Rodrygo, The Starboy

Rodrygo, The Starboy

Rodrygo, The Starboy (Saolab Press via Shutterstock.com)

Rodrygo adalah pembeda, dan itulah spesialnya

Ketika kita berbicara Brasil, tentu saja kita langsung berpikir, bahwa, di sanalah raja-raja sepak bola dilahirkan. Salah satunya, Ronaldinho, Neymar, Coutinho dan nama-nama terkenal lainnya. Namun, sebagai salah satu negara yang memang selalu melahirkan bibit unggul pemain sepak bola, tentu saja tak berhenti di situ. Salah satu talenta baru yang lahir adalah Rodrygo Silva de Goes. 

Rodrygo menyita perhatian ketika ia direkrut Madrid pada 2019 dengan banderol 45 juta euro. Umurnya saat itu masih 18 tahun, dan itulah kenapa ia menyita perhatian: umur sebegitu muda, sudah sebegitu mahal?

Sebenarnya, tak mengherankan juga kalau pemain muda dibanderol mahal. Kita masih ingat Kylian Mbappe ditebus sebesar 120 juta euro dari Monaco menuju PSG meski usianya belum genap 20 tahun. Namun, itu Mbappe. Ini Rodrygo, pemain yang bahkan baru terdengar namanya ketika pindah ke Madrid. Apa spesialnya?

Agak susah juga menjelaskan tentang apa yang spesial dari Rodrygo. Dia bahkan hingga kini tak selalu menghuni starting line-up. Posisi naturalnya winger kiri, namun tempat tersebut sudah paten milik kawan senegaranya, Vinicius Junior. Akhirnya, ia sering diplot sebagai winger kanan. Pun ia harus bersaing dengan Gareth Bale dan Asensio di posisi tersebut.

Sekilas, melihat fakta tersebut, ia tak bisa dibilang spesial sama sekali. Tapi, mari kita lihat hal-hal yang ia ciptakan di lapangan.

Musim pertamanya di Liga Champions, ia mencetak hattrick kala melawan Galatarasaray. Ia juga jadi penentu kemenangan Madrid melawan Inter Milan sebagai pengganti. Ia juga kerap jadi pemain yang melakukan “clutch” alias jadi pembeda di menit-menit krusial. Ia kerap jadi pemain yang membuat harapan Madrid kembali ketika ia masuk ke lapangan.

Masih banyak lagi sebenarnya keajaiban yang ia buat, seperti yang ia buat ketika melawan Chelsea. Tapi, mari kita bahas dulu apa yang spesial dari Rodrygo.


Real Madrid adalah tempat yang sebenarnya tak menyenangkan untuk talenta muda. Banyak talenta muda terkubur di tempat itu. Luka Jovic, Morata, Sergio Canales, Pedro Leon, Eto’o, adalah beberapa contoh talenta muda yang hancur lebur saat membela Madrid. Namun, begitu keluar dari tim tersebut, atau sebelum membela Los Merengues, mereka bersinar.

Kebanyakan mereka hancur karena ekspektasi dan jam terbang yang begitu sedikit. Untuk ekspektasi, tanya saja Theo Hernandez, yang merasa begitu tertekan membela Madrid. Kalau jam terbang, jelas, Madrid berisi bintang. Dan kalau kau ingin bermain, yang kamu harus lakukan adalah bermain lebih baik ketimbang bintang tersebut, atau bermain sesuai keinginan pelatih dan memaksimalkan kesempatan yang ada.

Rodrygo tahu betul itu. Dia, sejauh ini, tak mengeluhkan posisi ia bermain. Dia kerap diplot jadi winger kanan, bermain dengan efektif, dan menyelesaikan peluang dengan apik. Benar ia tak bikin keajaiban seperti Vinicius, yang kerap memperdaya bek musuh. Tapi, umpan-umpan dan pergerakannnya kerap kali bikin Madrid keluar dari kebuntuan.

Dia memanfaatkan kesempatan yang ada dengan berusaha yang terbaik dan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Tak sekali dia bikin Madrid keluar dari kebuntuan. Pun ketika jadi starter, dia memaksimalkannya dengan baik.

Selain itu, ia pemain yang bisa dibilang tak terlihat “darah Brazilnya”. Ia tak bikin pergerakan yang indah, tak menipu lawan dengan teknik ajaib macam Ronaldinho, ia tak menari indah seperti Neymar. Dia justru bermain secara sederhana, tapi itulah kelebihannya: karena bergerak secara sederhana, ia begitu tenang.

Coba lihat golnya kala melawan Espanyol, yang mengantarkan Real Madrid juara La Liga. Ia begitu tenang dalam menyelesaikan peluang. Ia bergerak seperlunya, dan menendang ke arah yang diperlukan. Pemain seperti itu, begitu mahal nilainya.

Tak mengherankan jika ia dijuluki “Starboy” oleh para fans di dunia maya. Ia bergerak dan menyelesaikan layaknya veteran, meski usianya masih begitu muda, dan jalannya masih begitu panjang.

Kepergian Bale dan rumor perpanjangan kontrak Asensio yang mandek, harusnya bikin ia tak lagi punya pesaing di winger kanan. Namun, kedatangan Mbappe bisa jadi bikin Vinicius digeser ke kanan, dan artinya, kerja Rodrygo makin berat. Sebab, saingan ia bukan lagi Bale yang habis serta Asensio yang inkonsisten. Saingan ia adalah pemain yang kerap kali bikin dunia berdecak kagum.

Tapi, mungkin Rodrygo tak ambil pusing. Semenjak kedatangannya, jalan yang ia lalui tak pernah mulus. Kalau ujungnya ia harus berjuang dengan Vini, ya sudah, apa masalahnya? Nanti ketika Madrid buntu, ia akan masuk dan bikin perbedaan, seperti yang sudah-sudah.

Dan itulah kenapa ia dijuluki Starboy, sebab ia adalah bintang yang memberi petunjuk di gelap malam. Seperti ia memecah kebuntuan dan memberi harapan bagi Los Merengues.

Mungkin saja ia akan bikin keajaiban lawan City malam ini. Atau mungkin saja tidak. Tapi, tetap saja, ia adalah Starboy. Dalam gelap, ia memberikan cahaya.

Penulis: Zubairi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Toilet Bus: Fasilitas atau Sekadar Hiasan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version