Preman Pensiun Episode 8, Musim 1: Cintanya Ditolak, Komar Mau Bunuh Ujang

sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19 kang bahar

sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19

Di akhir episode sebelumnya, Muslihat menemui Kang Bahar untuk membicarakan keberlanjutan bisnis mereka. Pada awalnya Kang Mus ingin berhenti dari bisnis yang sudah lama ia geluti dan beralih menjadi tukang cukur. Tapi setelah ngobrol dengan Kang Bahar, Muslihat bilang, “Saya batal niat jadi tukang cukur, mantep kerja sama Akang aja sampe nggak diperluin lagi.”

Saya jadi mikir, kalo ada award untuk karakter sinetron paling labil ya para pemain Preman Pensiun ini juaranya. Lah kok bisa?

Contohnya seperti dialog Muslihat dengan Kang Bahar di atas, awalnya bilang mau berhenti eh tiba-tiba nggak jadi. Atau seperti episode-episode yang lain saat Kang Mus menyuruh Amin bilang ke Imas untuk membuatkan kopi, eh pas kopi sudah dibuatkan Kang Mus langsung ngacir entah ke mana.

Menurut saya, sutradara coba membuktikan kalimat “Tuhan maha membolak-balikkan hati” dengan cara membuat para pemain terkesan labil. Eh, terus sinopsis episode 8 nya kapan? Oke, kita lanjut duls, boskuuu….

Preman Pensiun episode 8, musim 1: Cintanya ditolak, Komar mau bunuh Ujang

Dalam Preman Pensiun episode 8, adegan diawali dengan Kang Bahar yang sedang duduk di teras dan Amin yang mencuci mobil. Kang Bahar bilang bahwa mobil itu seperti istri baginya, pertama dan satu-satunya. Kang Bahar sangat menyayangi mobilnya seperti ia juga menyayangi sang istri. Ia sempat bercerita kepada Amin tentang masa lalu dengan mobilnya, lalu Amin pun menyela dan bilang bahwa mobil Kang Bahar itu boros. Kang Bahar lalu menjawab, “Biar aja, yang penting kan saya nggak bayar bensinnya.” Kang Bahar selalu gratis saat mengisi bensin karena saat pemilik SPBU dulu ada masalah Kang Bahar lah yang membantu.

Dalam adegan lain, Bos Dewi mengadakan pertemuan dengan Juned dan Saep, ketiganya sedang mencari siasat untuk membujuk Ubed kembali menjadi bagian geng. Dewi mengajak Ubed ketemuan dengan cara mengajaknya makan. Ubed yang baperan pun pasti mau dengan ajakan itu.

Saep pun bertemu dengan Ubed dan bilang bahwa Bos Dewi ingin mengajak Ubed makan. Waktu ditanya Ubed untuk apa, Saep pakai alasan ingin mempererat hubungan keluarga. Yang dimaksud Saep sebenarnya hubungan di dalam kelompok mereka, tapi Ubed yang baperan mengartikan lain.  Saat bertemu dengan Dewi, Ubed dibujuk untuk mencopet lagi, ia pun mau. Asalkan ia menjadi partner Dewi, bukan Saep ataupun Juned.

Pada adegan selanjutnya, terlihat Kang Bahar dan Istri sedang ngobrol berdua. Istri Kang Bahar bilang bahwa ia kangen dengan anak-anak, menantu, dan cucu-cucunya.  Kata Mami, demikian panggilan Kang Bahar untuk istrinya, ia takut tidak bisa bertemu dengan mereka karena umurnya tidak panjang lagi. Ucapan itu pun langsung dibantah oleh Kang Bahar dan berkata istrinya harus berjuang untuk sembuh dari penyakitnya agar bisa bertemu dengan anak-anak, menantu, dan cucu-cucunya.

Tiba-tiba “trang tang tang tang tanggg, Aminnn!”. Suara motor Kang Mus dilanjutkan suaranya memanggil Amin. Seperti biasa, Amin disuruh bilang ke Kang Bahar bahwa ia datang dan bilang ke Imas untuk membuatkan kopi.

Muslihat bercerita kepada Kang Bahar tentang permasalahan yang terjadi di pasar. Menurut Kang Mus, hal itu berhubungan dengan kenaikan harga BBM yang mengakibatkan stabilitas di pasar dan jalanan sedikit terganggu. Pedagang terpaksa menaikkan harga jual dan buntutnya pembeli jadi sepi. Akibatnya para pedagang angkat tangan saat diminta iuran.

Sinetron ini kan mulai tayang 2015, jika membahas mengenai kenaikan BBM sepertinya saya tahu siapa yang Kang Mus coba sindir waktu itu. Hiks.

