Semifinal Liga Champions antara Real Madrid vs Chelsea berakhir imbang. Digadang-gadang akan seru, pertandingan ini justru berakhir antiklimaks. Meski begitu, bukan berarti pertandingan ini tidak seru. Hanya saja, kedua tim tidak mampu mengkonversi kesempatan yang ada.
Pada awal babak pertama, Chelsea mengambil kendali penuh. Real Madrid yang bermain dengan lima bek—meski dua bek diposisikan lebih menyerang—kerepotan meladeni serangan Chelsea. Namun, sayang seribu sayang, Chelsea punya Werner. Timo Werner mendapat kesempatan emas untuk mencetak gol, namun berhasil diblok oleh Courtois. Ya kayak biasanya lah, Werner kalau dapat kesempatan mudah, dibikin susah sama dia sendiri.
Padahal itu harusnya gol loh, tapi yo karang Werner. Ha mbok gawange kosong, ya tetep saja nggak masuk. Emang akurat Werner tuh, akurat metu gawang maksude.
Beberapa menit kemudian, tepatnya menit 14, Pulisic mencetak gol setelah mengecoh banyak pemain Madrid. Courtois yang sempat jatuh bangun tetap tak bisa menghalau bola tendangan Pulisic. Di gawang sebenarnya ada Nacho dan Varane, tapi tetap saja gol tidak masuk. Eder Militao dan Marcelo hanya melihat, nggak berusaha merebut.
Pas gol itu, saya melihat Eder dan Marcelo itu kayak si Mawardi sama Aos di Preman Pensiun. Teriak doang, tapi nggak ikut berantem. Padahal megang pasar sama terminal. Nggak paham.
Setelah ketinggalan, Real Madrid menaikkan intensitas permainan. Selain intensitas permainan, intensitas bola mrucut dari Marcelo juga meningkat. Pedih melihat Marcelo yang makin hari makin keliatan kalau udah nggak pantes lagi masuk starting line-up. Sebaiknya Marcelo mulai memikirkan opsi pindah. Bisa ke Persis Solo, misalnya. Kalau mainnya jelek, bisa menyepi ke Balekambang. Enak lho, Bos, silir di sana.
Gol akhirnya tercipta di menit 29, sontekan Marcelo diteruskan oleh Casemiro dan Eder, lalu disambut Benzema dengan tendangan lumayan salto. Saking kerasnya, Mendy (yang Chelsea) cuman ngeliat doang. Nggak apa-apa, nggak usah aneh-aneh. Nanti malah kayak Karius, tendangan banter malah meh ditangkep, mrucut dah.
Setelah itu, intensitas pertandingan Real Madrid vs Chelsea ini meningkat drastis. Sayangnya, hingga pertandingan berakhir, tidak ada gol tercipta. Peluang yang membahayakan pun hampir tidak ada. Saya keknya lupa, tapi anggap aja nggak ada.
Hujan yang mengguyur di Stadion Alfredo di Stefano memang bikin permainan kedua tim kurang cepat, atau tidak secepat biasanya. Pressing ketat yang dilakukan kedua tim bikin permainan praktis kurang berkembang. Chelsea mungkin belajar dari kesalahan Liverpool yang jumawa membiarkan pemain Madrid lepas tanpa penjagaan. Setidaknya, Chelsea nggak bikin Vinicius Junior bermain layaknya Neymar.
Masih ngekek saya inget Vini bisa keliatan jago gitu waktu lawan Liverpool. Lawan Cadiz aja ini bocah main kek ampas.
Yang menarik selain dari serangan kedua tim, adalah Thomas Tuchel dan Zidane yang rela kehujanan dan masih teriak-teriak. Apalagi Zidane, kasian asli dia ngelap kepala terus. Yang jelas kedua pelatih “muda” tersebut terbukti punya mentalitas lebih ketimbang Ronald Koeman yang ngeyub waktu El Clasico. Pelatih kok wedi banyu, ndaftar PNS wae luwih mending ketimbang dadi pelatih.
Pertandingan Real Madrid vs Chelsea yang berakhir 1-1 ini bikin leg kedua di Stamford Bridge makin seru. Di atas kertas, Chelsea butuh hasil imbang 0-0 atau menang bisa bikin mereka lolos ke final. Tapi, itu kan di atas kertas. Real Madrid pastinya tidak akan tinggal diam.
Apalagi kedua tim juga dalam posisi kurang menyenangkan. Real Madrid berusaha mendapatkan trofi ini, setelah ditahan imbang Betis yang berarti bikin kans mereka juara La Liga menipis. Chelsea juga berusaha juara. Biar apa? Ya biar nambah gitu, baru juara sekali lho.
Di leg kedua nanti, skuat Madrid akan kembali diperkuat Ramos dan Ferland Mendy. Chelsea perlu hati-hati, kedua orang ini badak. Mending jangan pasang Werner, pasang siapa gitu asal bukan Werner. Firman Utina bisa dicoba, tapi jokes ini jelas nggak lucu.
Hasil imbang ini mungkin ideal, tapi untuk Madrid, ini sinyal bahaya. Artinya, mereka tak bisa bersantai untuk beberapa minggu ke depan. Bagi Chelsea, mereka bisa bernafas agak lega. Setidaknya, mereka bisa ngece Liverpool yang dibantai di Alfredo di Stefano.
BACA JUGA Eden Hazard Main 20 Menit Jauh Lebih Bagus dari Vinicius Junior dalam 3 Musim dan artikel Rizky Prasetya lainnya.