Judul: Sebelum Perempuan Bercinta
Penulis: Dea Safira
Penerbit: EA Books
Tebal: 165 halaman
Harga: Rp68.000
Tahun Terbit: 2021
Barangkali banyak di antara para perempuan seperti kita yang masih malu untuk membeli buku Sebelum Perempuan Bercinta. Apalagi perempuan yang masih lajang seperti saya. Ketika membeli buku ini pun saya menyembunyikannya dari ibu saya, meletakkannya di bawah kasur saat saya pergi. Bukan apa-apa, saya hanya takut ibu berpikiran macam-macam.
Apa yang saya lakukan setidaknya sama dengan yang dikeluhkan penulis, Dea Safira, dalam pengantar yang ia tulis di bagian depan. Sejak kecil sistem pengetahuan dan norma masyarakat menjauhkan perempuan dari tubuhnya, membuatnya merasa asing bahkan tak jarang membenci tubuh sendiri. Ya, perempuan masih merasa bersalah jika memiliki keinginan untuk mengenali tubuhnya sendiri. Padahal keinginan itu adalah kebutuhan. Saat tak ada akses yang memadai bagi mereka untuk mendiskusikan hal tersebut, apakah keinginan itu tiba-tiba akan lenyap? Tidak. Yang ada justru akan semakin bertambah dan menggebu.
Dea mengawali tulisannya dengan berbagi pengalaman saat masih remaja ketika ia didoktrin untuk menjauhi laki-laki dengan imbauan, “Awas, hamil!” Namun, ia tak pernah diberi tahu bagaimana kehamilan bisa terjadi. Ya, memang bagi para perempuan yang sudah kuat imannya sedari kecil, mungkin mereka tak pernah berbelok ke jalan tersebut sebelum pernikahan. Akan tetapi, bagaimana dengan perempuan-perempuan remaja yang memiliki akses untuk berpacaran lalu tak paham akan hal tersebut?
Di bagian Mitos-Mitos Tentang Seksualitas Perempuan yang Harus Dibongkar, Dea memaparkan dengan baik betapa tidak perlunya sunat pada perempuan. Proses pemotongan klitoris itu lebih dianggap sebagai mutilasi daripada sunat. Pun dalam agama sebenarnya tak pernah dianjurkan proses sunat pada perempuan.
Dea juga mematahkan pendapat masyarakat yang merasa mampu mengukur nafsu perempuan melalui ketebalan alis dan rambut-rambut di kaki. Hal itu sama sekali tak ada hubungannya. Di bagian ini, kita juga akan paham tubuh kita berubah secara alami sesuai usia yang terus bertambah. Tak ada yang berhak membenci kita karena perubahan yang terjadi pada tubuh kita sekalipun itu adalah pasangan kita sendiri. Kita berhak mendapatkan cinta, bukan rasa benci pada tubuh kita sendiri.
Pada bagian Minta Izin itu Seksi, Dea kembali menegaskan bahwa seks yang baik dan bertanggung jawab itu berasal dari konsesus dua belah pihak. Kita juga akan memahami bagaimana langkah yang tepat untuk membuat persetujuan sekalipun itu dengan pasangan kita sendiri. Dea juga terang-terangan menjelaskan kerugian hubungan Friend With Benefit serta bahaya dari aplikasi kencan daring. Saat seorang perempuan memutuskan untuk bertemu dengan kawannya melalui aplikasi kencan daring, ada syarat-syarat yang semestinya ia penuhi untuk mengamankan dirinya. Contohnya bertemu di tempat ramai dan memberitahu orang terdekat tempat tujuan kita serta menolak ajakan untuk bertemu di tempat sepi, kos, atau rumah
Tak lupa Dea memaparkan pentingnya bagi perempuan untuk mengenal tubuhnya sendiri. Hal tersebut akan menjauhkan perempuan dari kekerasan seksual karena mereka akan tahu bagian yang nyaman dan tidak nyaman jika disentuh orang lain. Pengetahuan semacam ini penting bagi setiap perempuan. Mereka juga berhak menolak dengan tegas apabila ada orang lain yang melanggar batasan pribadi atas tubuh mereka sendiri.
Umumnya, perempuan melakukan senggama pertama kali dengan suaminya atau kekasihnya. Dea hanya menjelaskan hal yang cukup personal sebelum perempuan memulainya untuk pertama kali. Perempuan perlu memastikan bahwa dirinya sadar, tidak berada dalam pengaruh alkohol, ganja, dan narkotika ketika akan memutuskan hal itu. Saat pengambilan keputusan perempuan tak boleh berada dalam tekanan pihak lain. Tak ada iming-iming janji dari kekasih untuk menikahi atau ancaman akan memutuskan hubungan jika ia menolak. Jika pasangan melakukan manipulasi seperti ini sebenarnya itu adalah petunjuk adanya red flag dalam suatu hubungan. Manipulasi dalam hal ini termasuk dalam kekerasan seksual yang dicatat oleh Komnas Perempuan.
Melalui tulisan Dea inilah seorang perempuan akan berpotensi terhindar dari marital rape. Perempuan akan sadar pentingnya konsensus atau persetujuan untuk melakukan hubungan seksual meskipun oleh suaminya sendiri. Perempuan memiliki hak untuk menerima atau menolak ajakan suaminya. Jika keputusan telah diambil, perempuan harus bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.
Buku Sebelum Perempuan Bercinta layak dimiliki semua perempuan yang mau mengenali dirinya lebih dalam. Pun bagi mereka yang ingin mengamankan diri dari tindakan manipulatif yang dilakukan pasangannya. Setelah membaca buku ini, perempuan akan paham bahwa ia memiliki hak atas tubuhnya karena tubuhnya adalah miliknya, bukan milik orang lain atau bahkan pasangannya sendiri.
Masih banyak bahasan mengenai perempuan dan tubuhnya dalam buku ini. Tulisan-tulisan dalam buku ini memang cukup terbuka dan liar. Untuk membacanya, seorang perempuan selayaknya sudah memiliki kesadaran penuh akan keputusan dalam dirinya dan juga memahami prinsip dan keimanan yang ia pegang. Oleh karenanya, buku ini diperuntukkan bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Setidaknya dalam usia 18 awal itulah mereka telah memiliki kemampuan untuk berpikir lebih bijak dan memutuskan yang terbaik untuk dirinya.
Sumber Gambar: Buku Mojok