Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Satria Dewa: Gatotkaca Ternyata Film Superhero?

Lentera Fajar Muhammad oleh Lentera Fajar Muhammad
16 Juni 2022
A A
Satria Dewa Gatotkaca Ternyata Film Superhero Terminal Mojok

Satria Dewa: Gatotkaca Ternyata Film Superhero? (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah melewati berbagai halangan dan terkendala pandemi, akhirnya Indonesia kedatangan satu lagi film superhero. Satria Dewa: Gatotkaca resmi tayang di bioskop sejak 9 Juni lalu. Dari namanya saja kita bisa melihat bahwa film ini akan mengambil dasar cerita dari kisah Mahabharata. Saya datang menonton tanpa banyak ekspektasi berlebih, tapi jujur: saya terkesan.

Saya tidak akan banyak berbicara tentang review film ini karena sudah banyak yang melakukannya. Di kesempatan ini saya akan bercerita tentang pergolakan batin saya dan usaha tabayyun dalam menentukan apakah film ini merupakan film superhero.

Bila berbicara tentang cerita Mahabharata, kisah ini sudah disajikan melalui beragam media berbeda. Mulai dari pementasan wayang, adaptasi komik, hingga drama serial. Tentunya muncul beragam pembacaan dan visualisasi baru seiring dengan banyaknya adaptasi tersebut. Tapi, Satria Dewa: Gatotkaca melakukan hal yang berbeda.

Sinema besutan Hanung Bramantyo ini menempatkan cerita Mahabharata sebagai sebuah cerita di masa lalu. Sebuah dongeng yang mulai dilupakan oleh masyarakat masa ini. Tapi siapa sangka, rupanya sisa api perseteruan Pandawa dan Kurawa diwariskan hingga sekarang melalui gen. Pembacaan baru (yang sebenarnya tidak baru-baru banget) juga dilakukan di film ini dengan menempatkan Pandawa yang tidak selalu baik dan Kurawa yang tidak selalu buruk.

Sedikit konteks bagi yang belum menonton film ini dan kebetulan tidak mengikuti cerita pewayangan. Mahabharata, bila saya harus menjelaskan dengan singkat, berpusat pada pertempuran besar yang terjadi antara kubu Pandawa dengan Kurawa yang disebabkan oleh konflik hak atas takhta Hastinapura. Tentunya epos ini lebih dari sekadar itu, yang sayang sekali tidak dapat saya rangkum di tulisan ini.

Dengan premis cerita seperti itu, saya langsung teringat Percy Jackson & the Olympians, seri novel karya Rick Riordan yang juga diadaptasi menjadi sebuah film. Dikisahkan Percy Jackson adalah seorang demigod, putra dari Dewa Laut Poseideon dengan manusia biasa bernama Sally Jackson. Siapa sangka ternyata dewa-dewa Yunani benar-benar ada dan masih eksis hingga sekarang.

Oleh karena itu pada awalnya sangat sulit bagi saya untuk menerima kenyataan bahwa Satria Dewa: Gatotkaca adalah sebuah sinema superhero. Lantaran adaptasi dari cerita mitologi tentunya berbeda dengan cerita-cerita superhero yang selama ini kita kenal.

Dengan premis cerita yang sudah saya jelaskan tadi, maka jelas sumber kekuatan di film ini—dan film-film yang akan datang—berasal dari gen Pandawa atau gen Kurawa yang dimiliki tokoh-tokohnya. Atau, bisa jadi akan ada tokoh yang menerima anugerah langsung dari para dewa seperti Aswatama yang menjadi musuh utama di film ini.

Baca Juga:

Sri Asih, Harapan Baru Film Superhero Indonesia

CGI: Masalah Terbesar Film-film Superhero Indonesia

Sementara itu, semesta superhero biasanya memiliki banyak superhero dengan asal kekuatan yang beragam dengan keunikan masing-masing. Lihat saja di Marvel dengan Spiderman yang mendapat kekuatan dari gigitan laba-laba radioaktif dan Captain America yang menjadi manusia super berkat suntikan serum.

Sikap penyangkalan saya terutama muncul ketika ada yang memberi kritik dengan membandingkan film ini dengan film superhero lainnya. “Konsepnya beda, Bos,” begitu pikir saya. Saya lalu teringat pesan guru saya untuk melakukan tabayyun sebelum bereaksi. Dengan riset yang tidak terlalu mendalam, akhirnya saya dengan berat hati mengakui film ini sebagai sebuah film superhero. Begini alasannya:

Pertama, saya lupa ada yang namanya X-Men, sebuah semesta superhero yang isinya manusia-manusia super berkat X-gene dalam dirinya. Gen Pandawa dan gen Kurawa ternyata tidak bisa menjadi pembenaran bahwa ini bukan film superhero.

