Pengalaman saya kali ini di Puncak Bogor bisa dibilang sangat horor. Jadi, setelah turun dari pendakian Gunung Gede lewat jalur Cibodas, saya dan rombongan memutuskan untuk pulang ke Bekasi lewat Cipanas hingga Bogor Kota.
Harapan kami adalah bisa menikmati hamparan kebun teh yang eksotis. Namun, kami malah terjebak kemacetan di jalanan Puncak.
Untungnya, Puncak Bogor itu udaranya sejuk. Bayangkan saja jika kemacetan horor ini terjadi di Bekasi atau Tanjung Priok. Kemacetan ini membuat saya ngedumel sepanjang jalan. Harusnya Cibodas sampai Bogor Kota cuma 2 jam saja, eh ini malah hampir 3 jam tanpa pergerakan yang pasti.
“Akhir pekan, apa sih yang dicari di Puncak Bogor, sampai macet horor separah ini? mending di rumah saja”, gerutu saya.
#1 Kebijakan ganjil genap tiap akhir pekan di Puncak Bogor
Aturan ganjil genap di Puncak Bogor mengacu Permenhub Nomor 84 Tahun 2021. Aturan ini mengatur area pembatasan lalu lintas dari arah Simpang Gadog Jalan Raya Puncak sampai Simpang Empat Tugu Lampu Gentur, Cianjur.
Biasanya aturan ini diterapkan setiap akhir pekan, misal Sabtu untuk mobil berplat ganjil selanjutnya Minggu untuk mobil berplat genap mulai dari pukul 14:00 sampai 24:00 WIB.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang ngeyel. Alhasil jalanan kampung-kampung dipenuhi oleh kendaraan yang tetap ingin menerobos jalanan. Hal-hal semacam inilah yang menyebabkan kemacetan horor.
#2 “One Way” adalah hantu jalanan
Nggak hanya kebijakan ganjil genap, kebijakan buka tutup jalan “one way” juga diterapkan terutama setiap akhir pekan atau musim liburan untuk mengurai kemacetan panjang. Kebijakan ini berlaku untuk semua jenis kendaraan baik motor maupun mobil.
Waktu pelaksanaan yaitu pukul 07:00-12:00 WIB arah yang dibuka untuk jalur Jakarta ke Puncak Bogor. Pukul 12:30-18:00 untuk jalur yang dibuka arah Puncak Bogor ke Jakarta.
Sayangnya, kebijakan ini belum tersosialisasikan dengan baik. Banyak kendaraan yang terjebak penutupan jalan. Apalagi Puncak sebagai kawasan wisata, banyak bus-bus besar yang akhirnya ngemper di bahu jalan, sehingga menyebabkan macet yang tak terhindarkan.
Nggak hanya itu, dari arah sebaliknya masih banyak dijumpai pengendara motor yang ngeyel melawan arus. Kalau ditutup jalannya suka marah-marah, semakin membuat runyam suasana. Niat hati ke Puncak untuk melepas penat, malah terjebak kemacetan.
#3 Transportasi umum di Puncak Bogor yang nggak memadai
Kemacetan horor di Puncak Bogor setiap akhir pekan atau libur panjang ini nggak terlepas dari penyediaan layanan transportasi umum yang kurang memadai. Makanya, banyak pengunjung menggunakan kendaraan pribadi.
Memang, Puncak Bogor memang destinasi wisata alam favorit warga Jakarta yang paling dekat dan mudah dijangkau. Namun, memprihatinkan sekali jika setiap hari sudah berkawan dengan kemacetan lalu lintas Jakarta, di Puncak Bogor harus menerima nasib terjebak macet horor.
Selain itu, integrasi transportasi umum juga diperlukan di kawasan wisata Puncak Bogor. Tujuannya supaya setiap wahana wisata yang ada dapat dijangkau menggunakan transportasi umum yang murah, aman, dan nyaman.
Membludaknya wisatawan membuat volume kendaraan makin meningkat. Apalagi jalanan puncak yang berkelok, sempit, dan naik-turun. Kalau sudah seperti ini mending tetap tinggal diam di rumah, dari pada makin stres di jalanan.
Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Wisata Puncak Bogor Nggak Worth Sama Sekali untuk Dikunjungi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