Kemudian Kang Bahar pun mencoba mencari solusi dengan mengajak Kang Mus jalan-jalan. Kang Mus langsung menghubungi Paspamprem (Pasukan Pengamanan Preman). Setelah di lokasi, Kang Bahar menemui pedagang di pinggir jalan. Kang Bahar sedikit menceramahi pedagang perihal larangan berjualan di trotoar karena mengganggu pejalan kaki. Ia juga bicara perihal pedagang yang tidak bisa sewa lapak di pasar dan berusaha membantu membuat lapak di pinggir jalan. Setelah berbicara dengan pedagang, ia pun kembali menuju rumah.

Sampai di rumah, Kang Bahar bilang ke Muslihat, sebenarnya ia kasihan dengan para pedagang. Tapi masalahnya itu soal bisnis, harus ada simbiosis mutulisme di dalamnya. Menurut Kang Bahar, ia berusaha membantu pedagang, jadi ia pun berhak mendapatkan imbalan atas apa yang dilakukannya. Itu merupakan risiko bisnis, katanya.

Sebelum Muslihat menelepon paspamprem saat Kang Bahar pengin jalan-jalan, sebenarnya Dikdik sedang bersama Komar. Komar meminta Dikdik mengantarnya ke rumah seorang wanita tapi bilangnya mau ke rumah sodara. Haduh, Komar si preman berhati Hello Kitty ternyata.

Mereka berhasil menemukan rumah wanita yang dicari. Baru saja dipersilakan duduk, Komar langsung mengeluarkan jurus-jurus gombalannya. Komar pun bertanya tentang keluarga wanita tersebut, nanya ia anak keberapa, punya pacar atau belum, dan lanjut menggombal. Gombalan Komar kuno banget. Mungkin karena Komar generasi X.

“Kamu kan cantik, kenapa nggak punya pacar?” tanya Komar.
“Nggak mau pacaran, Om, maunya langsung nikah aja.”

Mendengar jawaban itu Komar senang bukan main dan memberanikan diri mengajak wanita tersebut menikah. Apa mau dikata, jawaban yang keluar malah “Astaghfirullah!”. Komar ditolak mentah-mentah. Gimana nggak ditolak, yang diajak nikah masih muda dan kalo diliat-liat sih generasi Z. Komar menjadi galau, ia bahkan sempat memiliki niatan untuk loncat dari atas jembatan.

Di saat bersamaan Dikdik, Ujang, Jupri, dan Joni sedang asik mengobrol mengenai masalah yang terjadi di pasar. Mereka dikagetkan dengan Komar yang tiba-tiba datang dengan muka sedih.

“Kenapa, Kang?” tanya Ujang.
“Sakiiit,” jawab Komar sedih.

Yang lain pun nimbrung bertanya kenapa Kang Komar sedih. Tapi jawabannya ngelantur, sampai-sampai dikira yang lain Kang Komar sedang kemasukan setan.

­Adegan lucu lainnya adalah saat Ema ingin beli bakso tapi dilarang Esih. Tidak berapa lama, Kang Mus pulang ke rumah dan Esih cerita Ema pengin beli bakso tapi dilarang. Soalnya Ema kalo beli bakso sambelnya suka nggak kira-kira, yang terakhir bahkan sampe jongkok satu jam di WC umum. Ema sampai nangis, pengin pulang ke rumahnya di Rancaekek.

Ema pun diantar oleh Kang Mus dan Esih untuk beli bakso. Seperti kata Esih, Ema masih nggak kapok buat makan sambal banyak-banyak. Sudah diingatkan oleh Kang Mus, Ema masih ngeyel. Tiba-tiba hape Kang Mus bunyi, Dikdik yang menelepon. Dikdik bilang Kang Komar berniat menghabisi Ujang karena tidak terima saat dibilang kemasukan setan.

Kang Mus segera meninggalkan Ema dan Esih untuk menghalau Komar yang ingin membunuh Ujang. Mereka kejar-kejaran sampai ke gedung kosong yang terbengkalai. Ujang berusaha sembunyi dan menghindar dari Kang Komar. Setelah mereka kucing-kucingan, Ujang tertangkap juga oleh Komar. Komar mencekik leher ujang hingga hampir mati, untung Kang Mus datang tepat waktu.

Komar yang tadinya garang, jadi ayam sayur saat Kang Mus datang. Kang Mus lalu menyeret Komar dengan cara menjambak rambutnya sampai keluar gedung. Sampai di luar, Dikdik, Jupri, dan Joni sudah menunggu. Komar diancam Kang Mus mau dibotak rambutnya dan juga diancam kalau sampe Ujang dibunuh, Komar bakal ditangkap polisi dan dipenjara. Komar yang sangat takut mendengar ancaman itu langsung lari. Dan berakhirlah Preman Pensiun episode 8 ini.

Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version