Sarden ABC Bumbu Serundeng: Inovasi Unik yang Patut Diapresiasi

Sarden ABC Bumbu Serundeng: Inovasi Unik yang Patut Diapresiasi

Sarden ABC Bumbu Serundeng: Inovasi Unik yang Patut Diapresiasi (Dokumentasi Pribadi Erma Kumala Dewi)

Udah cobain sarden ABC bumbu serundeng belum, Gaes?

Sarden jadi salah satu produk makanan instan yang cukup populer di Indonesia. Olahan ikan kaleng ini menawarkan kepraktisan untuk dimasak di saat darurat. Cara memasaknya mudah, cepat, rasanya enak, dan gizinya juga dapat. Walaupun nggak baik juga sih kalau terlalu sering dikonsumsi.

Selama ini sarden yang kita kenal adalah ikan yang dilengkapi dengan bumbu saus di dalamnya. Sampai saya sempat mengira kalau sarden itu ya harus ikan yang ada sausnya. Padahal yang dimaksud sarden itu jenis ikannya, bukan keseluruhan hidangannya. Di awal kemunculannya cuma ada 2 varian sarden yang diperkenalkan, yaitu saus pedas dan tomat. Sekarang varian sarden semakin beragam. Ada yang pakai saus ekstra pedas, saus pedas dengan cabai utuh, saus balado, sampai sambel ijo.

Akan tetapi, pernah nggak kalian nemuin sarden yang nggak ada sausnya? Saya sih nggak pernah kepikiran ada yang bikin aturan baru semacam ini. Sampai akhirnya ABC merilis produk barunya berupa sarden ABC bumbu serundeng. Inovasi ini sekaligus menjadi produk sarden yang disajikan kering pertama di Indonesia.

Kira-kira gimana ya hasilnya? Apakah berhasil atau malah gagal? Buat kalian yang mau mencoba sarden ABC bumbu serundeng tapi masih ragu, mending simak dulu ulasan berikut ini.

Perlu usaha lebih dalam proses memasak

Berbeda dengan varian sarden lainnya, sarden terbaru keluaran ABC ini jelas nggak pakai saus. Memasaknya pun digoreng, bukan ditumis. Di dalam kaleng kita akan menemukan ikan sarden dan  rempah bumbu kuning yang bakal jadi elemen serundengnya. Keduanya terendam dalam air yang jumlahnya nggak bisa dibilang sedikit.

Nah, kita perlu saringan untuk memastikan si sarden dan bumbu serundengnya tiris. Nggak mungkin dong kita masukin semua isi di dalam kaleng itu ke minyak panas sekaligus. Yang ada nanti bisa meledak-ledak, bahaya banget.

Maka akan susah memasak sarden yang satu ini kalau nggak punya saringan. Saringannya sih apa aja. Boleh saringan teh atau peniris gorengan yang lubangnya cukup rapat. Soalnya kalau lubangnya besar-besar malah percuma. Nanti bumbu serundengnya lolos semua. Disendokin juga bisa sih, tapi jelas butuh kesabaran dan waktu yang ekstra.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat memasak

Lantaran produk yang akan digoreng ini cukup basah, kita harus ekstra berhati-hati. Sebab, produk ini sangat berpotensi meletus-meletus ketika digoreng, sekalipun sudah ditiriskan dari airnya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang nggak diinginkan, kecilkan api saat akan memasukkan sarden ABC bumbu serundeng ke minyak goreng panas. Kemudian, masak sarden dengan api yang nggak terlalu besar biar serundengnya nggak gampang gosong. Boleh juga menggunakan tutup panci untuk menutupi penggorengan agar letusan minyaknya nggak muncrat ke mana-mana.

Gunakan minyak yang cukup untuk menggoreng hidangan ini, jangan terlalu pelit. Ingat ya, ini sarden bumbu serundeng yang butuh dimasak kering, bukan sarden saus seperti biasanya yang cukup ditumis. Jangan terlalu sering membolak-balik ikannya biar nggak gampang hancur, sebab teksturnya rapuh banget. Jadi jangan tertipu sama gambar ikan di kemasannya.

Oh iya, jangan lupa untuk meniriskan sarden ini saat matang. Kalau perlu agak ditekan-tekan atau dialasi tisu dapur biar minyaknya keluar semua. Maklum saja, makanan ini menyerap cukup banyak minyak selama proses penggorengannya. Nggak mau kan tenggorokan gatal setelah memakannya?

Inovasi yang perlu diapresiasi

Menurut saya, inovasi baru dari sarden ABC ini sangat kreatif. Bisa menjadi alternatif untuk orang-orang yang nggak terlalu suka makanan berkuah atau bersaus. Hasilnya pun bisa dibilang cukup memuaskan.

Satu hal yang paling saya apresiasi dari produk ini adalah keberhasilan mereka dalam membuat tekstur serundeng. Tekstur kasar yang khas dari parutan rempah-rempah seperti lengkuas dan jahe bisa begitu serupa dengan yang biasa kita jumpai pada ayam goreng bumbu lengkuas. Warna dan aroma khas bumbu kuningnya juga dapet banget, sangat menggugah selera. Cocok banget untuk dinikmati bersama nasi hangat, semakin mantap kalau ditambah sambal.

Pemilihan waktu untuk merilis produk ini juga sangat tepat. Setidaknya iklannya sudah muncul sejak akhir Januari. Cukup lah untuk memperkenalkan produk ini ke masyarakat sebelum Ramadan. Sangat berpeluang menjadi opsi menu sahur yang praktis.

Nasi hangat dengan lauk kering nan gurih seperti ini adalah tipikal makanan yang sangat aman, sekalipun dinikmati usai bangun tidur. Nggak bikin enek. Pun dalam bentuk matangnya, sarden ini punya daya simpan yang lebih lama dibandingkan sarden bersaus. Mau disimpan tanpa kulkas pun nggak masalah.

Kekurangan yang perlu diperbaiki sarden ABC bumbu serundeng

Dari segi rasa, makanan ini sebenarnya cukup enak. Kalau mau dibayangkan, rasanya mirip dengan makan bandeng presto tapi dalam versi instan. Sayangnya, pada hidangan ini bumbu rempah kuning dan serudeng lengkuasnya masih kurang terasa. Cukup kebanting dengan rasa ikannya.

Marinasi bumbu kuningnya sendiri memang nggak cukup meresap sampai ke dalam ikannya. Sehingga antara ikan dan bumbu serundeng seperti berdiri sendiri-sendiri sebagai dua elemen yang berbeda. Barangkali bisa diakali dengan menambah kuantitas bumbu serundengnya biar bisa mengimbangi rasa ikan yang terlalu dominan.

Masalah lainnya adalah aroma ikannya yang masih terlalu amis. Bagaimanapun sarden ini adalah maknan kaleng yang ikannya nggak segar lagi, mungkin ini yang membuatnya sangat amis. Tapi kalau bau amisnya bisa lebih diminimalisir, saya rasa bakal lebih nyaman untuk dinikmati.

Terlepas dari beberapa kekurangan di atas, sarden ABC bumbu serundeng tetap recommended untuk dicoba. Harganya juga terjangkau. Bisa banget nih nyetok buat bulan puasa nanti.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Migelas, Mi Instan Mungil yang Dicari kalau Kepept Aja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version