3 Hal Merepotkan di Balik Pembayaran QRIS yang Nggak Disadari Banyak Orang

3 Hal Merepotkan di Balik Pembayaran QRIS yang Nggak Disadari Banyak Orang Mojok.co

3 Hal Merepotkan di Balik Pembayaran QRIS yang Nggak Disadari Banyak Orang (unsplash.com)

“Bayar pakai QRIS ya,” mungkin jadi salah satu kalimat yang paling banyak diucapkan dalam beberapa tahun terakhir. Nggak heran sih, sistem pembayaran nontunai ini kian banyak tersedia di berbagai penyedia barang dan jasa. Bahkan, penjual cilok Rp5.000-an pun menempelkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di salah satu sisi gerobaknya. 

Kehadiran QRIS memang memudahkan kehidupan banyak orang. Secara teknis, kalian nggak perlu lagi repot-repot mencari dompet ketika membayar. Pedagang pun nggak perlu repot-repot menyediakan uang kembalian. Pembeli cukup scan QR yang tersedia dan uang yang dibayarkan sudah pasti pas. 

QRIS juga memudahkan bagi mereka yang terbiasa tertib dalam menelusuri pengeluaran harian. Sebab, setiap pembayaran akan tercatat dalam mutasi keluar mbanking atau aplikasi pembayaran yang digunakan lainnya. 

Sekilas, QRIS memang tampak simpel dan memudahkan. Kenyataannya, banyak kerepotan yang tersembunyi di balik sistem pembayaran itu. Adakalanya, bayar pakai QRIS malah lebih merepotkan daripada pakai tunai. 

#1 QRIS bikin lebih boros

Kepraktisan yang ditawarkan QRIS nyatanya malah bisa merepotkan apabila kalian tidak pandai mengelolanya. Kalian bisa menjadi lebih konsumtif daripada melakukan pembayaran dengan secara cash. Mungkin karena tidak membayarkan uang secara fisik ya, jadi orang-orang merasa dana mereka seolah-olah nggak berkurang. Baru terasa uang berkurang ketika memeriksa sisa saldo. 

#2 Bergantung pada jaringan internet

Setelah direnungkan lagi, QRIS sebenarnya nggak praktis-praktis amat ya. Ketika melakukan pembayaran, kalian harus memastikan gadget kalian terhubung pada koneksi internet. Sialnya, kalau koneksi internet sedang buruk, kalian juga akan kesulitan menggunakan QRIS. 

Jangan bayangkan koneksi internet buruk itu berarti kalian sedang berada di pedalaman. Koneksi internet buruk bahkan bisa terjadi di dalam mal. Misal, ketika mampir gerai toko yang terletak di basement. Jaringan buruk juga bisa terjadi sewaktu-waktu kalau provider sedang dalam periode perbaikan. 

Baca halaman selanjutnya: #3 Terbiasa tidak …

#3 Terbiasa tidak membawa uang cash bisa merepotkan

Tidak bisa dipungkir, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan QRIS mengubah kebiasaan banyak orang. Semakin jarang orang yang membawa uang tunai. Kebiasaan ini sebenarnya lebih banyak merepotkan lho. Saya jelaskan beberapa alasannya. 

Pertama, seperti yang saya jelaskan tadi, QRIS bergantung pada koneksi internet. Apabila koneksi internet bermasalah, kalian nggak bisa melakukan pembayaran. Di saat seperti inilah uang cash akan menyelamatkan. 

Kedua, tidak semua penyedia barang atau jasa bisa dibayar menggunakan QRIS. Katakanlah tukang parkir di pinggir jalan, kebanyakan hanya menerima cash. Selain itu, tidak semua tempat terbiasa dengan cara pembayaran nontunai. Beberapa gerai di daerah-daerah pelosok misalnya, belum bisa menerima cara pembayaran seperti ini. Selain kendala internat, bisa jadi literasi QRIS belum sampai ke sana.

Menggunakan QRIS atau uang tunai memang pilihan setiap orang. Namun, akan lebih baik kalau kalian melihat kembali situasi dan kondisi di mana kalian berada. Akan lebih baik, di mana saja kalian berada tetap menyediakan uang cash secukupnya. Tidak perlu banyak-banyak, sediakan cash sebanyak kebutuhan kalian dalam sehari saja untuk berjaga.  

Penulis: Nanda Dwi Setyorini
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kartu Kredit Tidak untuk Orang dengan Pendapatan Pas-pasan, Nggak Usah Sok-sokan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version