Di sinopsis Preman Pensiun episode 6 musim 1 ini, saya akan membaginya dalam dua bagian. Bagian pertama adalah kelanjutan atau pengembangan cerita dari episode sebelumnya, sementara bagian kedua merupakan cerita atau konflik baru.
Preman Pensiun episode 6 bagian pertama
Dunia magang Kinanti dan kode cabe-cabean
Pada episode 5, Kinanti diceritakan sudah diterima magang di kantor MNC. Di kantor tersebut, Kinanti berkenalan dengan Adit, cowok yang sejak awal tertarik sama Kinanti.
Preman Pensiun episode 6 dibuka dengan adegan Kinanti yang memilih naik angkot ke kantor. Alasannya sederhana, sebagai anak magang, dia nggak enak naik mobil pribadi/bawa mobil sendiri ke kantor sementara teman-temannya yang lain naik angkot. Oleh Kang Bahar, keputusan Kinanti sempat diminta untuk dipertimbangkan lagi, tapi Kinanti sudah yakin.
Khawatir terjadi apa-apa, Kang Bahar memerintahkan Kang Mus mengawal Kinanti. Kang Mus kemudian menugaskan anak buahnya untuk menjalankan perintah dari Kang Bahar, dengan catatan Kinanti nggak boleh tahu. Oleh Kang Mus, tugas pengawalan Kinanti ini menjadi tanggung jawab Ujang.
Saat pengawalan, tugas dibagi menjadi dua, ada yang ikut Kinanti naik di angkot, ada yang tetap tinggal di tempat Kinanti naik dan turun dari angkot. Uniknya, dari cerita pengawalan Kinanti inilah muncul kode cabe-cabean. “Harga cabe sudah turun,” yang artinya Kinanti sudah turun dari angkot, dan “harga cabe naik lagi,” yang artinya Kinanti sudah naik angkot lagi. Sementara kode “Kiriman cabe sudah sampai pasar” berarti Kinanti sudah sampai kantor. Sementara itu, dari segi kerjaan, Kinanti akhirnya ketemu Pak Yusuf dan diberi tahu apa saja yang harus dikerjakan.
Di lain sisi, hubungan Kinanti dengan Adit semakin akrab. Setelah berhasil makan siang bersama, kejadian Sonia (temannya Kinanti) yang kecopeten di angkot malah jadi jalan Adit ngemodusin Kinanti. Menjelang akhir cerita, Kinanti diceritakan diantar pulang oleh Adit. Tidak sampai depan rumah karena Kinanti malas menghadapi pertanyaan orang tuanya.
Namun, karena adanya perintah pengawalan sembunyi-sembunyi, Kang Bahar tetap tahu bahwa Kinanti diantar pulang oleh seorang laki-laki. Endingnya, menurut Kang Bahar daripada ngerepotin orang, mending Kinanti diantar sama Amin.
Ubed yang resign jadi copet dan pertemuan tak sengaja dengan Amin
Setelah kejadian tiga gigi geraham yang goyang sebagai akibat nyopet hape anak Kang Mus, Ubed akhirnya resign jadi copet. Saep, partner copet merangkap supervisor Ubed, dan Juned/Junaedi bos mereka, jelas tidak terima. Bagi mereka Ubed itu jimat keberuntungan, makanya Ubed masih terus dibujuk untuk balik lagi.
Namun, Ubed sudah mantap untuk resign. Ubed yang menyangka Amin adalah seorang manajer berharap dia akan direkrut sebagai wakil manajer. Itulah mengapa meskipun terus diajak kembali, Ubed tetap percaya diri untuk resign.
Kapok digebukin ditambah punya teman yang seorang manajer, membuat Ubed benar-benar semangat cari kerjaan baru. Dengan modal minjem laptop teman sekaligus bantuan untuk diketikin, Ubed berencana membuat surat lamaran kerja dan daftar riwayat hidup. Niatnya sih mau ngelamar kerja ke kantornya Amin, tapi Amin malah hanya memberi harapan kosong. Bilangnya nanti, padahal memang nggak ada lowongan. Ya, gimana bisa ada lowongan, orang dia cuma sopir, bukan manajer. Sayangnya, Ubed yang menyapa Amin dengan sebutan bos, belum menyadari kejanggalan yang terjadi. Ubed masih sangat berharap, yang kesal malah temannya Ubed (pemilik laptop).
