Rekomendasi Baju Dinas Anggota DPRD Kota Tangerang Pengganti Louis Vuitton

Rekomendasi Baju Dinas Anggota DPRD Kota Tangerang Pengganti Louis Vuitton terminal mojok.co

Rekomendasi Baju Dinas Anggota DPRD Kota Tangerang Pengganti Louis Vuitton terminal mojok.co

Polemik pengadaan baju dinas 2021 anggota DPRD Kota Tangerang akhirnya resmi dibatalkan setelah menuai sorotan tajam dari masyarakat. Sebelumnya, diberitakan anggaran baju dinas anggota DPRD yang berjumlah 50 orang tersebut sebesar Rp675 juta dan ongkos jahitnya senilai Rp600 juta. Total 1,275 miliar rupiah. Wuiih. Ngeri-ngeri.

Tingginya anggaran baju tersebut gara-gara merek bajunya bukan kaleng-kaleng, Mylov. Tercatat 4 merek terkenal dunia seperti Louis Vuitton untuk pakaian dinas harian (PDH), Lanificio Di Calvino untuk pakaian sipil resmi (PSR), Theodoro untuk pakaian sipil harian (PSH), dan Thomas Crown untuk pakaian sipil lengkap (PSL). Warbyasah, warbyasah.

Biar nggak terlalu kecewa, saya merekomendasikan kepada para wakil rakyat Kota Tangerang, beberapa pilihan jenis pakaian dinas yang mudah-mudahan nggak akan menuai kontroversi lagi. Cekidot, Bos!

#1 Jasko hitam untuk PDH

Untuk PDH, saya pikir aturan Gubernur Banyuwangi dapat diadopsi. Sebagai informasi, para ASN di Kabupaten Banyuwangi telah lama memakai PDH mirip jasko atau jas koko warna hitam, khas suku Osing Banyuwangi. Pakaian ini terlihat lebih gagah dan berwibawa.

Dengan demikian, banyak keuntungan jika aturan tersebut diterapkan bagi anggota DPRD Tangerang. Selain itu, warna hitam juga netral dan tak gampang kotor. Dan yang jelas, bakal terlihat lebih slim kalau pakai hitam. Cobain, deh.

#2 Baju batik untuk PSR

Baju batik saya pikir sangat pas dipakai sebagai PSR. Bukti cinta tanah air dengan pemakaian batik untuk PSR sangat uwuwu sekali. Apalagi sifat batik yang bisa dipakai resmi bisa, santai pun bisa sangat cocok menjadi pilihan.

Untuk kaum ibu juga sangat beragam pilihan motif atau desain batik. Memadumadankan dengan kerudung pun tak akan masalah. Intinya, batik sangat fleksibel pemakaiannya. Pulang kerja langsung kondangan, juga masih pantes, kok. Pun jika langsung main ke mal, pantas-pantas saja.

#3 Baju kemeja putih untuk PSH

Kita masih ingat, pada 2014 di kala Jokowi mempopulerkan kemeja putihnya yang harganya Rp100 ribuan saja. Nah, kenapa nggak dipopulerkan kembali gaya santuy Jokowi ini? Harganya ekonomis dan masuk saja dalam segala keadaan formal maupun non formal untuk PSH. Bajunya dikeluarkan juga kelihatan lebih rileks dan humble.

#4 Baju jas PSL

Untuk PSL memang agak rigid karena harus memakai jas lengkap dengan celana panjang senada, plus dasi. Namun, tak menutup kemungkinan bahan yang digunakan bisa bahan lokal yang harganya juga tak semahal merek luar negeri seperti Louis Vuitton itu.

Nah, dari keempat jenis pilihan pakaian dinas yang sudah saya bahas satu persatu di atas, saya belum menyebutkan merek, ya? Begini. Dalam kondisi pandemi dan situasi psikologis masyarakat yang tertekan gara-gara kondisi ekonomi belum stabil, ya mbok sensitifitas para anggota dewan dipertajam, nggih?

Saya menyarankan, penanggungjawab proyek pengadaan baju dinas DPRD Kota Tangerang melibatkan mitra Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota atau Kabupaten Tangerang—yang saya yakin sedang terpuruk. Libatkan IKM ini menggarap 4 proyek baju dinas tersebut. Selain sangat mulia karena membantu para IKM setempat, juga membangkitkan kembali cinta produk dalam negeri bahkan lokal Tangerang. Masak pakai merek luar negeri di saat kondisi negeri begini? Sense of crisis-nya dipertanyakan nantinya.

Gimana-gimana, rekomendasi saya? Cakep, nggak? Kalau udah terasa keberpihakan dan peduli dengan para pemilihnya yang diwakili salah satunya dari unsur IKM lokal, baru deh rakyat akan percaya untuk memilih Anda lagi—walau tak memasang baliho raksasa sekalipun. Culup kepak manfaat Anda yang dirasakan langsung bagi rakyat yang lapar.

BACA JUGA Pelantikan Anggota DPRD Naik Angkot: Sekalian Saja Tiap Hari Naik Angkot! dan tulisan Suzan Lesmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version