Purwokerto yang Dipuja Itu Ternyata Bukan Kota Sempurna. Masih ada 3 Masalah yang Mulai Jadi Gunung

Purwokerto yang Dipuja Itu Ternyata Bukan Kota Sempurna (Pexels)

Purwokerto yang Dipuja Itu Ternyata Bukan Kota Sempurna (Pexels)

Sejujurnya, saya sendiri tidak ber-KTP Banyumas. Saya hanya seorang warga Cilacap yang sempat menetap di Purwokerto selama 6 tahun semasa kuliah di UIN Saifuddin Zuhri

Selama tinggal di Purwokerto, saya merasakan bahwa daerah ini memang sangat menyenangkan untuk menjadi tempat tinggal seterusnya. Makanya saya nggak heran kalau Purwokerto masuk dalam daftar kota untuk slow living dan menikmati pensiun.

Namun, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Purwokerto sendiri punya beberapa problem yang, menurut saya, mulai menggunung.

Oleh sebab itu, sebagai orang yang mencintai Purwokerto, anggap saja tulisan ini menjadi surat terbuka untuk Pak Sadewo. Beliau adalah Bupati Banyumas yang akan dilantik di Februari ini. Siapa tahu, surat ini bisa membantu kerja-kerja Pak Sadewo.

Banyaknya tukang parkir liar di Purwokerto

Saat ini, saya merasa parkir liar mulai marak di Banyumas. Di Purwokerto sendiri, ada banyak titik jajanan UMKM dihinggapi tukang parkir liar. Saking banyaknya, kita seakan dikepung!

Yang demikian itu tentu membuat penduduk dan pengunjung resah. Mereka muncul di tempat-tempat yang seharusnya bebas parkir. Sudah tidak pakai seragam, nggak ada karcis, nggak terlatih, tapi tiba-tiba minta uang. 

Lagian, markir kok di kaki lima kayak penjual siomay atau minuman yang belanjanya nggak seberapa. Dan yang nggak kalah bikin males: markiri di ATM. Asli, males banget!

Banyaknya operasi liar tukang parkir ini pasti akan jadi persoalan serius. Dampaknya pun nggak main-main karena bisa mengurangi omset. Secara lebih luas akan memperburuk citra Purwokerto di mata para wisatawan.

Baca halaman selanjutnya: Masih punya banyak pekerjaan rumah.

Bus Trans Banyumas harus tetap beroperasi

Saya sempat terkejut ketika mendapati berita pemberhentian operasi Bus Trans Banyumas. Surat Edaran pemberhentian datang dari Kementerian Perhubungan langsung melalui surat yang diterbitkan oleh Dirjen Perhubungan Barat pada tanggal 31 Januari 2025 yang ditujukan kepada provider Bus Trans. Jadi nggak hanya Banyumas saja. Alasannya adalah tidak adanya anggaran untuk mensubsidi.

Tapi, untungnya pemberhentian operasi itu bisa digagalkan melalui upaya lobi yang dilakukan oleh anggota DPR RI dapil Banyumas-Cilacap seperti Pak Yanuar Arif dari PKS, Bu Novita dari Gerindra, dan Pak Wastam dari Demokrat. Berkat upaya itu akhirnya Kementerian Perhubungan memutuskan untuk membatalkan keputusan yang bikin geger itu.

Dalam kasus ini saya kira Bupati Banyumas akan memiliki peran penting ketika bisa membedah kebutuhan transportasi masyarakat ke depannya. Bahwa Trans Banyumas yang hari ini beroperasi dikatakan belum maksimal memang iya. 

Akan tetapi, Banyumas, Purwokerto, dan sekitarnya harus punya fasilitas/transportasi publik yang memadai. Apalagi sudah punya label kota slow living, yang mana salah satu parameternya adalah mudahnya akses ke banyak tempat.

Membantu menghidupkan Persibas Banyumas yang mati suri

Menurut saya, salah satu cara untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warga Banyumas adalah menyaksikan tim sepak bola lokalnya punya taji. Pemerintah bisa membantu kemajuan Persibas Banyumas. Tidak dalam bentuk dana, tapi bisa membuka jalur-jalur supaya sponsor bisa maju.

Pemerintah bisa membantu juga dengan menyediakan fasilitas yang mumpuni. Kelak, saya yakin anak muda Banyumas, Purwokerto, dan sekitarnya bisa jadi andalan di kampungnya sendiri. 

Namun, saya kira hal sederhana itu akan sulit dicapai kalau Persibas Banyumas masih mati suri seperti saat ini. Kabarnya, Persibas Banyumas sampai hari ini belum mendapatkan investor baru yang mau mengelola dan memperbaiki manajemennya. 

Saya tidak tahu persis perkembangannya karena memang informasinya sangat minim. Padahal talenta-talenta muda di Banyumas itu banyak. 

Intinya, saya sangat berharap pada Bupati Banyumas yang baru agar benar-benar serius menangani hal di atas. Jangan sampai masalah-masalah populis yang sebenarnya bukan masalah fundamental itu malah jadi faktor X yang berlarut-larut dan memperburuk citra Purwokerto atau Banyumas.

Demikian, matur suwun.

Penulis: Muhamad Fajar

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Purwokerto Adalah Daerah Paling Aneh karena Bukan Kota, Kurang Pas Disebut Kabupaten

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version