Daftar Isi
Kuah terlalu encer
Kuah sate dibuat dari kaldu rebusan daging yang dicampur dengan berbagai jenis rempah yang dihaluskan dengan cabai. Kemudian secara bertahap tepung beras ditambahkan sambil diaduk hingga tercapai tingkat kekentalan yang tepat.
Sayangnya, ketika disajikan, kuah sate Padang kadang-kadang terlalu encer. Hal tersebut bisa terjadi karena tepung beras yang digunakan terlalu sedikit, menggumpal, atau tidak tercampur dengan baik karena kurang diaduk.
Selain itu kekentalan kuah juga dipengaruhi oleh suhu. Biasanya panci kuah ditempatkan dekat dengan tungku pemanggang. Jika kurang panas, kuah akan mencair, yaitu kaldu dan tepung beras tidak menyatu. Kira-kira bisa dianalogikan sebagai “pecah santan” pada masakan gulai.
Lontong atau ketupat lembek dan berair
Sebagaimana halnya nasi, lontong atau ketupat dalam sepiring sate Padang berfungsi sebagai material pengisi yang memberikan sensasi kenyang pada lambung. Tak jarang jika ada pembeli yang merasa belum cukup kenyang, mereka akan menambah satu ketupat tambahan.
Jika beras yang digunakan terlalu sedikit, ketupat akan menjadi lembek. Umumnya, lontong dan ketupat dapat bertahan di suhu ruangan hingga dua hari. Namun jika penanganannya tidak tepat—misalnya tidak diangin-anginkan—ketupat akan berair dan lengket. Jika sudah begini bisa mempengaruhi kenikmatan sate Padang.
Tidak ada pelengkap sate Padang
Meskipun tidak wajib, bagi beberapa pelanggan, keberadaan pelengkap menjadi nilai tambah tersendiri. Misalnya, taburan bawang goreng yang dapat menambah gurihnya seporsi sate Padang. Atau, tambahan jangek dan keripik singkong balado yang dijual terpisah dan mampu menambah kemeriahan acara makan.
Oh ya, sudah pernah coba makan kerupuk kulit dengan kuah sate, kan? Kalau belum, cobain, deh. Lamak bana!
Kehabisan sate Padang
Bayangkan, kita mengidamkan sepiring sate Padang untuk berbuka puasa. Sepulang kerja, kita bergegas menembus macet dan hujan untuk singgah di lapak langganan. Saat sampai di parkiran 10 menit sebelum waktu berbuka puasa, terlihat sedikit pembeli yang mengantre. Stok kelihatannya masih aman.
Akan tetapi sayangnya, ketika tiba di kedai, si uda bilang, “Maaf, Mas, sudah habis.”
“Itu bukannya masih banyak ya, Da?”
“Pesanan kakak ini, baru aja. 25 bungkus.”
“Buset.” Untung kakaknya manis. Eh…
Saya tidak melayani debat bahwa kehabisan incaran merupakan bentuk kekecewaan terbesar bagi seorang penikmat sate Padang. Sebenarnya ini juga berlaku untuk semua pencinta kuliner, sih.
Sengaja ditaruh terakhir, biar relate. Hehehe…
Gimana? Apakah sudah cukup terwakili? Atau kalian punya pengalaman lainnya ketika menyantap sate Padang? Mudah-mudahan tidak membuat kalian kapok dan bisa terus menikmati anugerah kekayaan kuliner Nusantara, ya.
Penulis: Revi AM
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membedah Komponen-komponan dalam Keanekaragaman Sate Padang.