Puncak Moyeng Kulon Progo Hidden Gem yang Bikin Motor Saya Tersiksa

Puncak Moyeng Kulon Progo Hidden Gem yang Bikin Motor Saya Tersiksa Mojok.co

Puncak Moyeng Kulon Progo Hidden Gem yang Bikin Motor Saya Tersiksa (visitingjogja.jogjaprov.go.id)

Aktivitas treking bagi pemula sedang ngetrend belakangan ini, terkhusus di kalangan mereka yang ingin mendaki, tapi nggak mau capek dan tetap happy. Spot yang paling sering dijadikan destinasi adalah perbukitan atau gunung pendek dengan ketinggian 500-1000 mdpl. Saya pun jadi ikut-ikutan suka treking ke beberapa tempat hidden gem dengan rute cukup menantang. 

Waktu main ke Jogja minggu lalu, saya memutuskan untuk cari area treking tipis-tipis. Dan, saya memilih Puncak Moyeng Kulonprogo atas usul rekan-rekan yang akan menemani. Agak asing di telinga tapi bolehlah dicoba, siapa tahu menyenangkan.

Berdasarkan Google Maps, jarak dari Jogja kota ke Puncak Moyeng Kulon Progo sekitar 1 jam. Rute yang dilewati adalah Jalan Godean sampai ke daerah Nanggulan dan Girimulyo. Untungnya pagi itu cerah ceria dengan harapan kami akan sampai dengan selamat dan bahagia tanpa drama. Kalau dilihat dari peta, jalurnya terjal khas Kulon Progo. Tapi, kami tetap optimis perjalanan akan lancar karena niat treking sudah bulat dan mantap. 

Kami berangkat menggunakan tiga motor dengan anggota lima orang yang isinya perempuan tangguh semua. Sebelumnya saya sudah pernah ke daerah sini untuk mengunjungi beberapa kafe, seperti Ingkar Janji dan Mahaloka Paradise. Bahkan, saya sampai ke Sungai Mudal dan spot jual durian di Kaligesing. Jadi, saya yakin bisa melewati jalur terjal dengan motor Mio M3 mungil ini. 

Jalan tanah dan bebatuan, saya capek turun naik dari motor

Puncak Moyeng Kulon Progo benar-benar mendefinisikan hidden gem. Letaknya nyempil dan gerbang masuknya ada di pinggir jalan raya menuju Kaligesing. Kamu akan menemukan papan bertuliskan “Puncak Moyeng” lalu ikuti saja petunjuknya. Saya kira dari situ sudah sampai parkiran lalu kita treking cantik ke puncak, ternyata ekspektasi tidak sesuai harapan. Saat mulai masuk jalan kampung, aksesnya cukup masuk akal lah. Motor masih aman meski agak ngeden karena menanjak. Saya sempat turun (FYI, saya dibonceng, hehe) dari motor, takut nggak kuat nanjak.

Lalu jalan berubah datar dan saya duduk lagi di motor. Google Maps tetap hidup, untung masih ada sinyal. Selang berapa menit, jalan agak curam, menyempit, dan berbatu. Saya dan rekan lain mulai cemas dan berpikir: jangan-jangan disasarin maps! Plus, hanya kita berlima aja yang ada di area ini. Kami tetap positif thinking dan terus berjalan. Teman saya kelihatan mulai nggak sanggup bonceng, saya pun sadar diri dan turun lagi menyusuri jalan setapak yang entah ujungnya dimana. Pokoknya, kalau motormu kurang prima, mending jangan ke sini ya. 

Akhirnya setelah drama berkepanjangan, sampai juga di parkiran Puncak Moyeng yang tidak seperti area parkir, cuma sebidang tanah kosong. Tidak ada wisatawan lain atau warlok yang bisa kami tanya. Ya sudah, kami biarkan motor bertengger di area itu, aman kok sepertinya. 

Treking 10 menit, padahal kata Google Maps cuma 1 menit

Petunjuk Puncak Moyeng mengarahkan kami mendaki ke atas. Agak ragu sih karena jalurnya kecil dan banyak batu besar. Saya cek di maps, tinggal 1 menit lagi dan kami berlima percaya. Dengan semangat, kami pun mulai berjalan pelan dengan tidak memakai sepatu yang proper. Saya aja pakai Converse, kasihan sepatunya. Panas terik tidak melunturkan semangat kami mau menikmati Jogja dari puncak. Sudah 5 menit berlalu tapi kami belum menemukan titik akhir. Ah, maps-nya sesat. Saya matikan saja dan ikuti teman di depan.

Setelah 10 menit, kami pun sampai di Puncak Moyeng dengan sedikit ngos-ngosan dan perasaan bahagia. Agak kesal juga karena lelah menerjang kontur jalan yang bikin pengen pulang aja. Ditambah lagi yang katanya 1 menit lagi dari parkiran, eh ternyata 10 menit. Ya nggak apa-apa sih, kan niatnya ingin treking. Saran saya jangan terlalu percaya aplikasi maps dan semacamnya, yang ada cuma bikin keki dan memberi harapan palsu. Ikuti plang arah yang tersedia di sana. Lebih valid.

Meski motor tersiksa, lanskap hijau Puncak Moyeng luar biasa

Sampailah kami di Puncak Moyeng dan langsung berfoto di bawah papan kayu dengan tulisan “Puncak Moyeng Sunrise”. Persawahan hijau Nanggulan yang membentang luas dan perbukitan Menoreh terlihat jelas dari atas sini. Udaranya tidak terlalu dingin karena kami tiba jam 12 siang saat matahari terletak di atas ubun-ubun. Tidak ada rombongan lain yang naik, hanya kami yang kayaknya kesiangan. Coba datang subuh, pasti matahari terbit cantik banget dari atas sini. 

Kami melepas lelah dengan rebahan dikit sambil menikmati semilir angin Jogja bagian barat ini. Orangnya lima tapi air minumnya cuma dua ukuran 600 ml yang tersisa setengah. Jangan dicontoh ya. Kalau kamu mau ke Puncak Moyeng, usahakan bawa air masing-masing. Boleh juga ditambah cemilan, siapa tahu mau ngobrol dulu.

Secara keseluruhan, puncak dengan ketinggian 370 mdpl ini cocok sih buat kamu yang ingin treking ke daerah yang tidak terlalu tinggi. Kamu juga bisa camping di sini, loh. Tidak ada tiket masuk alias gratis. Kawasan ini pun masih tergolong sepi karena belum viral. Baguslah, kalau sudah terkenal, bukan hidden gem lagi nanti. 

Begitulah cerita singkat saya saat treking ke Puncak Moyeng Kulon Progo.  Meski motor saya disiksa jalan berbatu dan nggak kuat nanjak, pemandangan cantiknya bikin saya lupa akan semua kejadian menyebalkan itu. Gimana, Lur? Tertarik nggak ke Puncak Moyeng? Ayo agendakan dan kita pergi bersama!

Penulis: Rachelia Methasary
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Derita Menjadi Orang yang Lahir di Madura dan Memikul Citra Buruk, tapi Saya Tidak Pernah Menyesal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version