Ini adalah unek-unek yang ingin saya sampaikan kepada Purwokerto selaku mantan perantau yang pernah sekolah dan bekerja di sana. Perubahan Purwokerto yang begitu ekstrem dan sangat cepat dalam jangka waktu singkat membuat saya kaget sekaligus senang dan terharu. Pokoknya rasanya campur aduk.
Di lain hal, kota Purwokerto menjadi kota yang penuh kenangan masa kecil tak terlupakan. Sebab di balik gedung tinggi dan gang-gang kecil, masa kecil saya terbentuk di sana. Dulu, Purwokerto bukanlah kota yang dilirik banyak mata. Ia hanya ramai karena diisi pendatang di dekat Pasar Wage. Lingkungan tersebut diisi oleh perantau dari Brebes, Tegal, Sukoharjo, Wonogiri, dan Lampung yang berbaur dan menjadi bagian keluarga masyarakat asli Purwokerto.
Purwokerto belum berkembang pesat seperti sekarang. Dulu saya hanya mengenal Rita Kebondalem, Duta Mode, Matahari Kebondalem, dan Moro. Sekarang, kita bisa mendapatkan banyak hal di sini. Mau hiburan, kulineran, belanja, dll., bisa dilakukan di sini.
Kedai es krim menjamur di Purwokerto
Sekitar dua tahun lalu, ketika saya datang ke Purwokerto, saya disuguhi pemandangan menarik. Mulai dari simpang Kaliputih hingga Kebondalem, saya menemukan dua kedai es krim kekinian. Adalah Neko Ice Cream dan Momoyo yang berjejer di sana.
Selanjutnya dengan jarak kurang lebih 220 meter, saya menemukan Mixue. Sekitar 1,2 kilometer melewati perempatan Becak Merdeka, tepatnya di area bekas Miniso, saya melihat kedai es krim Wedrink. Lalu 100 meter di depannya sudah ada kedai Ai-Cha yang berada persis di simpang Kaliputih.
Begitu ketatnya persaingan kedai es krim ini sehingga kiosnya berada dekat satu sama lain.
Surganya wisata kuliner
Jangan heran jika datang ke Purwokerto, kita akan dimanjakan dengan berbagai pilihan wisata kuliner yang belum tentu ada di kota lain. Pencinta kopitian bisa menikmati makanan di Warkop Mampir Ngopi khas Pontianak yang buka 24 jam. Selain itu ada juga Kopitiam Rasa Baru, Rumah The Shia, dan Kedai Kopi Oh.
Pencinta pastry juga bisa datang ke beberapa toko yang ramai di Purwokerto seperti Bakers Kitchen, Ronna Patiserrie Savoury Coffee, Nana Coffe Cakes Eatery, Mimosa Coffee Kitchen and Dessert, Banana Bread, dan jangan lupa ke toko roti legendaris Purwokerto, Roti Go.
Buat yang ingin mencari makanan dengan harga terjangkau tapi tetap bisa foto estetik, coba makan di Kedai Pankoi, Warkop Sarinah, Bagindo Kalong, Warkop Lestari, dan Kedai Semoga Bahagia. Itu baru sebagian tempat makan di Purwokerto, ya. Masih ada banyak kafe dan warung dengan view sawah, view kereta api, dll.
Belum lagi berbagai gerai FnB yang memiliki nama besar telah banyak ditemukan di Purwokerto. Ada Starbucks, McDonald’s, Lawson, Wizzmie, Richeese Factory, hingga Mie Gacoan di sini. Bayangkan, kita nggak perlu bingung mau jajan apa di sini saking banyaknya pilihan. Paling hanya bingung karena uangnya cukup atau nggak buat jajan.
Dihantui UMR rendah
Akan tetapi di balik gemerlapnya Purwokerto yang ibarat Blok M Jakarta, nasib pekerja di sini nggak sebanding dengan kenikmatan yang ditawarkan kota ini. Bayangkan saja, dengan gaji Rp 2.338.410, apakah warganya bisa menikmati jajan di tempat-tempat kekinian yang saya sebutkan di atas tanpa kepala pusing? Paling banter cuma bisa merasakan saat grand opening atau awal buka gerai saja. Soalnya saat awal buka gerai biasanya banyak diskon yang ditawarkan.
Alih-alih kepikiran jajan, orang tentu akan memikirkan gimana caranya uang segitu bisa pas untuk biaya hidup di Purwokerto, mengirim uang untuk orang tua di kampung halaman, hingga menabung. Seperti pengalaman saya saat masih bekerja di Purwokerto dengan gaji Rp1,9 juta per bulan. Rasanya tiap hari pusing. Mau jajan di Mixue, Janji Jiwa, dll., tapi mesti mikirin buat nabung dan kirim uang ke orang tua.
Di satu sisi saya merasa senang dan takjub dengan perkembangan kota ini. Ia semakin maju dan kekinian. Tapi sayangnya semua yang ditawarkan itu tak bisa dinikmati semua orang. Apalagi buat mereka dengan gaji mepet UMR.
Penulis: Serena Natasha
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















