Adegan pertama Preman Pensiun episode 9 adalah Amin yang sedang bersihin mobil Kang Bahar di halaman. Ya, rutinitas pagi seorang sopir pribadi. Sejurus kemudian Imas muncul sembari menenteng tas belanja dari dalam rumah. Amin yang melihatnya berhenti sejenak, sebagaimana pria lainnya, coba basa-basi dengan Imas, “nitip yah, nitip tolong jaga perasaan saya.” Bukannya senang dapat rayuan, Imas justru cemberut, raut mukanya kisut akibat gombalan. Amin kesal, lagi-lagi tak digubris.
Nasib sial Imas berubah menjadi rikuh, mungkin ini juga rasa senang yang aneh atau tak enak hati, karena Kang Mus yang baru datang memberi perintah pada Imas, “Naik, saya antar!”
Mata kamera pun berpindah ke sebuah ruang tamu, ada Kang Bahar menemani sang istri yang sedang sarapan, sepiring roti dan segelas susu di meja, Kinanti muncul dari layar sebelah kanan, ikut duduk barang sebentar untuk pamit dan meminta izin terkait tugas kantor ke Jakarta selama seminggu. Khadijah, mami Kinanti, kaget mendengar anak bungsunya mau pergi jauh, dalam benaknya tak rela mengizinkan, tapi apa daya saat suaminya (Kang Bahar) membujuk dan memberi izin. Kinanti pun semringah.
Alunan musik pun berubah menandai scene yang berpindah, begitulah cara Aris Nugraha mempermanis setiap episode Preman Pensiun, tak terkecuali adegan Kang Mus dan Imas saat tiba di depan pos keamanan pasar, tiga penjaga (atau preman) yang berlainan postur dan warna baju berdiri seketika. Kang Mus memberi mereka instruksi untuk mengawal Imas, pembantu Kang Bahar yang mau belanja, dan terkhusus Dikdik dapat tugas tambahan untuk memulangkan Imas.
Jauh dari area pasar, sebuah mobil hitam mengkilat yang dikendarai Amin dan Kinanti masuk parkiran kedai, tempat pertemuan Kinanti dan Uyan. Seketika bertemu, obrolan ringan dimulai, namun tak lama kemudian telepon Adit menyela. Kinanti mengangkat telepon dan menjawab sedang sarapan di kafe biasa sama Uyan. Adit menyusul ke lokasi tanpa bilang-bilang, kemudian memesan sandwich dan cappuccino.
Namun nahas, sarapan yang diharapkan Adit tak terwujud. Kinanti dapat perintah lewat telepon untuk segera bergegas ke kantor, Kinanti menaruh uang untuk bayar nasi goreng, sarapannya, dan Adit tak dapat mencegah Kinanti, ia pun menoleh ke samping, tinggal Uyan yang menemani.
Adegan kembali ke rumah Kang Bahar. Kang Mus sedang melakukan koordinasi dengan pimpinan tertinggi, Kang Bahar. Namun, percakapannya begitu singkat, dan adegan pun berpindah ke halte, tempat Ubed dan Dewi, pimpinan baru sindikat copet angkot, akan segera melangsungkan aksi lapangan. Perlu diketahui, Ubed dan Dewi adalah pasangan paling ciamik, artinya tak ada yang dapat menandingi pendapatan mereka saat mencopet.
Imas, Kinanti, dan Dewi menjadi pembuka dari adegan satu ke adegan yang lain. Mereka bertiga secara langsung menumbuhkan beberapa perkara. Imas yang memulai cerita dengan Dikdik mendapati cemburu dari beberapa pihak; Kinanti yang didekati Uyan membuat Adit bimbang; Dewi sang bos dan patner Ubed menimbulkan rasa pahit pada Saep, kawan solid Ubed sebelumnya. Namun tak hanya itu, Bahkan Khadijah membuat Kang Bahar tak kalah resah atas permintaannya, “Mami sudah mulai Sholat, Papi kapan?”
Kisah pun berkembang di tengah-tengah episode, bukan lagi tentang perempuan, tapi Jamal sang mantan pimpinan terminal telah bebas dari penjara. Ia minta bertemu Kang Mus, seniornya, dan memohon agar bisa kembali dalam bisnis. Pertemuan antara Kang Mus dan Jamal penuh ketegangan, ya, tak ada sebab lain, karena belagak Jamal tak berubah dan Kang Mus risih dengan itu. Adegan tampar pun tak terhindarkan. Jamal tak berani melawan Kang Mus.
Kang Mus jadi mudah emosi sejak pertemuan itu. Jupri, salah satu penjaga keamanan pasar, yang ketahuan Kang Mus saat menggoda salah satu penjual pasar, kena marah. Apa pun alasannya, menggoda perempuan bukan tugas keamanan pasar. Kalau tidak akan dihukum kayak Komar, ancam Kang Mus. Luapan emosi Kang Mus tak berhenti di situ. Amin yang coba mengelak ketika disalahkan karena telat buka pagar untuk Kang Mus juga kena marah.
Emosi Kang Mus sempat mereda, tapi ia kembali darah tinggi ketika bertemua seorang anak kecil di lampu merah yang sedang meminta-minta. Anak ini dikenali Kang Mus. Setelah ditanya-tanya, si anak mengaku sebagai anak Komar dan ia tak lupa memohon Kang Mus supaya tidak bilang-bilang ke ayahnya. Sumbu emosi Kang Mus tersulut kembali. Vespa biru melaju ke markas kecil, ada Komar yang sedang duduk dengan Ujang, dari balik punggung Komar, Kang Mus langsung menjambak rambut dan menyeret-nyeret kepalanya bak kambing.
Komar meronta-ronta minta ampun, Kang Mus tak berhenti dan terus menyeret Komar. Tak segan-segan Kang Mus marah, Komar telah menelantarkan kelurganya sampai anaknya ngemis. Komar malu dan terus merengek, tapi ia punya alasan kuat kenapa itu terjadi. Pemberhentian kerja membuat Komar tak bergaji, dan pulang ke rumah tanpa uang tak ubahnya menyerahkan muka pada tutup panci yang akan dihantam istrinya ke mukanya.
Istri Komar adalah perempuan keempat, setelah daftar perempuan di atas, yang berpengaruh dalam cerita Preman Pensiun episode 9. Setiap Komar pulang tanpa sepeser pun uang di tangannya, perabotan akan melayang dan tutup panci yang bersiap mendarat di muka Komar adalah yang paling menakutkan. Kang Mus memberi maaf sekaligus menghapus hukuman Komar. Ia bisa kembali bertugas di pasar.
Di akhir Preman Pensiun episode 9, Kang Mus menyuruh semua anak buahnya kumpul di markas besar, pembagian tugas baru, dan Jamal menggantikan posisi Maman Suherman. Di jalanan, Dewi juga melakukan pertemuan di markas sindikat copet angkot, menceritakan kinerja Ubed yang lebih ahli sehingga sesuai kesepakatan tim, yang paling ahli layak memimpin, singkat kata Dewi menyerahkan posisi pimpinan kepada Ubed.
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.