Beban moral yang menggunung sebagai alumni UGM
Selain memiliki kebanggaan yang pantas dirayakan, menyandang alumni UGM juga menanggung beban moral yang besar. Pasalnya orang awam, sudah tahu bagaimana kualitas mahasiswa dan alumni UGM itu. Semisal oknum mahasiswa dan/atau alumni terjerat kasus pelanggaran etika dan hukum, masyarakat tidak pikir panjang mengkritik kampus dan pelaku tersebut. Semua kena getahnya.
Beban moral di sini bermakna bagaimana insan dapat menjaga etika, sikap, dan integritas. Pihak kampus tentu berasumsi baik bahwa para wisudawan sudah dewasa dan mampu beradaptasi ketika hidup bermasyarakat.
Saya menyadari betapa beratnya menjadi alumni kampus ternama itu. Orang akan menaruh ekspektasi tinggi kepada lulusan UGM karena dianggap memiliki kedalaman ilmu dan berperilaku baik. Pendek kata, orang itu berbeda dari kelompok mayoritas.
Saking takutnya, saya melepas label alumni UGM dan menjadi orang biasa pada umumnya. Tujuannya demi kebaikan diri sendiri. Sikap ini terjadi karena saya takut gagal memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Perasaan ini wajar terjadi karena belum menemukan peran yang sesuai. Semua orang juga pernah mengalaminya.
Demikian, alasan saya memilih menyembunyikan atribut UGM ketika menjalani hidup bermasyarakat. Namun, semisal lawan bicara kepo dengan asal kampus saya, saya jawab apa adanya. Urusan antusias atau tidaknya menjadi hak lawan bicara. Saya tetap berkomitmen menjadi low profile walaupun capaian hidup saya dianggap melangit.
Penulis: Genta Ramadhan
Editor: Rizky Prasetya




