Amin kecewa dicuekin Imas, Imas ngambek karena disumpahin Amin
Amin yang naksir Imas masih terus berusaha PDKT-in Imas. Sayangnya, Imas nggak ngerespon. Kalaupun ngerespon, responnya nyelekit. Seperti waktu Amin nanya apakah tampangnya pantas atau tidak untuk jadi manajer, Imas yang takut disangka bohong, bukannya menjawab, tapi malah menyarankan Amin untuk ngaca.
Pada lain waktu, Amin yang lagi menikmati halu tingkat tingginya karena disangka sebagai seorang manajer oleh Ubed, sangat antusias menceritakan pertemuan tak sengajanya dengan Ubed kepada Imas. Dasar Imas memang males nanggepin Amin, dia lebih memilih dengar lagu di hapenya. Earphone terpasang, Amin pun dibiarin ngoceh sendiri.
Saat dicuekin itu, Amin ngomong ke Imas yang lagi asyik sendiri dengan aktivitas dengar lagu-nya. “Kamu boleh nggak suka sama saya, tapi jangan kayak gitu. Saya ngomong dianggap angin lewat. Dicuekin. Kenapa kamu kayak gitu? Ngerasa cakep? Terus mau jual mahal? SAYA SUMPAHIN, GA LAKU!”
Tepat setelah Amin ngomong, Imas langsung melepas earphone-nya, menatap sinis pada Amin, lalu pergi. Masuk kembali ke dapur. Amin yang khawatir omongannya barusan didengar oleh Imas, langsung panik lalu manggil-manggil Imas. Imas tetap nggak peduli.
Mendaftar jadi copet magang, Dewi malah berujung jadi bos copet
Dari dunia percopetan Bos Juned, pada Preman Pensiun episode 6 ini, kedatangan personil baru. Namanya Dewi (diperankan oleh Dewi Novitasari), perempuan yang dari penuturan Saep, sudah terbiasa mengambil barang orang lain. Kalau pulang sekolah, minimal dia berhasil bawa pulang satu pulpen. Kadang-kadang pensil, kadang-kadang penghapus. Kalau masuk toko juga gitu, suka ngambil barang-barang kecil yang gampang disakuin. Bahasa kerennya, klepto.
Setelah melewati drama, Saep dan Juned asyik ngobrol berdua kemudian Dewi nyelonong pergi bahkan hampir batal jadi copet magang, akhirnya Dewi benar-benar diterima jadi copet, tapi dengan status magang. Ah, iya, itu berkat adegan Dewi diteriakin, “Jadi kamu benar, batal magang jadi copet?” oleh Saep saat Dewi sudah duduk di atas angkot dengan dua penumpang cowok di atasnya. Telanjur malu, ya sudah malu sekalian aja, wqwqwq.
Saat beroperasi, Dewi ditemani Juned. Siapa sangka, korban pertamanya ternyata adalah Sonia, temannya Kinanti. Namun, pada operasi yang kedua, mereka gagal. Calon korban bisa membaca gerak-gerak Juned dan Dewi. Merasa bahwa Juned payah, Dewi pun berinisiatif memimpin operasi ketiga. Dengan cara yang berbeda dari cara yang biasa dipakai Junaedi dan anak buahnya, Dewi pun berhasil dengan operasi ketiga. Kali ini malah Junaedi yang diberi instruksi. Menyadari akan keahlian Dewi yang lebih lihai, Junaedi akhirnya memutuskan Dewi sebagai bos dalam tim copetnya. Saep terkejut tak percaya mendengarnya.
Kang Bahar dan seni bonsai
Kang Bahar diceritakan mulai merawat bonsainya. Di sela-sela kegiatan, Kang Bahar menjelaskan seni itu kepada Amin yang pada waktu itu emang lagi berdiri, merhatiin Kang Bahar. “Semua keindahan adalah seni. Semua bentuk yang indah adalah seni. Semua gerak yang indah (sambil meragain adegan silat) adalah seni.” Sayangnya, Amin yang sudah berdiri sampai kakinya kesemutan, tetap nggak ngerti dengan apa yang dijelaskan Kang Bahar, hahaha.
