Rekomendasi Tempat Arsip Sumber-sumber Primer selain ANRI buat Skripsian

Rekomendasi Tempat Arsip Sumber-sumber Primer selain ANRI buat Skripsian terminal mojok.co

Rekomendasi Tempat Arsip Sumber-sumber Primer selain ANRI buat Skripsian terminal mojok.co

Cocok banget buat anak Sejarah yang cari tempat arsip buat sumber primer penelitian, nih!

Skripsi tampaknya adalah satu kata yang menjadi momok bagi seluruh mahasiswa semester akhir. Sebagai syarat kelulusan dari kampus, mahasiswa semester akhir dituntut untuk agar lekas menyelesaikan tugas itu tanpa tapi. Pokoknya mesti selesai. Namun, bikin skripsi juga tidak seperti membuat makalah yang cukup modal kuota dan pergi ke perpustakaan. Tidak segampang itu. Pasalnya, mesti ada sumber-sumber primer yang harus digunakan dalam penelitian. Apalagi di jurusan Sejarah.

Kebetulan nih, kebetulan yang sebenarnya bukan kebetulan, kalau saya yang sedang duduk sebagai mahasiswa semester akhir ini juga sedang menyelesaikan skripsi saya. Nah, sebagai mahasiswa Sejarah, saya juga dituntut untuk menyelesaikan skripsi saya, dan tentu saja dengan sumber-sumber primer yang mesti saya cantumkan. Masalah sumber primer memang jadi kendala yang lumayan, sebab bisa dikatakan bahwa sumber primer adalah muasal masalah yang akan ditelaah sebagai tema skripsi.

Sumber primer biasanya adalah arsip, majalah, dokumentasi, dan lain sebagainya. Biasanya, banyak yang langsung merujuk ke gedung Arsip Nasional Republik Indonesia yang terletak di Ampera. Namun, kadang-kadang juga ada beberapa dokumentasi yang tidak lengkap dan detail. Sebagai orang yang sudah pernah nyari sumber-sumber itu, saya merekomendasikan beberapa tempat untuk mencari sumber arsip selain ANRI untuk skripsi. Ini dia rekomendasi tempat arsip untuk sumber primer skripsi, khususnya untuk anak Sejarah~

#1 Ruangan Audiovisual Perpusnas Lantai 8

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang terletak di seberang Monas memang menjadi salah satu tempat yang cukup lengkap untuk mencari sumber-sumber primer. Apalagi kini dengan fasilitasnya yang sudah sangat lengkap. Tidak hanya buku-buku, tetapi terdapat sumber primer seperti arsip sampai majalah langka yang ada di dalamnya.

Namun, untuk menghindari kerusakan yang besar, perpustakaan menggunakan solusi mutakhir yaitu digitalisasi dokumentasi tersebut. Koran, arsip, majalah, dan lain sebagainya dijadikan bentuk mikro yang disimpan di lantai 8. Lantaran sudah dijadikan bentuk mikro, jadi harus menggunakan roll film dengan alat khusus, dan tentu saja jadi tidak rentan rusak saat dibaca. Koleksinya lumayan lengkap, loh! Akses ke tempat ini cukup naik Commuter Line lalu turun di Stasiun Gondangdia, berjalan kaki sekitar 10 menit sudah sampai, deh. Kalau capek, naik ojek online juga bisa. 

#2 Perpustakaan Nasional Salemba Raya

Masih bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tapi ini adalah gedung lama yang terletak di Salemba. Sekarang berfungsi hanya sebagai sekretariat dan mengurus ISBN. Namun, kita masih bisa datang ke sini untuk mencari arsip-arsip dokumentasi yang masih berbentuk utuh. Baik itu koran, majalah, buku langka dan yang lainnya. 

Perlu diingat, kunjungan ke tempat ini agak terbatas, dan harus menggunakan surat pengantar penelitian dari kampus jika yang dicari adalah arsip-arsip lama tahun 90-an ke bawah. Kalau tidak salah, begitu. Akses ke tempat ini juga cukup mudah, turun saja di Stasiun Manggarai atau Cikini. Setelahnya jalan kaki sekitar 5 menit, atau naik ojek online juga bisa.

#3 Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin, TIM (Taman Ismail Marzuki)

Bisa dikatakan kalau hendak mencari pusat dokumentasi sastra terlengkap maka di sini tempatnya. Saya sendiri saja mendapatkan sumber primer untuk skripsi saya di sini. Tempatnya memang sangat menyamar dan agak mojok gitu, tapi sebenarnya gampang kalau sudah paham arahnya. Tanya satpam saja, ia satu kompleks dengan planetarium Jakarta.

Kebanyakan yang tersimpan di sini selain arsip sastra adalah koran dan majalah lama, apalagi yang berkaitan dengan sastra. Mulai dari kumpulan dokumentasi dari masa kolonial Hindia Belanda sampai masa pendudukan Jepang, semuanya komplit dan masih berbentuk utuh. Namun tetap ingat, jangan asal saja megangnya, soalnya rapuhhh.

Pustaka yang ada di Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin memang tidak terbuka akses bebas, tapi kita masih akses dengan minta tolong dicarikan oleh pustakawan yang berjaga. Ramah-ramah lagi! Akses juga mudah, turun di Stasiun Cikini dan tinggal jalan kaki, atau naik ojek online saja. Dari tadi saya ngomong ojek online bukan berarti sedang endorse loh, ya. Hhhhhh.

Langsung sikat, Gannn. Jangan banyak alasan susah nyari sumber, itu tempat yang saya rekomendasikan semuanya worth it syekaleee. Kalau sudah tau tempat dan nggak aksi, itu namanya yang salah adalah rasa malesnya saja. Ya, walaupun saya kadang-kadang juga suka malas. Wqwqwq. 

BACA JUGA Skripsi Itu Jangan ‘yang Penting Jadi’, Begini Alasannya dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version