Rekomendasi Tempat Sarapan Ngetop di Bukittinggi yang Menunya Nggak Superior

2 Tempat Sarapan Ngetop di Bukittinggi yang Menunya Nggak Superior Terminal Mojok

2 Tempat Sarapan Ngetop di Bukittinggi yang Menunya Nggak Superior (Shutterstock.com)

Saya tinggal di Bukittinggi, kota wisata yang juga jadi pusatnya kuliner di barat Sumatra. Di sini, urusan makan enak itu nomor satu pokoknya. Kalau ada teman atau kerabat yang lagi plesiran ke sini, tabu kalau skip kulineran. Dan saya, sebagai kubu yang tinggal di kota ini, dituntut untuk selalu siap menjadi guide dadakan yang kudu khatam tempat-tempat makan mana saja yang direkomendasikan untuk dikunjungi.

Pertimbangannya tak hanya sebatas tempat tersebut menjual makanan khas yang melegenda. Yang terpenting justru tempat tersebut harus friendly buat semua kalangan. Sebab, “lidah” teman dan kerabat yang sowan dari Pulau Jawa itu nggak semuanya cocok dengan cita rasa pedas-gurih yang mendominasi masakan Minang. Dan saya sebagai warga perantauan Jawa, sering juga menjumpai masakan yang pedasnya menurut saya kebangetan, atau minuman khas teh talua (teh telur) yang terlalu Slank manis.

Inilah yang kadang jadi masalah. Ketika saya dengan semangat 45 pamer “juaranya” pical (makanan seperti pecel kalau di Jawa), eh, ternyata beberapa teman ada yang nggak doyan sayur, atau nggak biasa menyantap kuah kacang sebagai sarapan. Lain waktu, ketika saya pengin banget pamer ketupat sayur uenaaak, ternyata ada anggota rombongan yang nggak doyan pedas, atau asam uratnya menolak makan rebung yang nongol pilu di dalam sayur ketupat.

Untuk mengantisipasi hal tersebut—pengin nyobain macam-macam makanan, tapi banyak “syarat”—biasanya saya bawa saja rombongan teman atau kerabat yang datang ke tempat makan yang menu-menunya nggak ada yang superior. Artinya, mereka punya banyak menu pilihan, nggak hanya menjual satu atau dua jenis makanan.

Walaupun salah satu dari tempat ini punya nama yang menonjolkan menu andalannya, makanan lain yang tersedia pun nggak kalah sedap. Jadi, kalau stempel yang melekat di jidat kalian adalah “turis”, kalian justru dianjurkan datang ke dua tempat sarapan di Bukittinggi berikut supaya bisa icip-icip makanan lain yang rasanya nggak kalah “nendang” dengan menu andalannya.

#1 Pical Ayang

Sejak pertama kali datang ke kota ini, sembilan tahun lalu, Pical Ayang sudah ngetop sebagai salah satu tempat sarapan murah meriah di Bukittinggi. Belum lagi lokasinya yang strategis abis, yaitu di simpang Atas Ngarai, persis di pojok perempatan besar jalan menuju objek wisata Ngarai Sihanouk.

Walaupun menyandang nama “pical”, di sini kalian bisa menemukan aneka makanan tradisional khas Bukittinggi. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kata “pical” itu sendiri gambarannya seperti pecel. Tapi buat turis dari Jawa, mendengar kata “pecel” saja sudah ada yang langsung alergi lantaran nggak doyan makan sayur. Padahal penampakan sayuran di pical ini cuma seencrit. Minimalis banget kalau kata anak zaman sekarang.

Sajian lontong pical khas Sumatra Barat yang menggugah selera (Shutterstock.com)

Pical terdiri dari daun selada segar, rebusan taoge, dan daun ubi (daun singkong). Tak lupa ditambahkan mi kuning, mi tradisional yang konon katanya hanya tersedia di bumi Sumatra. Kadang dimasukkan juga lontong dan telur sesuai selera. Pemungkasnya, racikan pical disiram bumbu kacang sampai agak “banjir”, lalu ditaburi kerupuk merah. Bagi saya, makanan ini memang cukup pedas buat “lidah Jakarta”.

