Rendang sudah diakui dunia sebagai makanan terenak sejak lama. Ia bersaing dengan sushi asal Jepang dan tom yam goong dari Thailand. Oleh sebab itu, tidak heran apabila olahan dari Padang lainnya “sedikit tersingkir” atau menjadi kurang populer di mata dunia. Padahal, ada satu menu lagi dari Sumatera Barat yang tak kalah nikmat, yaitu dendeng batokok.
Bagi para penikmat konvensional masakan dari Padang, rendang memang sudah jadi top of mind. Setelah menu tersebut, biasanya, pilihan perut-perut keroncongan adalah olahan ayam, ikan, sampai jeroan sapi.
Iya, dendeng batokok, seperti menjadi menu yang “asal ada” saja di warung-warung khas Padang. Terkadang, hanya mereka yang sangat mencintai dan mendalami masakan Padang, yang bisa mengenali dendeng batokok dengan cepat. Bahkan, menurut mereka, dendeng yang diolah dengan presisi dan otentik, bisa lebih nikmat ketimbang rendang.
Dendeng batokok dari Bukittinggi
Dendeng balado atau batokok yang paling otentik berasal dari Bukittinggi. Tolong koreksi kalau saya salah. Nah, di sana, dendeng balado punya nama sendiri, yaitu dendeng batokok.
Dendeng batokok dibuat dari daging sapi yang telah dipipihkan dengan cara dipukul menggunakan cobek atau batu manggiliang lado. Suara daging yang dipukul-pukul itulah yang menjadi asal sejarah nama dendeng batokok. Dagingnya ditokok-tokok.
Perlu kamu ketahui, nama “balado” sendiri berarti ‘masakan yang diberi cabai’. Oleh sebab itu, dendeng batokok juga bisa diartikan sebagai daging sapi yang dibiat pipih, baik kering maupun basah, yang diolah dengan bahan dasar cabai. Rasa yang dihasilkan menjadi gurih dan pedas. Duh, tiba-tiba jadi lapar.
Nah, jika diolah dengan benar dan otentik, menu ini punya potensi untuk menguasai dunia kuliner seperti saudaranya, yaitu rendang.
Perkenalan dengan dendeng batokok
Bagi saya, sebagai orang Padang, dendeng batokok menyimpan kenangan manis. Iya, bukan rendang yang bisa bikin saya kayak gini.
Jadi, dulu, di usia 10 tahun, saya sangat susah makan. Masih anak kecil saja sudah picky. Saya memang se-menyebalkan itu. Orang tua sudah masak dengan susah payah. Dari rendang sampai olahan ikan hingga ayam. Saya tetap nggak mau makan. Bandel dan sangat susah diatur.
Melihat tingkah saya yang seperti itu, bapak punya ide. Suatu hari, dia meminta suatu resep ke temannya. Sepanjang siang, bapak sibuk di dapur untuk masak demi saya mau makan. Lantaran masih kecil, saya sih cuek saja. Padahal bapak sudah mati-matian mencari resep dan memasak.
Sore harinya, masakan itu sudah siap disantap. Bapak menggunakan cabai hijau di masakannya. Awalnya saya pikir bakal pedas sekali. Maklum, katanya, anak bandel yang nggak mau makan sebaiknya dicoba makan makanan pedas dan tentu saja harus enak. Rasa pedas bakal bikin si anak makan dengan lahap.
Namun, sore itu, rasa pedas yang saya rasakan ternyata biasa saja. Masakan itu justru menonjol di rasa gurih. Saya makan dengan lahap, bahkan nambah sampai empat kali. Itulah perkenalan saya dengan dendeng balado yang juga dikenal dengan nama batokok.
Gimana, ya. Rendang yang nikmat itu justru gagal membangkitkan gairah untuk makan. Namun, perpaduan pedasnya cabai, asam dari tomat, dan wangi gurih rempah-rempah menyatu di daging sapi. Semuanya seperti lumer di dalam mulut. Lidah jadi menuntut saya untuk terus mengunyah… lagi dan lagi.
Oleh sebab itu, bagi saya pribadi, dendeng batokok punya tempat spesial di hati. Jangan salah, saya juga sangat doyan makan rendang. Mau gimana, rendang adalah warisan nenek moyang yang sudah diakui dunia.
Oya, satu saran dari saya kalau pengin masak batokok, silakan sediakan daging sapi dengan kualitas bagus. Sebelum diolah, daging harus direbus dengan perpaduan rempah-rempah dan air kelapa muda. Metode ini membuat daging sapinya menjadi lembut dan gurih.
Untuk kandungan gizi, terdapat vitamin A dan C lewat cabai yang bersifat antioksidan. Senyawa antioksidan dapat melindungi tubuh dari radikal bebas, yang menjadi pemicu penuaan dini dan kanker.
Rempah-rempah lainnya membuat masakan menjadi harum dan memiliki sifat aromaterapi. Fungsinya untuk kesehatan seperti anti-radang dan menambah nafsu makan.
Akhir kata, kalau lagi makan di warung Padang, selain meminta rendang, jangan lupa memesan dendeng batokok. Ini menjadi bukti betapa kaya khazanah kuliner dari Sumatera Barat. Ini baru rendang dan dendeng, saya belum cerita soal gulai tambusu.
Gulai tambunsu adalah makanan khas dari Kabupaten Agam. Menu ini terbuat dari usus lembu atau usus kerbau yang diisi telur dan rempah. Setelah itu disiram dengan kuah gulai. Hayo, tolong dikontrol air liurnya.
Penulis: Novran Juliandri Bhakti
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 5 Dosa Makan Rendang yang Jarang Disadari Orang.