Roti Aoka yang sempat viral karena harganya murah kini punya saingan baru, namanya roti NaNa.
Siapa yang nggak tahu roti Aoka? Jajanan yang mendapat julukan “roti sejuta umat” ini pernah viral di berbagai lini media sosial seperti TikTok, Instagram, dan bahkan jadi bahan diskusi di form Quora. Rasanya yang boleh dibilang enak dan harganya yang merakyat memang pas untuk kalangan menengah ke bawah. Roti ini juga berhasil membranding dirinya dengan sebutan “Sari Roti-nya kaum mendang-mending”.
Diproduksi sejak tahun 2017, belakangan roti Aoka menjadi primadona sejak beberapa influencer bahkan pengguna TikTok mereview roti keluaran PT Indonesia Bakery Family asal Bandung ini. Rata-rata review yang saya temukan di TikTok, Quora, dan YouTube mengatakan bahwa roti Aoka sangat enak untuk roti seharga dua ribu sampai empat ribuan. Hampir semua sepakat Aoka memiliki tekstur roti yang lembut, cita rasa nikmat, dan variasi selai beragam yang terasa lumer di mulut.
Review soal roti Aoka juga pernah ditulis di Terminal Mojok oleh Mas Muhammad Iqbal Habiburrohim. Dalam tulisan yang tayang bulan Oktober 2022 silam, beliau mengatakan sangat suka roti tersebut. Kalian bisa membaca tulisan Mas Iqbal di sini.
Akan tetapi ada segelintir orang yang punya penilaian berbeda soal roti Aoka. Saya termasuk salah satunya dan ingin menuliskan review jujur yang sedikit berbeda. Meski begitu, saya menyadari kalau soal selera rasa memang hal relatif. Tapi kalau kalian tahu atau pernah mencicipi roti Aoka pasti setuju kalau roti ini punya masa kedaluwarsa yang agak seram untuk ukuran produk bakery.
Daftar Isi
Satu hal yang saya sayangkan dari roti Aoka
Umumnya di pasaran, produk bakery dijual dengan masa expired paling lama di bawah 3 bulan. Sebut saja seperti Sari Roti yang punya masa expired nggak sampai 1 bulan. Selain karena teknik pengemasan kedap udara, tentu saja hal ini juga berkaitan dengan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) seperti zat aditif buatan untuk pengawet.
Saya sendiri merasa agak ngeri-ngeri sedap saat membaca komposisi roti Aoka yang menurut saya terlalu banyak bahan artifisial untuk sekelas produk olahan roti. Makanya roti ini sebenarnya dikategorikan sebagai roti panggang yang seharusnya memang dipanggang terlebih dulu sebelum dikonsumsi.
Memang nggak ada keterangan atau saran penyajian di bagian kemasan yang menjelaskan bahwa roti Aoka harusnya dipanggang terlebih dulu. Tapi, buat kalian yang punya lidah atau pencernaan sensitif, saya yakin kalian pasti sepakat kalau roti Aoka tanpa dipanggang rasanya seperti makan produk setengah matang, kan? Efeknya bakal bikin perut mules melilit, persis setelah dimakan satu bungkus saja.
Harus dipanggang dulu biar lebih enak dinikmati
Produsen sebenarnya sudah memberi petunjuk singkat bin padat dengan sebuah tulisan di bagian depan kemasan. Tentu saja roti ini memang harusnya dipanggang terlebih dulu demi meminimalisir efek laksatif dari bahan-bahan tambahan pangan sintetis di dalamnya.
Sebut saja misalnya kalsim propionat yang digunakan produsen roti Aoka untuk mengawetkan rotinya dari pertumbuhan jamur dan bakteri yang bisa merusak tampilan fisiknya. Dengan dipanggang, kalsium propionat sebenarnya dapat terurai dengan lebih baik sehingga nggak menimbulkan efek buruk jika dikonsumsi.
