Puncak Bogor: Tempat Healing yang Bisa Bikin Kamu Sinting

Wisata Puncak Bogor: Tempat Healing yang Bisa Bikin Kamu Sinting

Puncak Bogor: Tempat Healing yang Bisa Bikin Kamu Sinting (Akhmad Dodi Firmansyah via Shutterstock.com)

Siapa yang nggak tahu kawasan Puncak Bogor? Kawasan yang membentang dari Kabupaten Cianjur hingga Kabupaten Bogor ini memang sangat fenomenal. Hampir setiap tahun kawasan ini kerap muncul di pemberitaan media massa. Selain punya lanskap pemandangan yang indah, udara pegunungan yang sejuk, dan hamparan kebun teh yang memanjakan mata, kawasan Puncak Bogor sangat terkenal dengan kemacetannya yang membagongkan. Iya, sudah macet, bagong pula.

Air terjun Cilember, Puncak (Shutterstock.com)

Kalau kamu nggak percaya, coba kamu googling dengan kata kunci “Puncak Bogor”. Alih-alih berita tentang wisata alam, yang muncul justru berita-berita tentang kemacetan luar biasa di sepanjang jalur kawasan Puncak Bogor. Kemacetan ini adalah tradisi tahunan di setiap musim liburan tiba. Mau itu libur sekolah, libur Lebaran, libur Natal dan Tahun baru, atau libur akhir pekan, kawasan Puncak Bogor selalu saja dipenuhi oleh lautan manusia dan antrean kendaraan.

Padahal, jujur saja, Puncak Bogor itu… biasa saja.

Bentar-bentar jangan marah dulu. Saya akui tempatnya indah, dilihat dari sisi mana pun, tempat itu layak banget untuk dikunjungi.Tapi, “repeat order” yang kelewat banyak itu bikin kaget sebenarnya. Padahal ya, banyak tempat lain yang mirip-mirip, tapi lagi-lagi, yang penuh ya tempat ini. Saya jadi bertanya-tanya, apakah Puncak kelewat bagus, apa malah daerah wisata lain di Jawa Barat yang, mohon maaf, biasa saja?

Apakah Puncak itu sebegitu worth-nya hingga harus didatangi meski macetnya nggak lagi bisa dinalar? Kalau saya sih, mending turu, ra risiko. Iya, tempat itu indah, tapi apakah jadi yang paling indah dan harus diperjuangin, nga dl.

Tapi sebelum bahas lebih jauh lagi, bagusnya kita analisis kenapa kawasan Puncak Bogor selalu macet, khususnya ketika musim liburan tiba.

Pertama, ada banyak tempat wisata di sepanjang jalur kawasan Puncak Bogor dan sekitarnya. Saya nggak tahu ada berapa persisnya. Setahu saya ada Taman Raya Cibodas, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Safari Indonesia, Taman Bunga Nusantara, Little Venice Kota Bunga, dan masih banyak lagi. Kamu bisa googling sendiri, deh.

Taman Safari Indonesia (Hikari0909 via Shutterstock.com)

Logikanya, semakin banyak tempat wisata berarti akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung. Itu sama artinya dengan membludaknya jumlah kendaraan yang masuk ke kawasan Puncak Bogor. Kalau jumlah kendaraan meningkat sedangkan kondisi jalan nggak berubah, apa yang bakal terjadi? Ya pasti macet dong.

Kedua, jumlah penduduk Kabupaten Bogor adalah yang terbesar di Jawa Barat. Ada lebih dari lima juta jiwa penduduk yang mendiami Kabupaten Bogor. Jumlah ini setara dengan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat, bahkan jauh lebih unggul dari penduduk Provinsi DIY yang cuma tiga jutaan.

Nah, dengan jumlah penduduk sebanyak itu, kira-kira bakal pergi ke mana kalau mereka mau liburan? Ya pasti ke tempat wisata terdekat, dong. Ke mana lagi kalau bukan ke kawasan Puncak Bogor? Kamu bisa bayangkan bagaimana crowded-nya, kan? Itu baru penduduk setempat, lho, belum termasuk jumlah wisatawan yang datang dari luar daerah.

Ketiga, jalur di kawasan Puncak Bogor itu sempit, berbelok-belok, dan naik turun. Menurut data dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) IV DKI – Jawa Barat, panjang jalur kawasan Puncak Bogor itu sekitar 22 kilometer dengan ruas jalan cenderung sempit. Ruas jalan paling lebar ada di Gunung Mas dengan lebar jalan 13,5 meter. Sedangkan ruas jalan paling sempit ada di Cisarua dengan lebar jalan 7 meter.

Kemacetan di Puncak (Indonesiaraya via Shutterstock.com)

Dengan ruas jalan selebar gawang sepak bola itu, ditambah dengan kontur jalanan di pegunungan yang berbelok-belok dan naik turun, bisa dipastikan arus kendaraan akan melambat. Kalau misalkan jumlah volume kendaraan meningkat, apa nggak bikin macet mampus itu?

Dari ketiga hal tadi, seharusnya para wisatawan itu berpikir dua kali sebelum berlibur ke kawasan Puncak Bogor. Apalagi kalau lagi musim liburan, mending jangan ke sana deh. Nanti bukannya healing, malah jadi sinting. Tapi ya itulah uniknya warga nol enam dua. Sudah tahu macet, sudah tahu jalannya sempit, masih juga berangkat ke sana. Mana pakai mobil Hilux dobel kabin pula. Apa nggak tambah semrawut nanti di sana?

Selain wisatawan, yang bikin heran lagi adalah tindakan pemerintah setempat untuk mengatasi masalah kemacetan ini. Yang saya tahu cuma pemberlakuan nomor pelat ganjil genap dan buka-tutup jalan. Itu pun masih saja macet. Padahal data tempat wisata sudah lengkap, data kondisi jalan sudah ada, data jumlah wisatawan yang datang juga tersedia, lalu antisipasinya apa?

Sampai-sampai saya suuzan, jangan-jangan kemacetan ini memang disengaja supaya bisa menciptakan jenis wisata baru: wisata macet. Belum pernah ada kan wisata macam ini di Indonesia? Bahkan mungkin satu-satunya di dunia.

Buat kamu yang masih belum percaya, saya usulkan supaya kamu agendakan untuk berwisata ke kawasan Puncak Bogor di musim liburan tahun ini. Mana tahu bisa bikin kamu terkesan seumur hidup. Atau malah jadi tahu kenapa saya bilang kalau tempat ini sebenernya biasa aja dan nggak sebegitunya worth untuk diperjuangkan.

Saya tahu. Pendapat saya ini bisa saja salah, tapi bisa juga benar. Atau supaya lebih pasti dan meyakinkan, bagaimana kalau kita tanya Lesti saja? Trofinya banyak loh, lebih banyak ketimbang MU malah.

Penulis: Andri Saleh
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Rekomendasi Hotel Terdekat dari Tempat Wisata Ikonik di Bogor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version