Sebuah Memoar Anak Generasi 90-an Terhadap Jamu Legend Buyung Upik

Sebuah Memoar Anak Generasi 90-an Terhadap Jamu Legend Buyung Upik terminal mojok

Selain sayur, jamu juga kerap kali diprasangkai buruk oleh anak-anak. Ya, mulai dari rasanya yang nggak enak, pahit, dan segala nista lainnya. Namun, semenjak kenal jamu Buyung Upik, ceritanya jadi berbeda.

Bagi anak-anak, terutama saya sebagai delegasi anak dari angkatan 90-an, sudah nggak asing lagi dengan jamu seduh Buyung Upik. Jamu yang berisi 11 sachet dalam tiap box-nya. Jamu yang kalau beli di mbok jamu biasanya diseduh dengan beras kencur. Jamu yang biasanya saya minum setelah pulang dari madrasah sore, ketika Mamak sedang syibuk nongkrong dengan ibu-ibu di warung. Di situlah saya aji mumpung. Jamu yang bikin saya ngerasa auto pinter tiap kali sampai di tegukan terakhirnya. Buyung Upik sendiri telah menduduki porsi besar dalam ingatan saya tentang bagaimana saya jadi mencintai minum jamu dari yang tadinya sangat iyuuuh sekali dengannya.

Buyung Upik menjadi friendly di lidah anak-anak ketika mereka menyadari bahwa tidak semua rasa jamu semengerikan itu. Buyung Upik datang dengan terobosan nikmat. Nggak hanya manis, Buyung Upik juga memiliki banyak varian rasa. Mulai dari jambu, cokelat, melon, durian, moccacino, raspberry, jeruk, mangga, anggur, blueberry, lychee, strawberry. See? Betapa surga yang dirindukan sekali, bukan?

Varian rasa yang nggak bikin lidah anak-anak kejang itulah yang bikin namanya santer direkomendasikan sebagai jamu anak. Jamu anak ekonomis. Jamu anak yang enyak. Jamu anak yang diharapkan ibu-ibu dapat mendongkrak nafsu makan anak yang sering kali kesumpet sama ciki-cikian. Ogah makan, jajan jalan.

Saking populernya di kalangan bocil, kalau nggak Buyung Upik, nggak friend, deh.

Hal ini kian membuat anak-anak betah mengonsumsi Buyung Upik, terlepas dari otak si anak yang menyamakan manis menenangkannya doi dengan Teh Sisri. “Eh, minum jamu Buyung Upik dah, nggak pahit, enak. Kayak Teh Sisri…”

Selain varian tersebut, jamu yang diproduksi oleh Jamu Jago ini juga punya varian rasa susu. Ada susu strawberry, blueberry, dan anggur. Doi yang terbuat dari campuran ekstrak curcuma atau temulawak, bermanfaat untuk memelihara kesehatan tubuh, mengatasi masalah pencernaan, dan yang paling jos adalah dapat memperbaiki nafsu makan. Saya sangat bersyukur sekali dengan hadirnya Buyung Upik di khazanah perjamuan Indonesia. Benar-benar memberikan suasana batu, eh baru.

Sekotak buyung upik isi 11 sachet ada di kisaran harga 10 ribu, Say. Kemasannya kini telah berganti, namun ikon anak laki-laki dan perempuan dengan selendang dan pecinya tetap digunakan dalam kemasan terbarunya. Intinya gini. Kalau inget larutan kudu yang ada badaknya, Buyung Upik pasti yang ada dua sejolinya, eaaak~

Selain karena manfaatnya, saya juga merindukan suasana yang persis seperti saat saya kecil membelinya di mbok jamu. Saya paling sering beli Buyung Upik seduh ini sore-sore. Ramai-ramai sama teman, ribet dan bingung pilih Buyung Upik rasa apa. Lengkap dengan Mamak saya dan ibu-ibu teman lainnya yang asyik nongki di warung. Kemudian sebelum magrib, kami sudah kembali ke rumah masing-masing. Kadang, saya merindukan ini sampai menangis. Anjir banget lah. Gua kangen jadi bocil woy, tolonggg~

Sambil menunggu saya menikah dan punya anak, lalu dijejelin Buyung Upik, saya masih mengonsumsi doi. Yah, meskipun nggak serutin dan fardu ain kayak pas masih bocil. Mohon doanya ya, Sahabat. Nggak sabar, nih, pengin minum Buyung Upik bareng anak sendiri sebelum magrib~

Sumber Gambar: YouTube ABC AktifBeraniCerdas

BACA JUGA Rekomendasi Jamu Gendong Favorit Ramah Anak dan tulisan Nuriel Shiami Indiraphasa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version