Sudah pernah naik bus Ragil Putra trayek Wadaslintang Prembun? Gimana rasanya?
Kalau ngomongin kendaraan umum, bus pasti jadi salah satu yang paling banyak peminatnya. Apalagi bus antarkota. Ongkosnya terjangkau, tempat duduknya luas, cepat sampai tujuan pula.
Saya sendiri juga cukup sering naik bus antarkota, khususnya waktu SMA dulu. Bus yang jadi langganan saya adalah Ragil Putra. Bus ini menjadi satu-satunya bus yang melintasi daerah Wadaslintang sampai Prembun. Jadi, mau nggak mau kalau hendak bepergian naik bus, ya naik Ragil Putra ini.
Ragil Putra juga terkenal karena banyak hal. Intinya, pamor bus ini cukup tinggi di daerah saya.
Daftar Isi
Jangan naik bus Ragil Putra kalau fisik nggak kuat
Ingat, Jalan Wadaslintang Prembun yang menghubungkan Wonosobo dan Kebumen itu nggak lurus. Isinya kalau bukan kebun ya rumah warga, tanjakan, turunan, dan kelokan tajam. Teman saya saja pernah muntah waktu motoran di sini. Kebayang nggak sih kalau dia naik bus atau angkot, bisa pingsan kali.
Sebenarnya nggak cuma gara-gara jalannya yang berkelak-kelok. Kelakuan sopir bus Ragil Putra tak jarang bikin penumpang sakit kepala. Gimana nggak sakit kepala, sudah tahu jalannya nggak lurus, eh, sopir tetap memacu laju bus di kecepatan tinggi.
Kalau gampang mabuk, ya siap-siap kantong kresek saja di dalam bus. Seandainya nggak muntah pun minimal pasti pusing atau kliyengan, deh. Waktu awal-awal naik bus ini saja kepala saya rasanya seperti dikocok nggak karuan, tapi lama-kelamaan jadi biasa, sih.
Pusing atau mual juga bukan satu-satunya tantangan saat naik bus Ragil Putra. Keseimbangan dan kekuatan tubuh juga diuji di sepanjang perjalanan bersama bus ini. Apalagi kalau kita nggak kebagian tempat duduk. Siap-siap saja kalau ada tikungan tajam, biasanya bus bakal menukik tajam. Alhasil penumpang harus pegangan sama sesuatu, entah kursi atau tiang yang ada di bus. Kalau nggak pegangan, siap-siap jatuh atau minimal kejedot. Saya cukup sering mengalaminya.
Untungnya ongkosnya merakyat, makanya bus ini masih diminati dan dinantikan banyak orang. Tak jarang bus ini penuh, apalagi di pagi dan siang hari. Kalau sudah penuh, siap-siap saja nggak kebagian kursi.
Aksi kebut-kebutan sopir dan asap knalpot bus yang bikin pengendara lainnya mengelus dada
Selain penumpang bus, pengendara lain di Wadaslintang Prembun juga akrab sama bus Ragil Putra. Tapi, bedanya, pengendara lain biasanya memilih menghindari bus ini. Alasannya ada dua. Pertama karena sopir busnya terkenal ugal-ugalan, yang kedua karena asap knalpotnya yang nggak tahan.
Selayaknya bus lain, Ragil Putra seakan jadi raja jalanan begitu sudah mengaspal. Apalagi Jalan Wadaslintang Prembun sepi, alhasil semua ruas jalan bisa dibabat sama mereka. Entah motor, mobil, truk, atau bus lain pasti disalip sama Ragil Putra.
Nyalipnya juga nggak pandang bulu samapi kerap bikin pengendara lain kaget, khususnya pengendara motor. Tak jarang pengendara motor merasa waswas kalau disalip atau mau menyalip bus ini. Mau nyalip takut, tapi kalau nggak disalip kena asap hitam dari knalpot bus yang bikin batuk-batuk. Serba salah, kan.
Nah, asap hitam dari knalpot inilah yang kerap bikin pengendara lain sebal, khususnya pengendara motor. Sudah asapnya hitam, bau, bikin sesak napas, dan nggak jarang mengganggu penglihatan pula. Jadi kalau sudah begini mending nggak usah terlalu mepet sama bus Ragil Putra.
Selalu ditunggu
Di balik masalah yang ditimbulkan bus satu ini, Ragil Putra tetap jadi primadona. Gimana nggak primadona, wong transportasi umum di Jalan Wadaslintang Prembun juga terbatas. Pilihannya cuma ada dua: bus Ragil Putra atau angkot. Angkot pun kadang nggak ada di semua daerah, akhirnya bus ini tetap jadi pilihan nomor satu.
Nggak cuma saya, semua orang yang tinggal di daerah sekitaran Jalan Wadaslintang Prembun kayaknya sudah pernah naik bus ini. Entah anak SMP, anak SMA, ibu-ibu, bapak-bapak, sampai tukang sayur sekalipun ya mengandalkan bus ini.
Kalau boleh jujur, kehadiran bus Ragil Putra memang sangat membantu warga di sekitaran Jalan Wadaslintang Prembun yang kurang diperhatikan dan minim angkutan umum. Tapi tetap saja saya berharap pengelola bus bisa memberi fasilitas yang lebih baik. Armada bus bisa diperbanyak, atau pemeliharaannya dimaksimalkan. Supaya penumpang nggak sakit kepala saat naik bus, dan pengendara lain nggak batuk-batuk gara-gara asap hitam dari knalpot bus.
Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.