Kalau saya perhatikan, menu pical di Pical Ayang nggak superior. Setiap kali berkunjung ke sini, saya sering menjumpai meja-meja pengunjung yang penuh dengan menu lainnya. Di sini memang cukup banyak menu yang bisa jadi pilihan selain pical. Ada lontong/katupek (ketupat) sayur dengan dua jenis kuah, yaitu kuah gulai dan kuah tauco yang bercita rasa lebih pedas. Ada juga nasi sup daging dan aneka bubur mulai dari candil, kacang hijau, lopis, atau bubur kampiun. Tak ketinggalan di sini juga tersedia menu sarapan sejuta umat, nasi goreng.

Ada gorengan juga yang pas buat menemani menu sarapan (Unsplash.com)

Belum lagi beraneka kue tradisional seperti klepon, katan sarikayo (ketan bersantan nan gurih dengan serikaya manis legit), atau gorengan seribuan yang menggugah selera. Belum lagi mihun pedas dalam plastik-plastik kecil yang mengingatkan saya pada jajanan saat SD. Nyam~

Pokoknya kalau sudah sarapan di Pical Ayang, siap-siap saja jadwal makan siangnya “mundur”. Sarapan di sini dijamin kalap sampai kekenyangan!

#2 Lapangan Kantin

Selain Pical Ayang, ada lagi tempat sarapan ngetop di Bukittinggi, namanya Lapangan Kantin. Tempat sarapan satu ini terletak di Jalan Sudirman, Kota Bukittinggi. Sebenarnya lapangan ini bernama Lapangan Wirabraja, yang saya tahu berada di bawah wewenang Kodim. Entah mengapa akhirnya justru lebih dikenal sebagai Lapangan Kantin. Saya hanya bisa menduga-duga, mungkin nama “kantin” ini disematkan karena di sekitar lapangan cukup banyak pedagang makanan yang membuka lapaknya.

Banyak gerobak bubur ayam di Lapangan Kantin Bukittinggi (Unsplash.com)

Lapangan Kantin ini cukup dikenal sebagai lokasi makan bubur ayam. Pengamatan saya, minimal ada lima gerobak bubur ayam yang tersebar di sini. Tapi hal ini nggak membuat sang bubur menjadi menu yang superior, lho. Sebab, di seputar lapangan banyak sekali jenis makanan lain yang tersedia. Uniknya, nggak hanya makanan tradisional, namun juga menu-menu Nusantara lainnya. Selain bubur ayam (yang bercita rasa Sukabumi), kalian bisa pilih-pilih menu mulai dari soto Betawi, ketoprak, lontong Medan, sate ayam Madura, sampai soto tangkar.

Kalian pastinya juga bisa icip-icip beberapa makanan tradisional seperti lontong/ketupat sayur, bubur kampiun, atau nasi goreng (tentu saja). Ada juga makanan yang antimainstream seperti katupek gulai cancang (ketupat dengan kuah gulai berisi irisan daging kecil-kecil/cancang) atau katupek serundeng (ketupat sayur dengan taburan parutan kelapa yang telah diberi bumbu/serundeng). Dua menu terakhir ini kayaknya cocok buat kalian yang lidahnya biasa ngemut cabai, deh. Pedesnya sinting!

Di akhir pekan, Lapangan Kantin ini sepertinya jadi tempat sarapan utama warga Bukittinggi. Nggak cuma cari makan, kebanyakan orang juga mencari hiburan atau sekadar window shopping di sini. Iya, makin lama jumlah pedagang yang ngeriung di sini makin banyak. Jenisnya pun semakin beragam, mulai dari pedagang pakaian, buah, tanaman, sampai aneka permainan anak. Ruame!

Keberadaan mereka justru semakin memanjakan para pemuja kuliner untuk datang ke sini. Lha, sekarang jenis makanan yang tersedia sudah lebih dari sekadar makanan Nusantara, kok. Levelnya sudah mendunia. Pizza dan zuppa soup saja ada kok versi kaki limanya di sini. Lengkap beud dah~

Bagi saya, Pical Ayang dan Lapangan Kantin ini adalah dua tempat di Bukittinggi yang cocok banget didatangi para turis yang pengin sarapan ini itu tapi malas keliling kota. Yuk lah main kemari, nanti saya antar ke sini, deh.

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version