Tinggal di perbatasan antar kota adalah hal yang cukup menyebalkan bagi saya. Mungkin beberapa orang juga merasa sama. Rasa sebal itu biasanya muncul karena kita tidak mau wilayah tempat tinggal kita dianggap bagian dari kota tertentu. Sebagai orang yang tinggal di wilayah Surabaya Selatan, setahu saya, ada dua wilayah pembatas kota Pahlawan dan Kota Udang, yaitu Waru dan Sepanjang. Ya, orang-orang yang tinggal di dua wilayah itu kadang masih nggak mau disebut warga Sidoarjo. Mereka masih sering ngaku-ngaku sebagai warga Kota Surabaya. Padahal, kalau dilihat KTP-nya, tertera jelas kota Sidoarjo pada alamatnya.
Anehnya, bukan cuman warga Sidoarjo perbatasan yang menganggap wilayahnya masih bagian dari Surabaya. Saya, dan mungkin sebagian warga Surabaya perbatasan juga berpikir serupa, terutama untuk wilayah bernama Sepanjang. Menurut saya, Sepanjang masih layak menjadi bagian dari Surabaya ketimbang Waru. Alasannya cukup banyak, tapi di tulisan ini akan saya bahas beberapa saja.Â
Daftar Isi
Sepanjang Sidoarjo menjadi pusat aktivitas sebagian warga Surabaya perbatasan
Sepanjang Sidoarjo punya dua tempat yang menjadi pusat aktivitas dan ukup berpengaruh bagi warga Surabaya perbatasan, yaitu pasar dan Stasiun Sepanjang. Dua tempat itu berdekatan dan punya pengaruh besar bagi warga Surabaya perbatasan. Pasar sebagai pusat ekonomi dan stasiun sebagai titik temu transportasi.
Waru juga punya, tapi sepengetahuan saya, masyarakat Surabaya Selatan lebih banyak beraktivitas di Sepanjang daripada Waru untuk dua urusan itu. Bukan hanya itu, di Sepanjang juga berdiri beberapa sekolah negeri dan swasta yang menjadi pilihan pendidikan bagi beberapa warga. Ya, mungkin itu salah satu alasan yang membuat sepanjang masih sering dikira bagian dari Surabaya.
Pembatas kota yang kurang jelas
Ngomong-ngomong soal pembatas kota, batas kota Sidoarjo dan Surabaya yang sangat jelas adalah Bundaran Waru. Kalau sudah melewati Bundaran Waru dari arah Surabaya, nggak perlu ragu untuk mengatakan kamu sedang berada di Sidoarjo. Beda lagi kalau kamu melewati Sepanjang. Tidak ada penanda atau batas kota yang jelas. Setahu saya, batas kota di sepanjang hanya berupa plang dengan tulisan Surabaya yang coret.
Tanda itu juga tidak terlalu besar, sehingga jarang bisa terbaca oleh pengendara. Jadi, ketika sudah melewati batas kota, kamu nggak akan sadar kalau sebenarnya sudah berpindah kota.Â
Terlalu dekat dengan Surabaya daripada Sidoarjo
Sebagai wilayah yang dianggap kawasan pusat Sidoarjo, nyatanya Sepanjang lebih dekat dengan ikon-ikon kota Surabaya. Sebagai contoh, Sepanjang lebih dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya, daripada Masjid Agung Sidoarjo. Soal pusat perbelanjaan, masih ada Cito, Trans Icon, dan Royal yang lebih dekat dengan sepanjang daripada Lippo Plaza Sidoarjo atau Suncity Mall. Begitu juga dengan taman, jarak Sepanjang dan Taman bungkul jauh lebih dekat daripada jarak Sepanjang dan Alun-alun Kota Sidoarjo. Aneh saja, disebut kawasan pusat kota, tapi terletak di pinggiran dan jauh dari pusat kota sebenarnya.
Sepanjang terlalu istimewa
Menurut saya, Sepanjang Sidoarjo adalah wilayah yang istimewa, terutama bagi warga Surabaya Selatan dan perbatasan yang saat ini sudah dewasa. Sepanjang mungkin jadi salah satu tempat yang menyimpan banyak memori indah. Sepanjang Sidoarjo menjadi salah satu tempat kita untuk melihat dan naik kereta. Sebelum ada pusat perbelanjaan atau mall besar seperti Cito, Trans Icon, dan Royal Plaza, Pasar Sepanjang adalah tempat kita untuk membeli pakaian saat hari raya. Sepanjang menjadi tempat kita membeli sepeda pertama. Sepanjang adalah kenangan bagi kita.
Saya rasa, poin-poin di atas mampu menggambarkan bahwa Sepanjang adalah wilayah Sidoarjo yang lebih Surabaya daripada Waru. Tapi, saya menyarankan untuk tidak ribut soal pengakuan wilayah. Pada akhirnya, secara administratif, terima saja kalau dua wilayah itu bukan bagian dari Kota Pahlawan.
Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sidoarjo Ramah untuk Pebisnis, tapi Tidak Ramah untuk Perantau