Lini masa Twitter sempat salty banget sama Agnez Mo. Bukan tentang prestasinya yang seabrek, tetapi karena Wierd Genius berhasil nampang di Times Square, Amerika Serikat. Hal ini pernah terjadi ketika Rich Brian berhasil nampang di tempat yang sama beberapa bulan lalu.
Kita semua tahu Agnez Mo adalah artis berprestasi. Semenjak muncul dengan nama Agnes Monica puluhan tahun lalu sampai berganti nama menjadi Agnez Mo, dia sudah punya banyak karya musik. Selain itu, dia adalah musisi dengan penghargaan terbanyak di Indonesia. Nomor tiga di Asia Tenggara setelah Siti Nurhaliza dan Sarah Geronimo. Karena dia artis besar, wajar selalu jadi standar pembanding kesuksesan artis lain, sih.
Namun, yang tidak wajar, adalah orang-orang yang seperti memaksa diri untuk membenci dia. Seakan-akan, prestasi artis lain harus dibandingkan sama Agnez. Udah dibandingin, ujungnya lalu dijatuhin, seakan-akan semua ini perlombaan. Mulai dari artis yang gagal go internasional, bukan artis asli Indonesia, identitasnya sebagai artis tidak jelas, artis tua, dan sebagainya.
Agnez Mo punya salah apa sama mereka yang ngomong seperti itu? Apakah Agnez pernah bikin sakit hati secara langsung? Usut punya usut, mereka berbicara hal buruk tentang Agnez karena mereka tidak suka dengan fans Agnez.
Agnez adalah salah satu artis yang memiliki penggemar besar di Indonesia. Selain besar, mereka juga terkenal sangat loyal. Salah satu buktinya, fans Agnez tahun ini masuk nominasi penggemar terbaik versi iHeart Radio Music Awards di Amerika Serikat bersama penggemar BTS, Taylor Swift, Ariana Grande, Justin Bieber, dan sebagainya.
Kendati demikian, penggemar Agnez Mo terkenal barbar, suka ‘perang’ dengan fans artis lain, dan cenderung demanding. Selain itu, mereka juga gampang terpancing ketika idolanya dihina. Ketika Agnez dicibir gagal go internasional, mereka mencak-mencak dan balik menyerang si pencibir. Maka, banyak orang yang merasa perlu untuk membeci penggemar Agnez. Lantas, kenapa membenci Agnez Mo juga? Agnez Mo dan penggemarnya adalah dua subjek berbeda.
Bisa dimaklumi ketika banyak orang tidak suka dengan fans Agnez. Namun, yang jadi kebiasaan buruk adalah artinya juga kena. Padahal, dia berkarya, pertama-tama, untuk dirinya sendiri. Tidak merugikan orang lain. Bagi saya, kebiasaan seperti ini tidak adil. Sesat pikir.
Sesat pikir ini terjadi ketika seseorang cenderung menggeneralisasi sesuatu. Jika penggemar Agnez buruk, maka Agnez juga buruk. Jika penggemar Agnez layak dibenci, maka Agnez juga perlu dibenci. Imbasnya, apa pun yang dilakukan penggemar Agnez selalu diasosiasikan dengan idolanya.
Bagi saya, perlakuan ini jahat dan tidak adil. Bagaimana bisa seseorang dapat benci Agnez Mo karena kesalahan penggemarnya? Bagaimana bisa seseorang dapat mencibir pencapaian orang yang bahkan tak pernah punya kesalahan kepadanya?
Lagian, meski lebih banyak tinggal di luar negeri, nama Indonesia selalu menempel ke diri Agnez. Dia hanya salah satu orang Indonesia yang berjuang sekuat tenaga sebagai bentuk aktualisasi diri. Sebagai bentuk menjalani karier saja.
Jika kamu membenci Agnez karena tidak suka kepada penggemarnya, saya pikir bukan Agnez Mo atau penggemarnya yang salah. Ada yang salah dengan diri kamu.
Sumber gambar: Wikimedia Commons.
BACA JUGA Belajar dari Kang Bahar di Preman Pensiun: Preman yang Juga Punya Sisi Humanis dan tulisan Ahmad Zulfiyan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.