Sayangnya, masyarakat kita yang minim literasi sudah terbiasa membeli roti kemasan yang memang langsung hap. Sudah tulisan petunjuk di kemasannya singkat, yang beli pun nggak mau baca. Toh, kalaupun mereka tahu roti Aoka harus dipanggang terlebih dulu, saya yakin kebanyakan mereka nggak mau ambil repot buat memanggang roti kemasan. Mending sekalian beli roti bakar di pinggir jalan, kan?
Saya sendiri sebenarnya nggak suka-suka amat sama roti Aoka. Biasa aja. Kalau dikasih ya dimakan, kalau nggak juga nggak kepingin beli. Kalaupun butuh roti, menurut saya mending sekalian beli roti sisir.
Saya penyuka makanan dengan cita rasa manis, tapi bagi saya manisnya selai roti Aoka itu bikin enek. Ya itu tadi, terlalu “kimia” banget di lidah. Rotinya yang kata banyak orang sangat lembut pun bagi saya terlalu aneh. Iya sih lembut, tapi waktu dikunyah rotinya bakal jadi menggumpal dan susah ditelan. Kadang malah lengket di langit-langit mulut. Anehlah pokoknya.
Baca halaman selanjutnya: pesaing pun datang…
Saingan baru roti Aoka itu bernama roti NaNa
Nah, baru-baru ini saya nemu roti yang menurut saya lebih enak dari Aoka. Sekali lagi, ini menurut saya, lho. Nama saingan baru Aoka adalah NaNa. Roti satu ini produk lokal asli keluaran Friend’s Bakery dari Sidoarjo, Jawa Timur.
Sedikit berbeda dari Aoka, roti NaNa punya tekstur yang agak kasar namun malah lumer di mulut. Karena itulah tekstur roti yang padat ini justru terasa lembut dan ramah di lidah. Nggak bikin seret dan nyaman ditelan.
Harganya pun relatif sama dengan Aoka, bahkan lebih murah. Cuma dua ribuan untuk semua jenis rasa. Varian rasa yang ditawarkan pun lebih unik karena roti NaNa memadukan dua rasa selai dalam satu roti. Artinya, kalian bisa menikmati dua rasa selai sekaligus dalam satu roti.
Untuk roti dua rasa, roti NaNa punya empat varian rasa, yaitu cokelat-pandan, cokelat-susu, cokelat-stroberi, dan cokelat-kelapa. Saat mengigit roti, kita bisa melihat dua jenis selai diletakkan berdampingan kanan dan kiri. Selainya pun nggak pelit. Benar-benar dari ujung ke ujung roti, tapi nggak berlebihan juga.
Rasa manis selai roti NaNa nggak bikin enek
Nah, yang saya suka dari roti NaNa ini adalah rasa manis selainya nggak terlalu strong. Rasanya manis tapi enteng gitu di lidah. Jadi nggak bikin enek. Lebih spesialnya lagi, roti NaNa punya masa kedaluwarsa nggak sampai 3 bulan seperti Aoka. Masa kedaluwarsanya cuma 10 hari dari tanggal produksi.
Rasa rotinya pun standar, nggak berlebihan. Yang rasa kelapa, ya kerasa kelapanya. Rasa pandan ya pas pandannya. Cuma varian susu yang sedikit terlalu manis, tapi lumayan bisa mengimbangi rasa cokelatnya yang standar.
Overall, bagi saya roti NaNa ini lebih worth to buy daripada Aoka. Apalagi roti ini bisa langsung dimakan tanpa perlu diolah lagi. Meski makan banyak, nggak ada efek laksatif seperti saat makan Aoka. Enak aja gitu waktu dimakan. Lebih aman buat dikonsumsi juga karena tanpa pengawet buatan. Porsinya pun pas untuk sekadar mengganjal perut. Kenyang tapi nggak bikin kekenyangan.
Meski begitu, saya harus mengakui semua kembali pada selera masing-masing. Tapi, kalau kalian menemukan roti NaNa di warung kelontong, saran saya coba beli dan cicipi. Saya jamin, nggak cukup makan sebungkus. Pengin lagi dan lagi, persis seperti jargon di kemasannya~
Penulis: Aniza
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Roti Gulung Aoka: Harga Sama, Kenyang Lebih Lama.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.