Kedua, kekuatan sebagai berkah dan kutukan. Dalam banyak semua cerita superhero, terutama di film pertamanya, kebanyakan berkutat pada perjalanan tokoh utama menerima kekuatannya dan menggunakannya untuk kepentingan orang banyak. Tak jarang tokoh utama mendapat banyak masalah karena kekuatannya itu. Kekuatan memang merupakan berkah dan kutukan.

Begitu pula yang terjadi dengan Yuda, tokoh utama di film ini yang ternyata mewarisi gen dari Gatotkaca. Karena gen tersebut hidupnya banyak dirundung masalah. Sabar-sabar, ya, Mas.

Ketiga, supervillain. Semua pahlawan super butuh musuh yang setara karena tanpa musuh ceritanya jadi hambar. Ya siapa sih yang betah nonton jagoan dengan kekuatan sakti berantem sama kroco-kroco. Di film Satria Dewa: Gatotkaca, peran musuh utama dimainkan oleh Aswatama.

Dia adalah seorang tokoh Mahabharata yang dulu bertarung di pihak Kurawa. Karena tindakannya, dia dihukum oleh Krisna hingga hari ini. Konflik di film ini dipicu oleh usaha Aswatama meloloskan diri dari kurungannya. Berhasilkah Yuda yang masih newbie untuk menghentikannya?

Keempat, kostum dan nama superhero. Asli, deh, poin ini ternyata yang paling penting. Satu hal penting yang membedakan Semesta Satria Dewa dengan dunia Percy Jackson adalah kostum. Awalnya saya berpikir dengan alasan-alasan di atas harusnya semua demigod di novel Percy Jackson adalah superhero, tapi kan bukan, mereka masih jadi diri mereka sendiri.

Peran penting kostum adalah memberi identitas baru kepada si superhero. Identitas ini juga berfungsi sebagai penyamaran. Kita melihat Bruce Wayne dengan Batman sebagai sosok yang berbeda. Bahkan bagi Clint Barton yang kostumnya terlihat seperti pakaian biasa pun tetap terlihat sebagai Hawkeye bila sedang bertugas.

Aksi berantem menggunakan kostum di film Satria Dewa: Gatotkaca sebenarnya sudah sangat memukau, tapi tolong lah Mas Hanung, besok-besok bisa diterangin pencahayaanya.

Mungkin masih banyak lagi aspek yang bisa dibahas, tapi empat poin tadi sudah cukup menggambarkan bahwa sesungguhnya memang ini adalah film superhero. Saya sendiri setuju bahwa banyak yang bisa ditingkatkan dari film Satria Dewa: Gatotkaca. Tapi, film ini masih sangat layak untuk ditonton. Bila dibandingkan dengan Gundala yang tayang tahun 2019 lalu, cerita di film ini terasa lebih ringan.

Bahasan seputar cerita Mahabharata yang dirasa terlalu rumit bisa diabaikan tanpa mengganggu pemahaman atas ceritanya. Mungkin nanti akan bingung sedikit, tapi di akhir film bakal terjawab, kok. Yang jelas Semesta Satria Dewa telah hadir memberi warna baru pada industri film Indonesia dan industri film superhero.

Penulis: Lentera Fajar Muhammad
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Film Ngeri-ngeri Sedap, Relatable dengan Keluarga Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Juni 2022 oleh

Tags: film superheroSatria Dewa: Gatotkaca
Lentera Fajar Muhammad

Lentera Fajar Muhammad

ArtikelTerkait

Sri Asih, Harapan Baru Film Superhero Indonesia Terminal Mojok

Sri Asih, Harapan Baru Film Superhero Indonesia

7 Juli 2022
CGI Masalah Terbesar Film-film Superhero Indonesia Terminal Mojok superhero fatigue

CGI: Masalah Terbesar Film-film Superhero Indonesia

14 Juni 2022
3 Alasan Kita Suka Film Superhero meski Ceritanya Gitu-gitu Aja (Pixabay.com)

3 Alasan Kita Suka Film Superhero meski Ceritanya Gitu-gitu Aja

19 April 2022
Satria Dewa: Gatotkaca, Film Superhero Lokal yang Berisik Terminal Mojok

Satria Dewa: Gatotkaca, Film Superhero Lokal yang Berisik

12 Juni 2022
Film Superhero dan Hobinya Menggunakan Lagu Lawas sebagai Soundtrack

Film Superhero dan Hobinya Menggunakan Lagu Lawas sebagai Soundtrack

28 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.