Sepatu lari Nike banyak memikat hati pencinta olahraga lari. Desainnya yang modis dan kualitasnya yang apik membuat banyak orang menyukainya. Saking populernya, sepatu lari Nike pernah menjadi standar “kalcer” anak lari. Dengan kata lain, pencinta olahraga lari baru dianggap keren kalau menggunakan sepatu ini.
Walau kini sudah banyak pesaingnya, peminat sepatu lari Nike tidak pernah redup. Keluaran terbaru sering ludes di pasaran dalam waktu cepat. Saya akui, perpaduan warna melekat di sepatu lari Nike memang enak dilihat. Walau ada warna yang lumayan mencolok, tapi nggak terlihat norak.
Tidak bisa dimungkiri, desain dan kualitas sepatu lari Nike memang bikin orang yang memakainya terlihat semakin mbois. Sayangnya, orang yang bertipe kaki lebar nggak cocok pakai Nike.
Orang yang punya tipe kaki lebar nggak cocok pakai Nike
Saya yang terlahir di daerah pedesaan jarang sekali pakai sepatu waktu kecil. Hampir setiap hari hanya pakai sandal kecuali sekolah. Mungkin tipe kaki saya jadi lebar karena kebiasaan itu. Tidak saya sangka, bentuk kaki yang lebar itu kelak akan merepotkan ketika menggunakan sepatu lari Nike.
Saat awal-awal menggeluti olahraga lari, saya menggunakan sepatu Nike. Alasannya sederhana saja, kawan-kawan yang punya hobi sama pada saat itu kebanyakan menggunakan sepatu berlogo swoosh ini. Lama kelamaan, saya merasa nggak nyaman dengan sepatu tersebut. Setelah saya amati baik-baik, sepatu lari Nike ternyata punya karakter cenderung mengecil di ujung bagian depan. Pantas saja, kaki saya yang lebar ini lama kelamaan merasa seperti dikekang.
Berawal dari ketidaknyamanan itu, seorang teman menyarankan menggunakan sepatu lari dari brand lain, Adidas. Awalnya saya agak ragu-ragu, sebab di mata saya, sepatu ini tidak memiliki desain yang menarik. Walau tidak dimungkiri, Adidas terkenal dengan durabilitas yang tangguh alias awet.
Beralih dari sepatu lari Nike ke Adidas
Setelah berkali-kali dibujuk, akhirnya saya meminang salah satu merek sepatu yang berasal dari Jerman itu. Pikir saya, tidak apalah kadar mbois saya sedikit berkurang, asalkan kaki saya tidak cedera bekepanjangan.
Benar saja, sepatu Adidas adalah investasi terbaik yang pernah saya lakukan. Setelah beberapa waktu memakainya, kaki saya tidak merasa nyeri atau terkekang. Dengan kata lain, di kaki saya yang lebar ini, sepatu Adidas lebih cocok daripada sepatu Nike. Syukurnya, keluaran Adidas sekarang ini sudah punya varian desain yang menarik. Nggak kalah dengan desain sepatu lari Nike. Orang-orang dengan kaki lebar seperti saya jadi punya semakin banyak pilihan sepatu lari yang nyaman dan tetap mbois.
Di atas perjalanan saya sebagai penghobi olahraga lari yang memiliki kaki lebar. Memang banyak lika-likunya dalam memilih sepatu yang desainnya cocok dan nyaman. Namun, semua itu patut dipertimangkan demi kaki yang tidak cedera. Asal tahu saja, bagi orang yang hobi olahraga lari, kaki adalah aset berharga dan sepatu adalah investasi.
Sekali lagi, perjalanan mencari sepatu lari yang cocok di atas adalah pengalaman pribadi saya. Dengan kata lain, tidak semua orang yang kakinya lebar kemudian tidak cocok menggunakan sepatu Nike. Ada banyak faktor lain yang membuat seseorang nyaman atau tidak nyaman terhadap suatu merek dan seri sepatu lari. Jalan satu-satunya memang menjajal sendiri merek-merek sepatu yang ada di pasaran. Itu mengapa, menemukan sepatu lari yang cocok dan modis adalah sebuah perjalanan tersendiri.
Penulis: Jarot Sabarudin
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Event Lari dengan Desain Medali Paling Estetik, Bikin Foto-foto Makin Ciamik
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