Preman Pensiun episode 6 bagian kedua
IQ Komar dan perintah main bersih dari Kang Bahar
Tepat setelah Kang Mus memberikan tanggung jawab pengawalan Kinanti kepada Ujang, Komar yang baru datang ke markas langsung minta jatah tugas. Sebelum memberi tugas, terlebih dahulu Komar ditegur karena (berani-beraninya) duduk di motor Kang Mus. Komar langsung salah tingkah. Seperti yang sudah dia minta, Komar akhirnya diberi tugas oleh Kang Mus. Tugasnya ringan, mijitin Kang Mus.
Saat lagi dipijitin, Kang Mus dapat telepon dari Kang Bahar. Segera saja dia meluncur, meninggalkan perintah agar Komar tetap pada posisi tangan lagi mijit. Komar iya-in aja.
Kang Mus meluncur ke rumah Kang Bahar. Sesampainya di rumah Kang Bahar, adegan Amin mau bukain pintu pagar buat Kang Mus masih terjadi. Di teras, Kang Bahar sudah duduk nungguin Kang Mus. Setelah Kang Mus duduk, tanpa basa-basi, Kang Bahar langsung ngomong, “Kita ada kerjaan”, Kang Mus cuma jawab, “Iya, Kang.” “Main bersih,” perintah Kang Bahar, direspon dengan “Iya, Kang” lagi oleh Kang Mus. Sampai sini belum ketahuan kerjaan apa yang diperintahkan oleh Kang Bahar.
Pas balik lagi ke markas, Komar yang mendengar suara motor Kang Mus langsung pura-pura masih menjalankan perintah, tetap pada posisi mijit. Sama Kang Mus, Komar ditugaskan untuk menelepon Gobang. Kang Mus yang bercanda tapi dengan nada serius ngomong “tahun depan” sama Komar malah disangka beneran nyuruh Gobang datang ke markas tahun depan. Alhasil Kang Komar disemprot lagi sama Kang Mus.
Kata Kang Mus, punya dua orang anak buah yang tingkahnya sama kayak Komar, bisa bikin dia stroke. Makanya, Komar dikasih saran untuk banyak makan ikan, biar cerdas katanya. Soalnya, IQ-nya Komar itu bukan cuma jongkok, tapi di bawah permukaan tanah alias kependem. Kang Mus sudah ngomong panjang lebar, Komar tetap nggak mengerti. Pertanyaan “Memangnya kenapa?” dan “Maksudnya Akang?” dengan nada khas ala Komar, ditambah adegan sok tahu perihal waktu jadi salah satu sisi lucu pada episode kali ini. Ditanya sudah jam berapa, bukannya lihat hape, eh Komar malah lihat matahari. Sudah ngerepotin diri sendiri, jawabannya salah pula. Pukul tiga kurang sepuluh dibilang pukul empat lewat seperempat.
Sekarang, Kang Mus, Komar, dan Gobang sudah berdiri di pinggir jalan di seberang mal. Komar dengan pedenya memberi tahu Kang Mus cara menyeberang yang baik, tapi kenyataannya malah Komar yang takut nyebrang.
Dari sini baru ketahuan bahwa kerjaan mereka saat itu adalah mencari yang namanya Badrun. Seseorang yang sudah sekitar setahun nggak bertanggung jawab atas utang 100 juta kepada rekan bisnisnya.
Setelah adegan kucing-kucingan atau petak umpet di parkiran mal, Badrun akhirnya ketemu sama Kang Mus dan Gobang. Tidak main-main, di lantai tujuh gedung itu, perintah “main bersih” Kang Bahar dijalankan Kang Mus. Tetap ada gertakan dan sentuhan fisik, tapi tidak sampai melukai. Yang sempat kena tendangan dari Badrun malah Komar. Dalam kondisi “dipegang” oleh Gobang, Badrun diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Mengakhiri misi tersebut, Kang Mus pun menelepon Kang Bahar, menyampaikan Badrun sudah berhasil ditemukan dan pesan sudah disampaikan. Mendengar hal tersebut Komar protes dan bertanya, “Kok saya nggak dikasih tahu? Si Badrun ketemu di mana.” Sayangnya, Kang Mus nggak peduli dengan pertanyaan Komar.
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.