Pernah nggak sih, lagi jalan-jalan santai di sekitaran rumah, tiba-tiba tiba-tiba ada bocil ngebut naik sepeda listrik, hampir nabrak, terus malah ketawa? Fenomena ini makin sering kejadian. Murahnya harga sepeda listrik bikin orang tua gampang beliin anaknya, tapi sayangnya, nggak semua sadar sama risikonya.
Entah kenapa, akhir-akhir ini di jalanan desa saya berubah menjadi sirkuit balap dadakan. Yang bikin kesel, bukan motor atau mobil, tapi sepeda listrik yang dikendarain bocil-bocil belum puber. Sepeda listrik yang semestinya jadi solusi untuk transportasi ramah lingkungan, menjelma menjadi sumber drama. Setiap hari, terutama di jam 2 siang, saya ngeliat mereka ngebut dan ugal-ugalan dengan sepeda listriknya bikin saya gregetan. Udah gitu mereka nggak nyadar kalau itu salah dan bahaya.
Dari situ saya jadi mikir, siapa yang harus tanggung jawab dari fenomena ini? Orang tua? Pemerintah? Atau kita sebagai masyarakat? Yang jelas kalau dibiarkan begini, bukan tak mungkin bakal lebih parah lagi.
Murahnya harga sepeda listrik
Dulu, ketika saya kecil tak terpikirkan bakal ada sepeda bertenaga listrik, nggak perlu ngayuh lagi. Kalaupun ada, pasti harganya mahal banget. Tapi, ketika teknologi bekembang pesat, semuanya salah besar. Sepeda bertenaga listrik itu sekarang hanya dijual dengan harga dua jutaan aja, kayanya ini yang jadi alasan kenapa orang tua membelikan anaknya sepeda listrik.
Masalahnya, gara-gara harganya yang masih terbilang terjangkau, banyak yang asal beli tanpa mikirin konsekuensi, ditambah bocil-bocil itu masih belum ngerti soal aturan berkendara. Ngebut sembarangan, menyeberang tanpa lihat kanan-kiri, bahkan zigzag di jalan raya.
Orang tua yang nggak peduli
Anak kecil jelas tidak beli sepeda listriknya sendiri. Ada kemungkinan, tapi amat kecil. Jadi, mereka pasti beli sepeda tersebut bersama orang tuanya. Nah, ini yang jadi masalah. Selepas beli, lepas juga pengawasan orang tuanya pada anaknya. Membiarkan anak kecil keluyuran di jalanan tanpa tanggung jawab itu namanya mengundang bencana.
Padahal sepeda listrik ini bukan sebuah mainan. Ini kendaraan yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Tapi yang bikin tak habis pikir, kalau ada bocil yang ngebut terus jatuh, orang tua malah nyalahin jalanan yang rusak atau orang lain yang nggak minggir. Kesannya kaya mereka bilang anak kecil bebas dari konsekuensi.
Kalau udah begitu, siapa yang salah? Bocilnya? Nggak dong, mereka nggak ngerti apa-apa. Yang salah ya orang tua mereka nggak ngajarin dan nggak ngawasin. Kalau dibiarkan terus, nantinya bakal ngebahayain orang lain.
Perlu ada regulasi terkait sepeda listrik ini
Dengan keresahan ini, kayanya sudah saatnya ada aturan yang lebih jelas soal penggunaan sepeda listrik, terutama buat anak-anak. Misalnya, batasin usia minimal pengguna atau peraturan keselamatan lain. Pemerintah juga bisa ngadain sosialisasi ke orang tua tentang bahaya dan tanggung jawab punya sepeda listrik. Jangan hanya dijual bebas, tanpa ada edukasi yang jelas.
Mungkin juga nanti ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anak-anaknya berkendara tanpa pengawasan, terutama di jalan raya. Soalnya kalau cuma berharap dari kesadaran orang tua, kayanya bakal sulit. Aturan yang jelas bisa jadi solusi buat mengurangi resiko kecelakaan dan bikin jalanan jadi aman bagi semua orang tanpa kehadiran bocil kematian yang mengendarai sepeda listrik.
Jadi intinya, ini bukan sekadar masalah “ah, namanya masih anak kecil”. Ini soal keselamatan semua orang. Kalau nggak segera ada aturannya, kita bakal makin sering liat bocil ngebut nggak jelas dengan sepeda listriknya, berpotensi menyebabkan kecelakaan, dan makin banyak orang dewasa yang kesel tapi nggak bisa berbuat banyak.
Jadi, kapan kita mulai peduli? Atau mau nunggu sampai ada kejadian mengerikan baru nyadar ini masalah serius?
Penulis: Qaidul Muttaqin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Selain Mamak Racing, Pengendara Sepeda Listrik Wajib untuk Diwaspadai
