang berdomisili di pedesaan seperti saya harus juga menggunakan motor saat pergi ke lokasi CFD di kawasan kota. Kemudian, motor diparkir di tempat parkir umum atau yang memang sudah disediakan di sekitar lokasi CFD.

Pada saat mengikuti Hari Bebas Kendaraan Bermotor, intinya sih tinggalkan kendaraan bermotor dan jika ingin berolahraga apalagi membawa kendaraan tanpa mesin seperti sepeda, papan skateboard, dan lain sebagainya tentu diperbolehkan. Mengingat tujuan lain diadakannya CFD adalah sebagai bentuk usaha untuk mengurangi polusi udara.

Maka tidak heran saat CFD berlangsung, sejenak kebisingan yang berasal dari klakson juga mesin kendaraan bermotor hilang dan terganti oleh suara keceriaan anak-anak yang bermain juga mereka yang antusias dalam berolahraga. Kemudian entah hanya perasaan saya saja atau memang benar adanya, meski terkena panas cahaya matahari udara tetap terasa segar karena berkurangnya polusi di sekitar lokasi CFD walau hanya berlangsung 3 sampai 5 jam.

Tidak hanya yang berniat ingin berolahraga, pada saat Car Free Day banyak pula orang yang datang untuk membeli camilan. Sebetulnya hal itu tidak mengejutkan, karena di waktu yang bersamaan banyak sekali orang yang berjualan di kawasan CFD. Mulai dari aneka minuman, camilan tradisional, bahkan makanan berat sekalipun ada, seperti nasi goreng dan nasi uduk, misalnya.

Bahkan, banyak pula pedagang yang menjual pernak-pernik sampai dengan beragam pakaian. Maka rasanya wajar jika kemudian saya melihat kawasan CFD seperti pasar tumpah atau pasar dadakan. Walaupun biasanya tetap akan ditertibkan oleh pihak berwenang yang sedang bertugas. Tidak diusir, lebih kepada diatur tata lokasinya agar orang lain yang memang berniat untuk olahraga bisa tetap nyaman melakukan kegiatannya.

Tidak sedikit pula para remaja menjadikan Car Free Day sebagai ajang untuk bergaya, foto-foto, bahkan berkumpul dengan teman-teman yang lain. Sudah biasa rasanya saya mendengar celotehan teman yang berkata, “mereka datang ke kawasan CFD itu mau olahraga atau nongkrong, sih? Kok pake celana jeans sama outfit ke mal?”.

Sebetulnya pertanyaan tersebut bersifat retoris—bertanya sendiri dan dijawab dengan sendirinya—tanggapan saya sih, ya suka-suka orang yang datang ke CFD, dong. Mau dia sekadar main, olahraga, reunian, hanya mencari camilan, mau memakai outfit ke mal atau pakaian tidur, terserah orang lain selama tidak menganggu ketertiban juga kenyamanan umum.

Toh, dari awal juga sudah disosialisasikan oleh pemerintah setempat bahwa, tujuan diadakannya Car Free Day itu sebagai bentuk mengurangi polusi serta penggunaan kendaraan bermotor. Bukan untuk mengurangi populasi remaja alay yang sedang aktif dalam mencari jati diri.

Jadi, apa pun tujuan mereka dan seperti apa pakaian yang dikenakan saat datang ke CFD, selama tidak mengganggu baiknya tidak perlu dipermasalahkan apalagi jadi bahan cibiran. Toh, tanpa sepengetahuan kita bisa jadi malah kita yang dianggap aneh dan mendapat cibiran dari orang lain.

Selain itu, sempat beredar isu kristenisasi di beberapa CFD beberapa waktu silam. Terlepas dari benar atau tidaknya info tersebut, acara yang dilakukan satu minggu sekali itu tetap perlu diadakan sebagai hiburan bagi banyak orang termasuk para keluarga. Disamping juga memberi manfaat untuk lingkungan dengan cara mengurangi efek buruk polusi yang sumbernya dari kendaraan bermotor.

Soal isu kristenisasi, kenapa harus khawatir jika memang kita yakin dengan keimanan yang dimiliki? Selain menjadi pilihan, itu kan menjadi tanggung jawab masing-masing.

Exit mobile version